Minggu, 31 Januari 2016

Muhyidin Ibnu ‘Arabi".

Salah seorang sufi yang banyak mendapatkan kritikan dan tuduhan, 
fitnah ialah guru besar sufi ibn arabi.
Bahkan Sebagian ulama ada yang mengatakan 
"Ma Ikhtalafal ulama’u fi ahadin ka ikhtilafihim fi Muhyidin Ibnu ‘Arabi".

Salah satu tuduhan yang terkenal adalah ajaran wihdatul wujud yang beliau kenalkan, Sehingga ketika nama wihdatul wujud disebutkan 
maka yang terlintas adalah nama Ibnu ‘Arabi, sang pencetus wahdatul wujud.

Pada dasarnya ungkapan Syech ibn arabi lebih banyak dipahami 
dengan pemahaman yang salah dari pada dipahami dengan pemahaman yang benar 
seperti apa yang diinginkan sang guru besar sufi. 

Hal itu disebabkan karena banyaknya orang-orang yang tidak kenal 
istilahat sufiyah membaca karya-karya sufiyah 
kemudian mereka memahami sendiri tulisan para Sufi 
yang berkaitan degan hakikat atau adzwaq. 

Mereka tidak menyadari kaidah "Likulli Qaumin Mushthalahatuhum".

Adapun untuk kaum sufi 
maka mereka sengaja mencampuri perkataan-perkataannya 
dengan ungkapan-ungkapan teka-teki atau at-tauriyah 
perkataan-perkataan yang memiliki banyak makna, 
dan yang mampu memahaminya adalah golongan sufi sendiri. 

Apa yang terucap dari para sufi ini 
semata-mata karena mereka sulit untuk mengungkapkan perasaan hati 
(cinta kepada Allah) yang terkadang membawa mereka 
kepada makam al-fana fillah dengan ungkapan yang tidak jelas.

Jika ada seorang laki-laki sangat mencintai seorang wanita 
kemudian dia memuja dan menyanjung kekasihnya tersebut 
maka kata-kata yang keluar dari mulut laki-laki tersebut 
banyak mengandung unsur kekufuran. 

Dia akan mengatakan engkau segalanya bagiku, 
engkau hidup matiku, 
engkau nyawaku (ruhku), 
engkau adalah diriku dan 
aku adalah dirimu dan seterusnya. 

Adakah yang mempermasalahkan ungkapan tersebut?!

Syech Ibnu Arabi beliau mengatakan sendiri

 “Man lam yasyrab masyrabana haruma 'alaihi qiro’atu kutubina": 
   siapa yang tidak merasakan minuman kami 
   (masuk dalam golongan sufiyyah untuk mengikuti terbiyah) 
   haram membaca buku-buku kami".

Diantara ucapan kontroversial Syech ibn Arabi 
ada di dalam salah satu kitab beliau "Futuhat Makkiyah"

Diantara tulisan beliau didalam kitab futuhat adalah sebagai berikut:

Ibnu ‘Arabi berkata : 
“Asal semua ciptaan adalah tiga (Tatslits), 
satu tidak dapat menghasilkan sesuatu. 
Dua adalah awal dari pada bilangan 
dan dari dua tidak dapat menghasilkan sesuatu 
selama tidak ada unsur ketiga 
yang menghubungkan di antara keduanya.”

Dari perkataan ini banyak kritikan yang ditujukan kepada Syech Ibnu ‘Arabi. 
Di antara salah satu ulama yang mengkritik adalah 
Imam Muhammad Ghazali Rahimullah (bukan Syech Abu Hamid Al Ghazali Rahimullah).

 Beliau memberikan komentar: 
“Seumur hidup, 
saya belum pernah membaca perkataan yang lebih jelek dari ungkapan ini. 
Tidak diragukan lagi bahawasanya perkataan ini adalah 
justifikasi diperbolehkannya akidah trinitas pada agama terdahulu (Nasrani). 

Sebagaimana firman Allah "Laqad Kafara al-ladzina qalu innallaha tsaalitsu tsalatsah". Sedangkan Allah yang maha Esa berfirman "Allahu khaliqu kulli syai’in".

Padahal yang dimaksud trinitas oleh Imam Ibnu ‘Arabi adalah.
Satu Dzat Allah. 
Dua yang dimaksud Syech Ibnu Arabi adalah Sifat Allah. 
Tiga yang dimaksud Ibnu ‘Arabi adalah Asma Allah, 
dan dari ketiganya menjadi Af'al Allah.

Tatslits yang dikenalkan Syech Ibnu Arabi sesugguhnya adalah 
pemahaman beliau dari kalimat Basmalah.

Bissmillahirrahmanirrahim.
1)Bi ismi = Asma
2)Allah = Dzat
3)Arrahman = Sifat
4)Arrahim = Af'al.

Jadi yang dimaksud bahwa ciptaan itu bersumber dari tiga adalah 
segala ciptaan dihasilkan dari Af'al Allah bukan dari Dzat Allah, 
karena dzat Allah menghasilkan Sifat Allah,
Sifat Allah menghasilkan Asma Allah, dan 
dari ketiganya (Dzat-Sifat-Asma) 
Allah menghasilkan Af'al Allah dan menjadi semua ciptaannya.

Dari Perkataan ini dikenal dengan istilah Tauhid Martabah. 
Penjelasan ini sesuai dengan syariat dan akal. 

Di dalam al-Quran banyak disebutkan af'al Allah 
yang memiliki makna menciptakan, memberi rezki, menurunkan rahmat dan lain-lain.

Sedangkan secara akal adalah 
jika makhluk keluar dari Dzat Allah 
maka makhluk itu adalah bagian daripada Allah 
dan dia memiliki sifat Qadim. 

Sebagaimama seorang anak adalah bagian dari dzat ayah dan ibu. 
Hal ini tentu tidak sesuai dengan akidah islam. 

Oleh karenanya apa yang dimaksud tatslits (trinitas) dari ungkapan Ibnu ‘Arabi 
bukanlah trinitas yang difahami oleh Nasrani yaitu 
Tuhan Bapa, Tuhan ibu Maryam,atau Ruh Qudus dan Tuhan Anak, 
atau Trimurti sebagaimana pemahaman hindu, 
tapi trinitas syech ibn arabi adalah dari ketiga martabat.

Dari ketiganya menghasilkan Af'al Allah , 
af'al Allah menjadi semua ciptaanNya, 
dan Allah meliputi semua ciptaanNya, 
inilah yang dimaksud 
Allah meliputi segala sesuatu di alam semesta ini 
atau dengan kata lain 
alam semesta ini berada didalam (Genggaman) "Tuhan".

Wallahu a'lam
(Arrya Sufi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar