PENYUCIAN BATHIN.

1.Sebagian ulama akhirat dalam masalah penyucian ini berkata :
"Pahamilah , 
 wahai orang-orang yang memiliki mata hati,
 tentang semua fenomena ini."
 Sungguh, 
 penyucian hati adalah suatu perkara yang sangat penting.
 Karena itu, 
 alangkah jauhnya jika maksud dan sabda Rasulullah saw :
 "Kebersihan adalah separuh keimanan."
 berupa penyucian lahiriah dengan mengalirkan air dan menyucikannya,
 sementara membiarkan batin berantakan dan dipenuhi berbagai kotoran,
 sungguh jauh dari kebenaran.

Kemudian mereka berkata,
"Penyucian mempunyai empat peringkat ,
 Pertama,
 penyucian lahir dari hadast,
 keadaan - keadaan yang tidak suci dari najis.
 Kedua,
 penyucian anggota badan dari tindakan kriminal dan dosa.
 Ketiga,
 penyucian hati dari akhlak - akhlak tercela  
 dan perbuatan-perbuatan terkutuk.
 Keempat, 
 penyucian al-Sirr dari selain Allah,
 yang merupakan perbuatan penyucian diri para nabi dan shiddiqin."

Kebersihan dalam  setiap peringkat, adalah
setengah amal sesuai dengan peringkatnya.
Sedangkan, 
puncak tertinggi dari amal al-Sirr adalah 
tersingkapnya  kebesaran dan keagungan Allah Swt.
Ma'rifatullah , tidak akan bersemayam dalam al-Sirr ,
selama selain-Nya tidak keluar darinya.
Karena itu Allah berfirman ;
"Katakanlah , "Allah" (yang menurunkan al-Qur'an),
 lalu biarkanlah mereka bermain-main di dalam kesesatannya."
 Q.S. al-An'am 91)
 Karena itu Allah berfirman tidak mungkin berkumpul dalam satu hati.
 Sebagaimana Allah firmankan :
 "Allah sesekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati
  dalam rongga dadanya." (Q.s. al-Ahzab ; 4)

Adapun perbuatan hati dan tujuannya , ialah
dipenuhinya hati 
dengan akhlak -akhlak terpuji dan aqidah-aqidah yang benar.
Hati tidak akan menyandang keduanya,
selama hati tidak dibersihkan terlebih dahulu 
dari akhlak-akhlak tercela dan aqidah-aqidah yang salah.
Menyucikan hati adalah tahapan pertama ,
yang sekaligus prasyarat untuk pengisisan hati 
dengan akhlak-akhlak terpuji sebagai tahap kedua.
Demikian pula ,
penyucian anggota badan dari segala larangan adalah tahapan pertama ,
yang sekaligus sebagai prasyarat bagi penghiasan anggota-anggota badan
dengan ketaatan sebagai tahapan kedua.

Itulah macam-macam iman,
yang pada setiap maqamnya terdapat peringkat .
Seorang hamba tidak akan mencapai peringkat yang tinggi,
kecuali setelah melewati peringkat bawah.
Tidak akan sampai pada penyucian al-Sirr dan sifat-sifat tercela 
dan (kemudian) dipenuhi dengan akhlak terpuji,
orang yang belum berusaha menyucikan seluruh anggota badannya
dari segala larangan dan menghiasi nya dengan ketaatan.

(Karena) setiap tujuan agung dan mulia yang dicapai ,
maka 
jalan menuju padanya tentu sulit, panjang dan banyak rintangan .
jangan engkau kira perkara ini dapat dicapai dengan mudah dan santai.

2. Dengan memohon izinnya (Ayatullah Khomeini r.a)
   saya akan menyinggung tiga macam  penyucian menurut para wali.
   Sudah tentu, hal ini tak terlepas dari kelancangan saya 
   atas orang-orang yang lebih berhak menjelaskannya.

  Saya jelaskan, 
  bahwa peringkat pertama dari tiga jenis penyucian tersebut ialah
  penyucian anggota badan dari perbuatan-perbuatan basyariah.
  Penyucian ini merupakan hasil taqarrub dengan amalan-amalan sunat,
  sebagaimana disebutkan dalam hadis muttawatir,
  "Senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri  pada-Ku 
   dengan melakukan amalan-amalan sunat , 
   hingga Aku mencintainya.
  Jika Aku mencintainya , 
  maka Aku akan menjadi pendengaran-nya ,
  yang dengan-nya ia mendengar.
  Aku akan menjadi penglihatan-Nya 
  yang dengannya dia melihat.
  menjadi lisannnya, yang dengannya ia bertutur-kata.
  dan Aku menjadi tangannya yang dengannya ia memukul."

Jika seorang pesuluk yang sempurna  
dan telah sampai pada tujuannya,
telah keluar dari rumah diri yang gelap  
dan melewati alam jasad secara keseluruhan,
sampai gunung keegoannya telah hancur 
berkat tajalli nur ar-Rububiyyah 
serta merobek hijab-hijab cahaya dan kegelapan,
maka al-Haqq akan nampak dalam wujudnya.
Sehingga ia hanya akan mendengar dengan al-Haqq 
dan tidak mendengar kecuali kebenaran,
melihat dengan al-Haqq  
dan tidak melihat kecuali dengan kebenaran ,
memukul dengan al-Haqq,
dan tidak keluar darinya kecuali dengan kebenaran,
serta ia hanya bertutur  dengan al-Haqq 
dan tidak bertutur kecuali kebenaran.

Jika ia berhasil bertahan dalam maqam ini, 
dan mendekat kepada Allah menurut kadar kesiapannya,
maka ia memasuki peringkat penyucian  kedua,
yaitu penyucian akhlak-akhlak .
Tarikan-tarikan Ilahiyyah Ruhaniyyah akan menariknya ,
dan ia akan asyik dengan api al-Isyq dari arah puncak tajalli asma'
lalu mendorongnya kehamparan al-Uns.
Sungguh , 
tarikan yang Maha Pengasih 
mengalahkan perbuatan jin dan manusia,
seperti disebutkan dalam hadis.
Setiap kali manusia mampu mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah,
berarti ia berakhlak dengan akhlak-akhlak rububiyyah,
sebagaimana Nabi saw sabdakan 
"Tuhanku telah mendidikku , dengan sebaik-baik pendidikan,"
Sehingga sempurnalah semua sifat dan perangai padanya.
Dan inti 'ubudiyyah telah sampai pada puncaknya,
sehingga 'ubudiyyah tidak tampak.
Yang tampak kini adalah rububiyyah , 
dan menjelmalah hakikat dari 
"berakhlak lah dengan akhlak-akhlak Allah".     

Pada ujung  taqarrub dengan sunat-sunat tadi ,
manusia sampai pada peringkat penyucian ketiga,
yaitu, penyucian zat dan penyingkapan tasbih-tasbih al-Jalal.
Di sinilah dia fana' (sirna) secara menyeluruh dan sempurna,
sehingga hati  menjelma menjadi jelmaan Tuhan 
dan Tuhan ber-tajalli pada peringkat-peringkat lahir dan batin,
lalu ia sampai pada Sumber Keagungan 
dan ruhnya bergantungan  pada Kemuliaan al-Quds.    

Sebagaimana telah  disentuh salah seorang Ma'shum 
dalam do'a Munajat al-Sya'baniyyah ,
"Ya Tuhanku,
 berilah daku kesempurnaan berhubungan dengan-Mu.
 Sinarilah mata hati kami dengan pancaran pandangan  nya kepada-Mu,
 sehingga  mata hati ini dapat menembus hijab-hijab cahaya 
 dan sampai pada Sumber   Keagungan , 
 serta  ruh kami bergelantungan dengan kemuliaan quds-Mu."

Pada peringkat ini ,
wujud manusia menjadi sebuah kebenaran  .
Al-Haqq menyaksikan makhluk-makhluk Nya pada cermin wujudnya.
Jika dia seorang insan kamil (sempurna) ,
maka keinginannya sesuai dengan kehendak yang Mutlak.
Sebagai mana tereka dalam ungkapan do'a ziarah para wali kamil,
"Kehendak Tuhan  dalam menentukan segala urusan-Nya  
 melalui perantaraan kalian dan keluar dari rumah kalian."
Sehingga ruhaninya menjadi maqam penjelmaan  fi'il al-Haqq Ta'ala.
Imam Ali as. berkata :
"Kami adalah makhluk-makhluk Allah ,
 dan makhluk lainnya diciptakan setelah kami."
Maka dengannya dia dapat melihat al-Haqq,
mendengar dan bertindak.
(Seperti terlukis)  dalam do'a ziarah Imam Ali as,
"Salam atas mata Allah yang melihat, telinga-Nya yang sadar,
 serta tangan-Nya yang terbuka.
 Salam atas kekasih Allah yang diridhai dan wajahnya yang bercahaya."
 Ketahuilah, 
 bahwa fitrah dapat dibersihkan setelah terkotori.
 Manusia , selagi berada dalam dunia ini, 
 mudah baginya untuk membebaskan diri  dari campur tangan setan
 dan masuk bergabung dengan kabilah malaikat Allah,
 sebagai pasukan Rahmaniyyah Ilahiah.
 Jihad melawan hawa nafsu (jihadun-nafs) 
 merupakan jihad yang paling besar (jihad-al-Akbar)
 dan lebih utama dari jihad melawan musuh-musuh agama,
 sebagaimana disabdakan Nabi saw :
 "Jihadun-nafs ialah keluar dari campur tangan bala tentara iblis 
  dan masuk ke dalam perlindungan bala-tentara Allah."

Dengan demikian,
Peringkat penyucian pertama adalah 
berakhlak dengan sunnah-sunnah Tuhan
dan mejalankan perintah -perintah al-Haqq.

Peringkat penyucian kedua ,
berhias dengan akhlak-akhlak utama dan perilaku-perilaku mulia,.

Peringkat penyucian ketiga ,
kesucian hati, yakni taslim (penyerahan) hati kepada Allah Ta'ala.
Setelah taslim , hati bercahaya.
Bahkan , hati tersebut menjadi bagian alam nur dan derajat Nur Ilahi
Cahaya hati lalu tersebar ke seluruh anggota badan dan kekuatan batin,
sehingga seluruh kerajaan wujudnya bercahaya dan akhirnya
hati menjadi jelmaan Ilahi dan (alam) lahut.
Demikian pula,
lahut bertajalli  pada seluruh peringkat -peringkat batin dan lahir.

Dalam  keadaan seperti ini,
'ubudiyyah sirna dan rububiyyah tampak jelas.
Hati pesuluk dalam keadaan ini , memperoleh ketentraman.
(Sehingga) segala makhluk ia cintai, 
dia mendapatkan al-Jadzabat Ilahiyyah   (tarikan-tarikan Ilahi),
Dia mulai  memasuki wilayah dan kehadiran al-Uns.
Setelah melalui keadaan ini,
bagi pesuluk terdapat maqam-maqam selanjutnya 
yang tidak dibahas disini .