Selasa, 01 Maret 2016

Selamat Datang Para Pecinta -RUMI

Mari Kemari, Datang… 
Datanglah Mari Kemari 
Datanglah
Siapa pun Dirimu. 
Pengelana, Peragu, dan Pecinta

Mari… 
Kemari Datanglah 
Tak Penting Kau Percaya atau Tidak… 
Mari Kemari… 
Datanglah 
Kami Bukanlah Caravan
Yang Patah Hati... 
Atau Pintu-Pintu dari Keputus Asa - an,
Mari Kemari, 
Datanglah... 
Meski Kau Telah Jatuh Ribuan Kali, 
meski Kau telah Patahkan Ribuan Janji, 
Mari Kemari… 
Datang... 
Datanglah Sekali Lagi…

(Mawlana Jalaluddin Rumi)

Selamat Datang!
Para Pecinta Mawlana Jalaluddin Rumi

Kehidupan Mawlana Jalaludin Rumi, seorang sufi abad XIII 
yang di Barat dikenal sebagai ‘Rumi’, terdokumentasi dengan baik. 
Penulis biografinya yang pertama, yaitu Sultan Walad 
yang merupakan putra Mawlana Jalaludin Rumi, 
selanjutnya pada abad XIV Syamsuddin Aflaki menulis hagiografinya.

Rumi adalah pijar cahaya, 
yang nyalanya menyebar lewat kata-kata bijak yang ia wariskan. 
Lebih dari teks-teks lain mana pun, 
warisannya itu berupa kumpulan puisi monumental.

Jalaludin (secara harfiah berarti, ‘Keagungan Agama’) 
tidak pernah pulih dari pengaruh pertemuannya 
dengan Syams (‘matahari’) dari Tabriz. 

Dalam usahanya untuk mengungkapkan wawasan spiritualnya 
dia menyalurkannya lewat beribu-ribu syair, 
yang disenandungkan secara spontan 
yang kemudian dicatat oleh para santrinya. 

Walau karyanya yang belakangan, Matsnawi, 
dihubungkan dengan al-Qur’an nerkenaan dengan arti spiritualnya, 
dia tidak terlalu menyukai kata-katanya sendiri; 
syair itu diucapkannya semata-mata 
karena orang menuntut adanya kata-kata yang terlontar dari dirinya 
maka dia pun menguraikan seluruh wawasan spiritualnya 
lewat syair-syair itu. 

Kata-kata yang indah dan bijaksana, 
bisa menunjuk kepada Allah, 
tapi tak satu kata pun 
yang bisa membawamu kepadaNya. 

Kita harus melanjutkan 
akhir perjalanan itu dalam diam, 
karena jalan sufi adalah jalan cinta, 
dan cinta yang sebenarnya 
senantiasa mengatup mulut.


Makam Mawlana Jalaluddin Rumi

TULISAN DI BATU NISAN JALALUDDIN AR-RUMI
Ketika kita mati, jangan cari pusara kita di bumi, tetapi carilah di hati manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar