Kamis, 28 Januari 2016

ZIKIR DAN KONTEMPLASI DALAM TASAWUF

Tarekat - Tarekat Besar Sufi.

- Tarekat Qadariyah.

Kaum Sufi dalam Tarekat Qadariyah menitik beratkan pengosongan "Sirr"
dari segala jenis pikiran selain Allah dan penyucian jiwa dari segala macam
sifat tercela, hewani, dan syaithani.
Mereka berpandangan bahwa ruh manusia berasal dari "Alam Perintah" 
('alam al-amr) dan mampu  memantulkan Cahaya Ilahi.
Namun,karena berbagai kotoran yang ada dalam jiwa , 
ia tidak bisa berbuat demikian.
Umpamanya saja, 
manakala cermin sudah karatan , kotor,  dan berdebu ,
maka ia tidak bisa mencerminkan bentuk apa pun yang ada di depannya.
Akan tetapi, manakala karat dan kotoran itu hilang , 
maka ia bisa memantulkan dengan jelas.

Inilah apa yang dianjurkan Sa'di kepada sang salik ;

Sa'di !
Tak ada hijab jika hati dan kalbu suci,
Cermin karatan dan kotor 
tak bisa dengan jelas memantulkan wajah kekasihmu.

- Tarekat Naqsyabandiyyah.

Kaum Sufi dalam Tarekat  Naqsyabandiyyah sangat menitikberatkan 
pentingnya "kontemplasi".
Mereka berpandangan bahwa ruh manusia 
sesungguhnya tidak mempunyai bentuk, 
maka tidak ada bakal ada lagi tempat bagi bentuk  lainnya.
Nah,  
untuk mencapai Realitas, 
orang harus memusatkan pikirannya pada Realitas itu.
tanpa terpengaruh oleh aspek apa pun di  dunia sekitarnya
serta mengerahkan segenap kekuatan pikiran , imajinasi, dan persepsi
guna menunaikan tugas ini.
Itulah sebabnya mereka melarang sang salik mendengarkan sama' (audisi)
atau melantunkan zikir dengan suara keras (dzikir bi al-jahr).

Yang demikian ini mereka anggap sebagai 
"pencarian yang sia-sia akan hal yang tampak" (ghayb bazi)  , 
sebab yang mesti dilakukan adalah 
menemukan Realitas dalam diri kita sendiri.

Sebagaimana ditegaskan oleh Hadhrat Khhwaja Khurd bahwa 
"Darwisy - tak lain dan tak bukan - adalah cara berpikir yang benar".

Jami', sembari memuji para Sufi dalam Tarekat Naqsyabandiyyah , 
mengatakan :

Kaum Naqsyabandiyyah adalah sekelompok pemimpin luar biasa,
Mereka bergabung dengan Kafilah menuju Tanah Suci lewat jalan Rahasia.

Kaum Sufi dalam tarekat ini mendasarkan paandangan mereka 
pada sebuah hadist yang diriwayatkan dalam  Misykat, 
dimana Nabi Muhammad saw, menasehati Ibn 'Abbas demikian :

Wahai orang-orang muda,
pandanglah selalu Allah,
Allah pasti akan memandangmu,
Wahai, Nak,
pandanglah selalu Allah,
kau akan temukan Allah di depanmu !

Itulah sebenarnya mereka memandangmu "Yad dasyt"
sebagai metode paling penting dalam Suluk.
Metode ini berarti 
"konsentrasi pada Kehadiran Ilahi tanpa bantuan kata-kata atau gagasan".

- Tarekat Chishtiyyah.

Bagi kaum Sufi dalam Tarekat Chishtiyyah , 
hal paling penting adalah kecintaan Allah.

Beginilah mereka menjelaskannya.
Manakala ada orang jatuh cinta pada seseorang ,
ia  akan terus menerus memikirkan kekasihnya ,
dan setiap  saat kerinduan kepadanya semakin bertambah.
Begitu pula halnya dengan cinta sejati , atau Kecintaan Allah.

Untuk  menimbulkan cinta  ini , 
kaum Sufi dalam tarekat ini menganjurkan zikir keras (zikir bi al-jahr).
Zikir ini membuat kalbu bertambah panas dan -  pada gilirannya -
melahirkan kecintaan kepada Allah .
Mereka juga mengajarkan agar mendengarkan sama'  , 
dalam kondisi-kondisi yang ketat dan keras.
Karya-karya tulis mereka sarat dengan gelora, kobaran cinta kepada Allah.

Salah seorang di antara mereka 
mengatakan dengan sangat jelas dan gamblang :

Hanya orang-orang elegan saja 
yang terbunuh di altar cinta,
Orang-orang jahat dan berwatak lemah ,
lewat begitu saja.
Jangan takut terbunuh,
jika engkau memang pecinta sejati.
Sungguh, 
ia yang tidak terbunuh 
tak lain hanyalah bangkai belaka.

Menurut hemat saya,
melalui Cinta sajalah sang salik bisa sampai pada tahap suluk (Jalan Allah)
paling tinggi, yakni peniadaan diri atau fana, baqa dalam diri Allah,
serta merasakan kehadiran Allah terus menerus.

Dengan cinta sajalah , egoisme bisa dihilangkan , 
batas-batas manusiawi disingkirkan ,
dan penglihatan langsung atas Realitas dimungkinkan .

Hanya dengan cinta semata diperoleh keabadian sesudah kemusnahan,
kehidupan sesuadh kematian, dan wujud abadi setelah kelenyapan.
Bagaikan seekor ngengat atau laron, 
sang pecinta melemparkan dirinya ke dalam Api Keindahan Kekasih
serta  membakar wujud dirinya yang bersifat mungkin dan sementara.

Kekasih pun lantas menghibur sang pecinta demikian ;

Dalam api cinta, 
terbakar sayap-sayap dan segenap bulumu,
Jangan khawatir - 
semuanya itu pasti bakal diganti.

Dan sang pencinta,
dengan penuh kerendah-hatian , melantunkan kidung demikian :

Bayangkan ,
aku  bicara tentang kehidupan di hadapan-Mu !
Betapa lancang !

Dan kututurkan kisah-kisah menarik kepada-Mu !
Sungguh kurang ajar !

Seorang raja tak bersosok telah hiasi dunia,
Dan aku bicara tentang berbagai bentuk dan simbol !
Betapa lancang !

Kala cahaya abadi  telah menyinari segenap semesta
Aku hanya khawatirkan planet kecil ini !
Sungguh kurang ajar !

Dalam tawar-menawar yang menjadi sumber segala kebahagiaan,
Aku bicara tentang untung dan rugi !
Betapa lancang !

Kala  seluruh gemintang lenyap dibilas cahaya matahari,
Tengah kututurkan kisah tentang dunia ini !
Sungguh kurang ajar!

Kala saat paling penting ,
dalam sejarah manusia dipandang tak berarti
Aku bicara tentang kedai dihadapan-Mu 
Betapa lancang !

Kemudian,
sesuai dengan praktik yang disepakati dan disetujui,

"Lalu , Kami tarik ia kepada Kami, dengan tarikan perlahan-lahan".
 Q.S. 25:46.

Sang Kekasih menarik sang pecinta yang mabuk kepayang kepada diri-Nya !
Keadaan mistis seperti ini dilukiskan demikian 
oleh seorang yang mengalami ekstase :

Ia tarik pecinta lebih dekat kepada diri-Nya dengan tarikan pukulan cinta,
Tarikan ini jauh lebih baik ketimbang gabungan ibadah jin dan manusia.
Ia berkata :
"Kau tinggalkan wujud sementara ,
 Kini, kau dianugerahi kehidupan abadi !
 Sungguh bahagia 
 kala sang pencinta memeluk Kekasihnya ,
 Dan ia tinggalkan yang selebihnya!"

Sang pecinta , 
kini minun anggur keindahan Kekasih yang memabukkan sedemikian rupa
sampai-sampai setiap partikel dalam dirinya mabuk.
Dalam keadaan ekstase ,
ia mulai memuji dan menyanjung-nyanjung 
anggur setinggi langit sedemikian :


Aku disuapi anggur ma'rifah
Akalku  jadi mabuk
Tetapi, ketika aku meminumnya sendiri ,
aku  mulai paham.
Aku diliputi cahaya jutaan matahari yang menyilaukan.
Aku lenyap dan lebur ,
dan aku disapa dalam keadaan ini.
Demi Zat Mahaabadi, Maha Mengetahui, 
Maha Melihat, Maha Tak Tertahankan.

Semua hijab tersingkap 
dan aku melihat-Nya dengan gamblang.
Dengan mata kebenaran 
yang semua hijab  tak mampu menyembunyikan 

Aku sampai pada tujuan,
meski wujudku lenyap terhapuskan
Dan tak sesuatu pun tinggal disana 
selain hanya Hakikat Kebenaran.

Kini, sang pencinta telah menemukan Kekasih , 
pencari dan Yang Dicari , pengamat dan Yang Diamati,
Pencarian pun rampung sudah dan kegelisahan pun hilang !

Tak ada sesuatu pun tertinggal di sana kecuali Realitas,
pemberi-pinjaman dan peminjam pun lenyap dari peredaran !
Tak ada bekas-bekas jejak mereka yang sampai pada tujuan,
pun tak terlihat ada sahabat yang berpisah.
Ada banyak bukti tentang fakta bahwa 
Tak  ada seorang pun melihat Realitas 
kecuali Realitas itu sendiri !

Keadaan mistis ini digambarkan demikian 
oleh seorang yang dimabuk ekstase :

Kala Realitas tampakkan dirinya
Yang ada hanyalah Realitas itu sendiri
Meski ribuan bentuk bisa aja terlihat
Sesungguhnya tak ada satu pun di antara semua itu !
Aku tak sanggup tempatkan setetes air ,
Kala kulihat samudera bergelombang tak bertepi,
Jadi, lebih baik menghentikannya.

Dalam halaman-halaman berikut ini, Anda bakal menjumpai 
keadaan-keadaan dan tahap-tahap mistis ini yang diuraikan 
dan dipaparkan sejauh kadar dan takaran yang mampu dilakukan.

Dr. Mir Valiuddin.












Tidak ada komentar:

Posting Komentar