Selasa, 26 Januari 2016

ZIKIR DAN KONTEMPLASI DALAM TASAWUF

PENDAHULUAN.

Mulla 'Ali "Ari menulis dalam kitabnya,  Syarh Adab al-Muridin,
bahwa Syeikh Syihabuddin Suhrarwadi mengatakan kepadanya, bahwa :

Pada mulanya ,
aku belajar dan menekuni 'ilmu al-kalam (ilmu teologi skolastik)
dan menghafal banyak buku teks tentang pokok bahasan ini.
Pamanku biasa melarangku dan 
aku tak pernah  menggubris larangannya itu.
Suatu hari, ia bermaksud mengunjungi Syaikh 'Abdulqadir al-Jilani
(w.1166) dan aku juga menyertainya .
Pamanku berkata padaku,  
"Jaga hati dan kalbumu !
 Engkau menghadap seorang yang telah berkomunikasi secara langsung
 dengan Tuhannya dan tunggulah berkah darinya!".

Ketika kami dipersilahkan duduk , pamanku berbicara kepada Syaikh,
"Tuanku !
 Ini adalah anak saudaraku.
 Ia sangat ingin mempelajari 'ilm al-kalam.
 Aku sudah melarangnya agar tidak mempelajari 
 karya yang tak bermanfaat itu, 
 tetapi kata-kataku sama sekali tidak digubrisnya."

Syaikh lalu bertanya kepadaku, "
"Buku-buku apa saja yang telah engkau hafal ?"

Aku lantas menyebutnya satu-persatu.
Kemudian ia meletakkan tangannya di dadaku dan mengusapnya.
Demi Allah !
Aku tak lagi bisa mengingat bahkan nama sebuah buku pun 
yang telah lama kuhafal selama hidupku, 
dan dadaku pun dipenuhi dengan pengetahuan Ilahi,
pengetahuan tentang berbagai rahasia, 
pengetahuan tentang hal-hal gaib.
Aku pergi meninggalkannya dengan membawa 
"lidah kebenaran agung dan mulia" serta hati yang tulus dan ikhlas.
Syaikh berkata, 
"Wahai Umar, 
 engkaulah orang Iran terakhir yang bakal naik daun dan termasyhur".

Dan memang benar apa yang dikatakannya .
Diakui, Syaikh Syihabuddin dipandang sebagai Syaikh dari seluruh Syaikh
pada zamannya.
Pintu keyakinan yang kuat terbuka di dalam kalbu Syaikh Syihabuddin
hanya lantaran ia percaya dan yakin betul kepada para wali dan
sahabat-sahabat Allah.

Ia banyak berprasangka yang bukan-bukan kepada kau Sufi dan kaum Hanafi.
Namun, ketika ia bergaul bersama kaum Sufi , ia menjadi yakin
akan kebenaran Jalan Sufi dan juga memuji Iman Abu Hanifah (w.767).
Ia biasa mengatakan,
"Kita telah menghabiskan kehidupan kita untuk  hal-hal yang sia-sia dan muspra."

Jami' mengungkapkan gagasan demikian :

"Wahai kalbu !
 Pengetahuanmu yang tinggi ,
 Geometri dan metafisika,
 Ya, semuanya  - selain kecintaan Allah - 
 adalah kecintaan setan.
 Takutlah kepada Allah
 dan tinggalkanlah cinta 
 yang kelewat tolol dan bebal ini".

Dr.Mir Valiuddin.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar