TIGA MACAM PENYUCIAN

Shalat selain mempunyai bentuk lahir ,
juga memiliki bentuk hakiki dan batinnya.
Seperti halnya bentuk lahir, 
shalat yang mempunyai adab-adab dan syarat-syarat lahiriah, maka 
bentuk batinnya pun mempunyai adab-adab dan syariat-syariat tertentu
yang harus diperhatikan oleh seorang pesuluk (penempuh jalan spiritual).

Ketahuilah, 
selagi shalat diartikan sebagai mi'raj menuju maqam al-Qurb (taqarrub)
dan mencapai maqam Hadhrat al-Haqq Azza wa Jalla,
maka untuk sampai pada tujuan yang tinggi dan mulia tersebut 
memerlukan kesucian batin disamping kesucian lahir.

Duri-duri dan hambatan - hambatan yang terdapat 
dalam perjalanan mi'raj ini berupa kotoran-kotoran, 
yang jika seorang pesuluk menyandang salah satu darinya,
maka ia tidak akan mampu naik dan mi'raj 
menuju maqam al-Qurb tersebut.
Segala sesuatu yang sejenis dengan kotoran tersebut  
merupakan penghalang shalat 
dan (termasuk salah satu) dari bujukan setan.

 Apa saja yang dapat membantu seorang pesuluk 
dalam perjalanan ini , 
dan sekaligus menjadi bagian adab-adab al-hudhur,
semua itu termasuk di antara syarat-syarat bersuci yang hakiki.

Karena itu bagi seorang pesuluk menuju Allah,
sudah selayaknya terlebih dahulu 
menghilangkan  hambatan-hambatan tersebut,
sehingga ia bersih dan mudah bersuci,
yang menjadi bagian dari alam nur (cahaya).

Selagi seorang pesuluk belum menyucikan dirinya
dari seluruh kotoran lahiriah dan batiniah ,
maka dia tidak akan memperoleh sedikitpun kesempatan
untuk ber-hudhur di hadapan-Nya.

Janganlah sekali-kali seorang pesuluk menduga,
bahwa ia akan mampu menaiki maqam hakikat insaniah 
tanpa terlebih dahulu menyucikan anggota lahiriahnya.
Atau beranggapan  bahwa
ia mampu menyucikan batiniah kalbunya tanpa menyucikan jasmaninya.
Sangkaan seperti ini adalah bisikan dan tipu muslihat setan yang besar.

Kekeruhan dan kegelapan hati 
kian bertambah dengan berbagai kemaksiatan,
yang berarti kemenangan unsur bendawi atas maknawi,
Selagi seorang pesuluk belum mampu menaklukkan kekuatan jasadinya,
maka ia akan terhalang dari seluruh pembukaan batin (al-Futuhat),
yang menjadi tujuan agung serta tidak akan terbuka baginya  
jalan menuju kebahagiaan.

Salah satu penghalang besar dalam suluk ini,
ialah kotoran-kotoran maksiat yang harus dibersihkan 
dengan air taubat yang tulus,suci, dan menyucikan.

Ketahuilah,
semua kekuatan lahiriah dan batiniah 
yang Allah anugerahkan dan karuniakan
dari alam ghaib kepada kita 
merupakan amanat-amanat Tuhan yang suci dan bersih,
dari segala kotoran, cemerlang dengan cahaya fitrah,
serta jauh dari campur tangan tangan setan.
Namun, 
ketika amanat-amanat itu turun 
ke dalam kegelapan-kegelapan alam bendawi,
dan setan mulai menjulurkan tangan usilnya
serta iblis dengan tangan khianatnya
ke arah amanat-amanat itu,
maka amanat-amanat tersebut keluar dari fitrahnya yang asli
dan tercemari berbagai macam kotoran dan polisi syaithani.

Seorang pesuluk, 
jika berpegang teguh dengan pertolongan wali Allah,
menjauhkan dirinya dari sentuhan tangan setan ,
menyucikan sisi lahiriah jasadinya, 
dan mengembalikan amanat-amanat Tuhan 
seperti ketika pertama kali ia mengambilnya,
hal ini berarti ia setia terhadap amanat tersebut.
Namun sebaliknya,
jika ia berkhianat maka ia akan mencari ampunan 
dan berusaha menutupi kesalahannya, 
sehingga jiwanya akan tenang secara lahiriah.
Dan kini ia berusaha menyucikan batinnya 
dari akhlak-akhlak yang tidak baik.
Ini adalah peringkat kedua dari peringkat-peringkat kotoran,
yang keburukannya lebih banyak dan pengobatannya lebih sulit.

peringkat ini lebih penting menurut ahli riyadhah ,
karena selagi akhlak batiniah masih buruk 
dan kotoran-kotoran maknawi  masih memenuhi jiwa ,
maka jiwa tak layak berada 
pada maqam al-Quds (kesucian) dan khalwat insaniah.

Lebih dari itu,  
penyebab kerusakan sisi lahiriah adalah 
akhlak yang rusak dan karakter yang buruk.
Karena itu,
bagi seorang pesuluk 
selagi belum mengubah karakter-karakter yang buruk
(pada dirinya) dengan karakter-karakter yang baik, 
maka ia tidak akan terbebas dari perilaku-perilaku yang buruk.
Jika ia mendapatkan taufik untuk bertaubat 
dan konsisten dengan taubatnya,
yang merupakan perkara sangat penting,
maka hal itupun tidak mudah baginya.

Dengan demikian, 
penyucian lahiriah bergantung kepada penyucian batihiniah.
Disamping itu,
kotoran-kotoran batin menyebabkan terhalangnya kebahagiaan,
dan sumber munculnya segala akhlak tercela,
yang menurut perkataan ahli makrifat 
lebih panas dari perbuatan-perbuatan jahannam.

Karena itu,
seorang pesuluk kepada Allah 
sudah sepatutnya  memperhatikan kesucian batiniah ini.

Setelah jiwa dibersihkan dari pencemaran akhlak-akhlak yang buruk
dengan air ilmu yang bermanfaat , suci dan menyucikan,
serta dengan riyadhah yang sah dan benar, 
maka seorang pesuluk hendaklah mulai menyucikan hati,
yang peranannya bagaikan Ummur Qurra, pusat pemerintahan.
Seandainya hatinya baik, maka seluruh anggota menjadi baik,
tetapi sebaliknya ,
jika hati jelek maka seluruh anggota lainnya menjadi jelek. 

Kotoran alam hati adalah sumber seluruh kotoran.
Kotoran tersebut berupa keterikatan kepada selain al-Haqq
dan perhatian nya kepada diri dan dunia.
Hal ini terjadi,
karena cinta pada dunia , 
yang merupakan sumber segala dosa
dan cinta kepada diri sendiri 
merupakan sumber segala penyakit..

Selagi akar-akar kecintaan ini 
masih menancap dalam hati seorang pesuluk ,
maka kecintaan kepada Allah
tidak akan membekas pada dirinya.
Bahkan,
ia tidak akan memperoleh jalan 
yang menuju kepada maksud dan tujuannya.
Selama di dalam hati seorang pesuluk 
terdapat bekas-bekas kecintaan ini , 
maka perjalanannya suluknya tidak menuju Allah
melainkan mengarah 
kepada dirinya, kepada dunia, dan menuju setan.

Pada hakikatnya,
menyucikan hati dari kecintaan kepada diri dan dunia 
merupakan awal dari tingkatan penyucian 
 untuk menjalankan suluk kepada Allah,
Karena sebelum penyucian ini ,
yang dikatakan suluk , bukanlah suluk yang sebenarnya,
melainkan sekedar pengakuan saja (Musamahah).

Saya tidak bermaksud 
melangkahi wewenang para kekasih Allah ('urafa)
dan bersusah payah untuk menasehati saudara-saudara seiman .
Karena, nasehat merupakan hak golongan orang mukmin. 

Sesungguhnya ,
kotoran ma'nawi paling besar , 
yang tidak bisa disucikan dengan tujuh lautan 
dan para nabi pun tidak mampu melakukannya ialah
kotoran jahil murakkab , yaitu,
suatu sumber penyakit yang berkepanjangan ,
dalam bentuk pengingkaran-pengingkaran 
terhadap maqam-maqam  Ahlullah dan kaum 'urafa , 
serta berburuk sangka kepada para pemilik hati.

Selagi manusia tercemari kotoran ini,
maka ia tidak akan maju melangkah ke arah ma'rifat.
Bahkan, mungkin saja 
kekeruhan hati ini akan memadamkan cahaya fitrah,
yang merupakan pelita yang menerangi jalan petunjuk.
Sehingga , api cinta al-Isyq , 
yang berfungsi sebagai buraq 
untuk bermi'raj ke berbagai maqam, akan padam.
Pada akhirnya,
manusia selamanya tetap berada di dunia bendawi.

Dengan demikian, 
seorang manusia harus menyucikan semua kotoran ini,
dari dalam hatinya 
dengan mentafakkur-i keadaan para nabi dan wali yang sempurna,
semoga kesejahteraan tercurah atas mereka, 
dan mengingat - ingat (tadzakkur)  maqam-maqam mereka.
Hendaknya , ia tidak merasa puas dengan kedudukannya (saat ini),
karena berhenti dan berpuas diri dengan suatu kedudukan 
dalam masalah ma'rifat adalah 
diantara bujukan besar iblis dan nafsu amarah. 
Kami berlindung kepada Allah darinya.