PENDAHULUAN.
Syaikh Dhiya'uddin Abu Najib Suhrarwadi (w.1168) dalam kitabnya,
Adab al-Muridun
(edisi Indonesianya berjudul Menjadi Sufi , Bimbingan untuk Para Pemula).
terbitan Hidayah Bandung ,1994) mengatakan :
Kaum Sufi membedakan dan menegaskan diri mereka
dengan memperoleh pengetahuan yang lebih mulia
dan berbagai keadaan dan tahap spiritual,misalnya,
tobat, zuhud,mengekang hawa nafsu , sabar,pasrah,
tawakal kepada Allah, cinta , renungan (atau visi tentang Kebenaran)
keyakinan kuat, kepuasan, ketulusan, kesucian dan kemurnian iman,
syukur, zikir atau mengingat Allah , meditasi, ekstase, kesatuan ,
keragaman, kefanaan (fana') dan kebaqaan (baqa').
Syaikh Syihabudin 'Umar Suhrawardi (w.1234) memuji kaum Sufi ,
demikian;
Hati dan kalbu mereka,
penuh dengan kecintaan pada Allah,
dan cemerlang dengan Cahaya Suci-Nya ,
kehidupan lahiriah dan batiniah mereka
diatur oleh kebajikan dan kesalehan;
di kegelapan dan keremangan sifat dan watak manusia,
mereka tidak mementingkan kesenangan - kesenangan duniawi inderawi;
mereka membenci orang-orang yang memperturutkan hawa nafsu,
mereka mendaki ketinggian harapan dan ketakutan,
mengarungi alam kemalaikatan atau 'alam al-malakut,
mereka menyaksikan banyak Cahaya Agung dan mulia;
mereka memandang , bahkan para malaikat
sebagai sekadar tukang dongeng dan mencapai Kedekatan pada Allah.
Segenap raga mereka ada di alam dunia,
tetapi kalbu mereka berada di alam samawi;
ruh-ruh mereka duduk
di kursi Majelis Orang-orang yang Didekatkan kepada Allah;
mereka beribadah kepada Allah sebagai budak dan hamba-Nya.
Orang-orang jahil dan bodoh mengira bahwa
mereka telah tersesat dan keliru jalan.
Sesungguhnyalah,
mereka tak pernah tersesat dan tidak pula keliru jalan.
Hanya saja, mereka menyembunyikan keadaan-keadaan (mistis)
yang mereka alami.
Namun, orang-orang jahil dan bodoh tak bisa memahami mereka.
Secara lahiriah , raga mereka ada di alam duniawi ,
tetapi mereka terpisah darinya
sejauh perhatian yang dicurahkan oleh kalbu mereka kepadanya.
Ruh - ruh mereka bergerak di seputar Arasy Tuhan.
Di kegelapan malam , mereka senang beribadah .
Disebabkan kerinduan yang sangat kepada Allah,
mereka pun bahagia menahan haus di siang hari karena berpuasa,
Lantaran do'a dan salat mereka ,
maka mereka pun berhasil
menguasai dan mengendalikan hawa nafsunya.
Karena sangat senang membaca Al-Qur'an ,
mereka tidak lagi mempedulikan dan memperhatikan
kesenangan badani dan duniawi.
Wajah-wajah mereka memancarkan cahaya
dari relung kalbu dan hati mereka.
Dr.Mir Valiuddin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar