Selasa, 17 Mei 2016

Detail-detail yang Tersembunyi (“The Hidden Details”)


AudzubiLlahi minasy syaithanir rajiim
BismiLlahir Rahmanir Rahiim

Detail-detail yang Tersembunyi (“The Hidden Details”)
[Catatan Penerjemah: arti Detail adalah “seluk beluk atau perincian”, yang dalam terjemahan ini tetap digunakan kata “Detail”].
Terjemahan suhbah Syaikh Bahauddin pada 13 Desember 2015.

Assalamu’alaykum

Allahu Allahu Allahu Allah Allahu Allahu Allahu Allah
Allahu Allahu Allahu Allah Allahu Allahu Allahu Allah
Allahu Allahu Allahu Allah Allahu Allahu Allahu Allah
Allahumma shalli wa sallim ala Nabiyina Muhammad Alayhi Salaam
shalatan tadumu wa tuhda ilaih mamarro al-layali wa tuhla ad-dawam
Allahumma shalli wa sallim ala Nabiyina Muhammad Alayhi Salaam
shalatan tadumu wa tuhda ilaih mamarro al-layali wa tuhla ad-dawam
Allahumma shalli wa sallim ala Nabiyina Muhammad Alayhi Salaam
shalatan tadumu wa tuhda ilaih mamarro al-layali wa tuhla ad-dawam

Yaa Salaam… Masya Allah, kita sudah berada dibulan Rabi ul-Awwal. Alhamdulillah… kita telah melewati syahru Safaru Khair [bulan Safar yang penuh Kebaikan]. Aman… aman. Aman… Aman. Syahru Safar, sungguh aman, aman. Al Aman yaa Rabbi, al Aman. Kami memohon keamanan Yaa Rabbi. Bulan Rabi ul-Awwal ini adalah Bulan Kebahagiaan. Ketika Allah Yang Maha Kuasa Menciptakan syahru Rabi ul-Awwal, DIA Berbahagia karena bulan ini merupakan Bulan Rasulullah SAW. Karena itu, cobalah sedapat mungkin untuk berbahagia di bulan ini. Jika engkau sedang tidak bahagia, jika segala sesuatunya sedang jungkir balik bagimu, tetap cobalah untuk merasa berbahagia dibulan ini. Bahkan seandainya urusan pekerjaanmu sedang tidak menggembirakan, cobalah untuk merasa berbahagia dibulan ini. Bahkan seandainya segala sesuatunya sedang terasa ‘berantakan’ bagimu, cobalah untuk merasa berbahagia dibulan ini, agar engkau memperoleh perwujudan kebahagiaan dari Hadirat Ilahiyyah. Hadirat Ilahiyyah adalah tempat yang sangat tinggi. Allah Yang Maha Kuasa selalu memperhatikan hamba-hamba NYA, tapi khususnya dibulan ini DIA memperhatikan siapa saja diantara hamba-hamba yang merupakan bagian dari Umat Kekasih KU Tercinta Sayyidina Muhammad SAW, yang sedang merasa tidak berbahagia?

Adalah sangat penting untuk memengerti tentang detail. Gambaran besarnya bisa jadi sangat berbeda dengan detail-detailnya. Dijaman sekarang, ketika diperlukan, seorang pengacara akan merancang suatu kontrak dan mengatakan kepadamu “Ini kontrak yang sangat baik”. Mereka [para pengacara] pekerjaannya memang membuat, membuat, membuat kontrak saja, untuk kemudian mereka bilang “Baca semua ini”. Tapi, siapa sih diantara kita yang membaca [draft kontrak] itu secara men-detail? Tak seorangpun. [Setelah itu, si pengacara mengatakan] “Tanda tangani”. Engkau lalu menandatanganinya. Kontraknya baik, tapi segala tipuannya ada dalam detail-detailnya. Setiap tipuannya ada dalam detail-detail dari kontrak itu. Detail sangatlah penting. Jangan keliru dalam hal detail-detail ini. Karena itulah maka Allah Yang Maha Kuasa menempatkan detail-detail dimana saja. Kita juga memperhatikan detail-detail ini, tapi cuma sedikit.

Allah Yang Maha Kuasa setiap saat selalu menguji kita. Kita sedang berada di daerah yang penuh ujian. Kehidupan kita adalah medan ujian semata. Hanya ketika kita sudah berada di dalam lubang kubur barulah segala bentuk ujian itu berhenti. Alhamdulillah… ucapkan “Alhamdulillah”, Yaa Rabbi… semoga aku mendapatkan hasil yang baik [dari segala ujian yang telah kujalani]. Hasil dari ujian-ujian yang telah kita jalani itu sangatlah penting. Kalau kalian tidak mendapat hasil yang baik [yakni lulus dari ujian] maka tak ada lagi kesempatan untuk mengikuti ujian itu lagi. Lantas, yang bisa kau lakukan adalah menunggu datangnya Safaat Rasulullah SAW. Atau menunggu untuk mendapat Safaat dari Awliya atau kau menunggu Safaat dari seseorang yang pernah kau beri kebaikanmu, yaitu orang yang berdoa kepada Allah “Yaa Rabbi… ketika aku sedang mendapat musibah, orang ini telah menolongku, dia telah berbuat suatu kebaikan untukku, dia telah memberiku suatu kebaikan, mohon agar tolonglah dia”. Hal-hal yang seperti ini juga merupakan bagian dari “detail-detail” tadi.

Dijaman sekarang ini kita memperhatikan detail-detail. Jangan pikir kalau kalian telah menempuh ujian maka segalanya sudah beres. Tidak. Karena setelah itu kalian harus menanti seseorang untuk menyelamatkanmu. Hal ini jadinya mengingatkanku akan kisah yang sangat indah. Salah satu Awliya Allah suatu malam ketika sedang tidur bermimpi bertemu seorang perempuan yang telah meninggal dunia sehari sebelumnya. Dimalam itu dia bermimpi berjumpa dengan perempuan itu. Dan dia menjumpai perempuan itu sedang berada di Surga menikmati segala yang dikaruniakan Allah untuknya. Wali Allah ini terkejut, bagaimana mungkin perempuan ini bisa langsung berada di Surga padahal perempuan ini berprofesi yang tidak baik dan dikenal sebagai “perempuan nakal” dikalangan masyarakat disana.

Awliya Allah itu kemudian bertanya, “Wahai perempuan, bagaimana bisa Allah Yang Maha Kuasa Mengaruniaimu segalanya ini? Bagaimana Allah Yang Maha Kuasa Mengaruniaimu Surga? Bagaimana ceritanya sehingga Allah Yang Maha Kuasa telah Mengaruniaimu Ampunan NYA? Apa saja yang telah kau amalkan?” Perempuan itu berkata, “Selama hidupku aku tidak melakukan sesuatu kebaikan apapun. Aku menempuh jalan keburukan dan terus menempuh jalan keburukan itu tapi aku mendapati diriku berakhir disini [dalam kebaikan –Surga- yang dikaruniakan Allah Yang Maha Kuasa]. Suatu ketika Malaikat mendatangiku dan mengatakan “Ketika engkau pergi dari kota ini ke kota yang itu, engkau akan melihat beberapa ekor anjing sedang berada di bibir sumur, dan mereka semua sedang menderita kehausan, mereka sangat haus. Dan ketika itu kau lihat bahwa sumur itu agak dalam sehingga anjing-anjing itu tak bisa menjangkau air yang ada dalam sumur. Jadi, bukalah sepatumu dan ulurkan kebawah [ke arah air yang ada didalam sumur] dengan menggunakan tali pinggangmu [tali yang ada di pakaian yang dikenakan perempuan itu] dan ciduklah air sumur itu dan berikan kepada anjing-anjing itu. Tugasmu hanyalah memberikan air kepada anjing-anjing itu. Dengan kehormatan yang kau dapat karena menyelamatkan dan memberikan air kepada anjing-anjing yang sedang kehausan itu, maka Allah Yang Maha Kuasa Mengaruniaimu Surga”.

Allah Menjadikan seperti itu adalah karena semua mahluk adalah Milik Allah Yang Maha Kuasa. Kalian tak punya hak untuk menghancurkan, atau membunuh, atau berbuat sesuatu yang membahayakan apa-apa yang DIA Ciptakan. Inilah Kemanusiaan. Jika Allah Menciptakan sesuatu pasti ada suatu alasan [hikmah dibalik semua yang DIA Ciptakan itu]. Kalau Allah Menciptakan sesuatu yang tidak kalian sukai, juga ada hikmahnya. Tak ada sesuatupun yang tercipta tanpa ada suatu hikmah dibaliknya dan tanpa adanya suatu kewajiban yang diembannya. Segala sesuatu memiliki kewajiban, dan yakinlah bahwa segala sesuatu yang Diciptakan oleh Allah, segalanya adalah untuk melayani Bani Adam. Untuk melayani umat manusia.

Mungkin saja kalian menyukai sesuatu, mungkin kalian tidak menyukai sesuatu, mungkin saja kalian bahkan membenci sesuatu, mungkin saja kalian melihat sesuatu sambil bilang “Eghhhhh…!” [karena tidak suka akan sesuatu itu], mungkin sesuatu itu kelihatan jelek, mungkin juga kotor, tapi tetap saja sesuatu itu berfungsi sebagai pelayan kalian, sesuatu itu adalah untuk melayani kalian. Sesuatu itu ada untuk melayani kalian. Itu sebabnya mengapa Mawlana Syaikh mengatakan “Jangan bunuh serangga, ambil saja dan kemudian lemparkan keluar”. Mungkin kalian tidak menyukai keberadaan mereka di dalam rumah kalian. Hal itu tidak penting. Sesungguhnya Allah Yang Maha Kuasa Menciptakan begitu banyak mahluk adalah untuk kepentingan kalian, bukan untuk melawan kalian. Mungkin saja kalau ada terlalu banyak nyamuk di rumah kalian akan terasa mengganggu. Kalau terlalu banyak nyamuk disekitar kita maka mereka menjadi gangguan, tapi pesan pentingnya disini adalah agar kalian memahami detail-detail itu. Ketika kalian menelusuri detail-detail itu maka kalian akan menemukan sedemikian banyaknya hal-hal penting untuk difahami.

Dimasa kini kita punya masalah dalam kehidupan didunia ini. [Masalahnya adalah] Mereka tidak mengerti tentang Islam. Masalah besar sekarang ini didunia adalah mereka tidak suka untuk memahami Islam [yang sebenarnya]. Juga ada masalah lainnya, yaitu mereka yang mengaku sebagai Mujahiddin Muslim, atau apapun nama yang mereka sandang, sesungguhnya mereka tidak berperilaku yang sesuai dengan [norma-norma yang ada] dalam Islam. Mereka mengatakan “Kamilah yang Muslim, yang lainnya bukanlah Muslim”. Yahuuu…! Ketika aku mengucapkan “Asyhadu an la ilaha illAllah wa asyhadu anna Muhammadan AbduHu wa RasuluHu”, kalian tak bisa mengatakan kalau aku bukanlah seorang Muslim. Kalian tak bisa bilang kalau aku adalah seorang musyrik, kalian tak bisa mengatakan bahwa aku bukanlah seorang yang beriman. Keyakinan itu ada disini, didalam. Jika engkau ingin tahu tentang keyakinanku maka kau membuka isi dadaku, dan mengeluarkan hatiku dan bertanya, “Apakah engkau beriman atau tidak?” Bukan begini caranya. Bukan seperti ini caranya. Allah Yang Maha Kuasa telah menjadikannya begitu jelas. Yaa Rasulullah… Beliau SAW bersabda “Jika ada seseorang mendatangimu dan mengucapkan: “Asyhadu an la ilaha illAllah wa asyhadu anna Muhammadan AbduHu wa RasuluHu”, maka dia telah berada didalam benteng Islam.

Kemarin ini mereka memberikan kepadaku beberapa video suhbah Mawlana Syaikh. Mawlana Syaikh Nazim QS memberikan suhba lama yang sangat indah. Dan Beliau QS berkata bahwa Syah Naqsyband QS, yang memiliki Maqam tertinggi di Naqsyabandi. Beliau QS [Mawlana Syaikh Bahauddin Syah Naqsyband QS] mengatakan “Jika seseorang hendak bergabung dengan Thariqah Naqsybandiyyah Aliyyah maka orang itu akan menjumpai suatu pintu masuk yang membentang dari Timur ke Barat. Suatu pintu yang sedemikian lebarnya. Pintu yang luar biasa besarnya”. Dan siapapun boleh masuk. Siapapun. Ketika orang itu telah masuk, maka dia menjadi “milik” Naqsybandiyyah. Tapi jika kemudian orang itu berubah pikiran dan mengatakan ‘Enggak deh. Saya tidak suka thariqah ini, saya mau keluar saja’, maka dia tak akan menemukan pintu keluar bahkan seukuran lubang jarum sekalipun”. Sekali kalian telah berada didalamnya, selesai sudah. Selesai.

Lalu Beliau QS melanjutkan berkata tentang wazifah [“amalan harian”], yang termasuk shalat, dzikir, tasbih, melakukan amalan sunah yang ini, melakukan yang itu, maka Beliau QS katakan “Itu tidak penting. Jika dia melafadzkan tasbih, melakukan wirid, tak ada yang akan menanyakan hal ini”. Selanjutnya Beliau QS mengatakan “[Dari sudut pandang seorang Syaikh] Semua itu tidaklah penting. Yang penting adalah engkau bersedia untuk masuk kedalam Thariqatun Naqsybandiyyah. Inilah yang penting. Sekali engkau masuk, selesai sudah urusan. Setelah itu tak ada lagi ini itu. Tak ada lagi pertanyaan tentang apa-apa yang kau lakukan. Tidak ada. Tapi yang penting adalah”, lanjut Beliau QS sambil tertawa “Kau tak akan menemukan sebuah lubang sekecil apapun untuk jalan keluar”. Lebih lanjut mereka menerangkan, “Karena kami berusaha sebisanya untuk menyelamatkanmu dari tangan syaithan. [Kalau kami bisa menyelamatkaanmu dari tangan syaithan] Inilah hasil yang kami peroleh, inilah kemenangan kami”. Bayangkanlah ada seseorang yang telah membuat suatu kesepakatan dan dia mendapatkan banyak uang dari kesepakatan itu. Banyak sekali uang yang diperolehnya. Apakah kalian kira kalau kemudian mereka mengatakan kepada orang itu, “Oh, kesepakatannya enggak jadi… dan engkau tidak jadi mendapat uang yang banyak itu”. Apakah kalian pikir bahwa dia akan menyerahkan kembali uang yang telah diterimanya itu? “Enggak bakalan! Selesai sudah. Uang itu sudah jadi milikku. Aku yang memenangkan kesepakatan ini”.

Awliya Allah berjuang keras agar tidak meninggalkan seorang pun hamba Allah berada di tangan syaithan. Tentang hal ini mereka lebih lanjut menerangkan, “Mungkin saja seorang murid itu sangat suka melakukan wirid, berdzikir”, [Syaikh Bahauddin: “Tapi murid itu malas seperti saya”, sambil tertawa]. Awliya Allah memiliki kekuatan untuk memulihkan keadaan murid itu. Inilah tempatnya dimana Awliya menggunakan kekuataan mereka, untuk memulihkan kembali sang murid dari segala kekurangannya. Menjadikan sang murid kembali menjadi paripurna. Sehingga ketika dia berada di Hadirat Ilahiyyah dipersembahkan kepada Rasulullah SAW, sebagai seorang murid Naqsybandi dia sudah paripurna/komplit [dengan kata lain murid itu sudah “disempurnakan”]. Mereka –Para Awliya- tak akan pernah meninggalkan sang murid dalam keadaan masih “kotor”. Tak akan pernah meninggalkannya dalam keadaan tidak berbusana yang sepantasnya. Tak akan pernah meninggalkannya dalam keadaan sebagai seorang yang “tidak paripurna”. Dia musti disempurnakan. Keterangan seperti ini adalah untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh banyak orang, “Apa sih karamah awliya, apa karamahnya Mawlana Syaikh? Bisa enggak engkau tunjukkan suatu karamah?”

Karamah Mawlana Syaikh Beliau QS gunakan untuk hal-hal yang bermanfaat. Beliau QS tak pernah menggunakan karamahnya untuk berjalan diatas air atau terbang seperti lalat, atau bisa berada disini sekaligus juga disana, atau apapun yang semacamnya. Mawlana Syaikh menyimpan karamahnya untuk digunakan pada suatu saat untuk menyempurnakan murid-muridnya. Untuk menjadikan mereka sebagai Insan Kamil. Mereka menyebutnya “Manusia Paripurna”. “Manusia Sempurna”. Begitulah yang dilakukan Mawlana Syaikh. Itulah yang telah Beliau QS lakukan selama ini dan masih [terus berlanjut seperti itu walaupun Beliau QS sudah berada di alam lain]. Dan masih [melakukan hal yang seperti itu hingga kini dan seterusnya]. Itulah sebabnya mengapa sangat penting untuk terus “menempel” pada Mawlana Syaikh. Semua ini mengenai “detail-detail”. Dijaman sekarang kita hidup dalam kondisi dimana segala urusan sangat mementingkan “detail-detail”. Ketika ada yang mengatakan “secara mendetail”, seperti misalnya ketika mereka mengatakan “Terangkanlah padaku secara mendetail”, [tujuannya adalah agar] engkau sudah memahami segala aspek perinciannya ketika menandatangani suatu kontrak.

Karena itu, ketika kalian akan menandatangani suatu kontrak, katakanlah “Maaf pak, saya belum faham sepenuhnya tentang isi kontrak ini, saya akan membawa draft kontrak ini ke pengacara saya untuk menjelaskan setiap poin yang ada dalam kontrak ini”. Ya, begitulah. Lantas, siapakah “pengacara’ kita? Mawlana Syaikh. Kita adalah sekumpulan orang-orang yang bodoh. Alhamdulillah, menjadi orang bodoh itu tidak jelek-jelek amat, bahkan ada baiknya. Lebih ringan [dalam menjalaninya]. [Seperti misalnya] Ketika kau berada di pengadilan, [jika Hakim bertanya] “Mengapa kamu tandatangani ini?” “Saya bodoh”. Lantas, apa lagi yang mau dikatakan Hakim? Yaah… La hawla wa la quwwata illa biLlah. Karena dia orang bodoh, tentu dia mau saja menandatangani kontrak itu [karena itu dia tidak bisa disalahkan dalam hal ini]. Jika dia pintar, tentunya dia tidak akan mau menandatanganinya. Karena itu, menjadi orang bodoh ada baiknya, ada manfaatnya juga. Jangan mengaku bahwa kau adalah orang yang pintar, bahkan kalaupun engkau memang pintar. Suatu waktu kau harus berlagak bodoh.

Mawlana Syaikh menganjurkan kita agar memperhatikan banyak hal, tapi disaat yang sama jangan melihat itu semua [jangan sampai larut dalam semua itu]. Hal ini sangat penting karena ketika kalian mulai “terkait” secara lebih mendalam, lebih lagi, lebih lagi, lebih lagi, karenanya kalian akan membenci setiap orang dan kalian tak akan berteman dengan siapapun. Itulah sebabnya mengapa Allah Yang Maha Kuasa Mengharamkan ber-gosip [yakni melakukan ghibah atau membicarakan orang lain]. Sangat penting [untuk memahami hal ini]. DIA Mengaharamkan ber-gosip karena dengan membicarakan orang lain [dibelakang atau tanpa sepengetahuan dari yang bersangkutan] ada banyak hal yang sesungguhnya tidak kalian tahu dengan sebenar-sebenarnya, tapi tidak kalian pedulikan [maksudnya walaupun tidak tahu persis duduk permasalahannya tapi tetap saja membicarakan orang lain itu]. [Misalnya] Ada seseorang yang datang [dan mulai ber-gosip], “berrr…berrr…berrr” dan orang membangkitkan rasa ingin tahumu sehingga pada akhirnya engkau melihat orang lain itu [yang digosipkan] sebagai musuhmu, orang itu juga kemudian jadinya tidak menyukaimu [akhirnya timbul pertentangan karena adanya fitnah yang dimulai dengan ber-gosip atau ghibah tadi]. Tapi jika kalian tidak melihat apa-apa dan tidak mendengar apa-apa [artinya tidak menanggapi pembicaraan gossip itu], kalau kita berusaha untuk tetap menjadi “orang bodoh” [yakni tidak ikut ber-gosip dan menyebar fitnah], maka segalanya akan baik-baik saja.

Itulah sebabnya mengapa menjadi orang bodoh terkadang ada baiknya juga. Jangan mengejar-ngejar segala berita/gosip yang tidak jelas itu, karena hal itu akan membuat hatimu sakit. Abaikan saja. Tapi sebaliknya, jika menyangkut mengenai kebaikan, telusurilah hingga men-detail. Untuk hal-hal yang bersifat kebaikan, lakukanlah secara terperinci karena detail-detail itu menjadikanmu lebih menyukai kebaikan itu. Dalam hal keburukan, detail seperti itu akan menjadikanmu lebih membencinya lagi [membenci sesuatu atau seseorang padahal dia tidak salah, dimana hal ini terjadi karena begitu memperhatikan detail dari keburukan yang sedang dibicarakan itu]. Itulah sebabanya mengapa keseimbangan dalam hidup kita sangatlah penting. Jika kita bisa menjaga keseimbangan dalam hidup kita, maka kita akan baik-baik saja. Tapi jika kita berada secara ekstrim pada satu sisi kehidupan kita maka kita akan kehilangan sisi lainnya, demikian pula sebaliknya yakni kalau kita terlalu ekstrim berada pada sisi yang itu maka kita akan kehilangan sisi yang ini. Itulah sebabnya mengapa keseimbangan merupakan suatu yang baik. Jadi, usahakan untuk melihat sisi baiknya dan jangan melihat sisi buruknya, jangan persoalkan sisi buruknya.

Yahuuu… kita sedang berjalan bersama [kebersamaan dalam suatu kelompok]. Ini seperti kumpulan domba-domba yang berjalan bersama. Ada limapuluh domba berjalan bersama disuatu lapangan luas. Apa kalian pikir sesuatu yang menyenangkan bagi sekumpulan limapuluh domba untuk berjalan secara bersama-sama? Tidak bakal terasa menyenangkan. Kalian lihat ada satu domba yang diseruduk kepalanya sedang yang lainnya kakinya terinjak. Ada domba yang melangkahi kaki domba lainnya, ada yang disenggol punggungnya, ada yang mendorong, ada yang menarik. Dan mereka terus saja begitu. Mereka tidak ada rasa tersinggung atau rasa “tidak enak”. Mereka mengatakan “Kami terus melaju [dalam kebersamaan menempuh perjalan ini]. Beginilah Allah Yang Maha Kuasa Menghendaki kemanusiawian kita agar seperti sekumpulan domba yang sedang berjalan bersama. Mereka terus, terus, terus saja menempuh perjalanan… Jadi, tak perlu merasa tersinggung atau tersakiti atau jangan membesar-besarkan suatu masalah. Teruslah berlari, teruslah melaju.

Alhamdulillah, Allah Yang Maha Kuasa telah Mengaruniai kita seorang Syaikh yang elok [yaitu Sultan Mawlana Syaikh Nazim QS]. DIA juga telah Mengaruniai kita seorang Syaikh yang elok [yaitu Sultan Mawlana Syaikh Muhammad QS] untuk melanjutkan perjalanan ruhaniyyah kita, karena jika Mawlana Syaikh bukanlah seorang yang paripurna maka Beliau QS tidak akan memberi kita seorang Syaikh yang menjadikan utuh perjalanan ruhaniyyah kita dengan sama menyenangkannya seperti ketika kita menempuh perjalanan ruhaniyyah bersama Beliau QS sebelumnya. Mungkin saja ada beberapa, atau ada sedikit perubahan dan ini masih normal saja sampai nantinya segala sesuatunya beres. Kami meminta kepada para murid kami, kepada para jemaah kami, kepada saudara-saudara kami, kepada saudari-saudari kami, agar sedikit bersabar terhadap Syaikh yang baru karena Beliau juga sedang berbenah.

Harus memberi waktu dan kalian haruslah yakin bahwa Mawlana Syaikh telah menempatkan seseorang dengan kepribadian yang sempurna karena hal itu persetujuannya dari Rasulullah SAW. Tak seorangpun yang bisa berada pada posisi ini tanpa sepersetujuan Rasulullah SAW. Jangan mengatakan kalau,”Aku kan lebih kharismatik, bisa jadi aku yang lebih baik dari dia untuk menempati posisi itu”. Aku sedang mengingatkan diriku sendiri. Atau, jangan katakan bahwa “Aku bisa berbicara lebih baik dari dia dan aku bisa membuat orang lain tertawa mengakak”, jangan mengatakan yang seperti ini. Jangan. Kalian haruslah menerapkan adab yang baik [sambil Syaikh Bahauddin menundukkan badan dan kepalanya] karena ketika kalian beradab baik seperti ini [menunjukkan sikap menghormati], sesungguhnya kalian sedang menunjukkan adab yang baik kepada Rasulullah SAW. Ini merupakan hal yang sangat penting. Ini bukan merupakan bagian dari detail. Ini merupakan bagian Utama.

Ini merupakan bagian yang Utama [bukan massalah detail] karena Rasulullah SAW sendiri terlibat langsung disini, karena sesungguhnya Thariqatun Naqsybandiyyah adalah milik Rasulullah SAW. Awalnya thariqah ini adalah Thariqah al-Muhammadiyyah. Ya, dan awal mulainya Thariqah Muhammadiyyah adalah didalam ‘ghar’ (gua). Yaitu saat Rasulullah SAW bersama Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq RA melakukan perjalanan Hijrah dan ketika itu sedang berada di gua Tsur. Disinilah saat dimulainya perjalanan ruhaniyyah Islam. Dan Thariqah Muhammadiyyah merupakan cikal bakal dari Thariqah Naqsybandiyyah. Inilah awalnya mengapa segala sesuatu yang berkenaan dengan Thariqah Naqsybandiyyah haruslah dengan sepersetujuan Rasulullah SAW.

Hal ini haruslah difahami sepenuhnya, bahwa hal ini bukan merupakan suatu lelucon. Kami tidak sedang berpura-pura. Ini bukanlah sesuatu yang dipilih oleh diriku atau dipilih oleh kalian, atau karena [pertimbangan] engkau lebih tampan, atau karena engkau merupakan pembicara yang lebih baik. Bukan, bukan, bukan [karena semua itu]. Hal-hal itu bukan merupakaan pertimbangannya. Yang menjadikannya adalah persetujuan yang langsung datang dari RasuluLlah SAW. [Katakanlah] “Yaa RasuluLlah… kami mematuhi, kami menerima dan diri kami adalah untukmu Yaa RasuluLlah”. Ketahuilah bahwa dengan mengatakan itu sesungguhnya kita menyelamatkan diri kita sendiri. Pintar-pintarlah dalam hal seperti ini.

Bisa saja kalian begitu menyukaiku, atau aku begitu menyukai dia atau dia begitu menyukai dia, semua itu tidak bepengaruh [dalam hal penentuan siapa yang menjadi Penerus Mawlana Syaikh Nazzim QS]. Kita harus mengikuti siapa yang Dipilih oleh Allah Yang Maha Kuasa, yang dipilih RasuluLlah dan telah diberi mandat otoritas Thariqah, maka orang itu harus kalian ikuti –katakanlah- secara tutup mata [mengikuti dan mentaati secara taqlid/sepenuhnya seratus persen]. Sesederhana itu. Tapi ini merupakan hal yang Utama, bukan bagian dari detail-detail. Inilah yang diingatkan oleh Mawlana Syaikh kepadaku saat ini. Karena jika kalian bertanya kepadaku apa yang ada dalam pikiranku saat ini, sesungguhnya yang aku pikirkan [dan hendak aku ungkapkan/sampaikan] saat ini berbeda dari yang telah aku sampaikan tadi. Begitu berbeda. Begitu berbedanya. Inilah bentuk kepedulian Mawlana Syaikh QS. Beliau QS sangat peduli kepada jemaahnya, Beliau QS peduli kepada anak-anaknya, Beliau QS peduli kepada yang dicintainya.

Wa min Allahi tawfiq. Bi hurmatil Habib, bi hurmatil Faatihah.

Subhanim Allah Sultanim Allah Nabim Muhammad alayhi Salaam
Subhanim Allah Sultanim Allah Nabim Muhammad alayhi Salaam
wa shalli yaa Rabbi wa Sallim ala jami ala anbiya wa l-mursalin
wa ali kulli ajma'in wa l-hamdu liLlahir Rabbil alamiin, al Faatihah.
— bersama Heru Ramadhani Darmawangsa, Agus Murni, Heru Nur Samsu, dan 84 lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar