Rahasia yang Maha Indah – Belajar Hidup Berkah Dari Kekasih Allah
Ibn Atha’illah Al-Sakandari ra menceritakan hubungannya dengan Syeikh
Abu Al-Abbas Al-Mursi ra. Ia mengatakan, “Dulu, aku termasuk orang yang
tidak menyukai dengan Syeikh Abu Al-Abbas ra, bukan kerana apa yang ku
dengar darinya atau kerana khabar tentang dirinya, melainkan kerana aku
berselisih dengan beberapa muridnya. Aku pernah melontarkan
ucapan tidak elok tentang mereka. Namun, kemudian aku berfikir,
“Sebaiknya aku pergi menemui orang ini (Syeikh Abu Al-Abbas ra). Orang
yang berada dalam kebenaran tentu mempunyai ciri dan tanda yang jelas.”
Maka, aku mendatangi majlisnya. Ketika itu, ia tengah membahaskan
tentang masalah nafs, maqam para salik menuju Allah, serta kadar
makrifat dan kedekatan mereka kepada-Nya, yang menurutnya terbagi ke
dalam tiga tingkatan:
Tingkatan pertama adalah Islam: tunduk, taat dan melaksanakan berbagai ketentuan syariat.
Tingkatan kedua adalah iman: mengenal hakikat syariat dan memahami berbagai hasil pengaruh ubudiyah.
Tingkatan ketiga adalah ihsan: yakni menyaksikan Allah swt di dalam kalbu.
Dengan kata lain tingkatannya adalah ibadah, kemudian ubudiyah (pengabdian), dan yang terakhir adalah ubudah (penghambaan)
Dengan kata lain tingkatannya adalah syariat, kedua hakikat dan ketiga adalah tahaqquq (Kesadaran bersama-Nya)
Beberapa kali ia mengatakan: “Dengan kata lain…., dengan kata lain…,”
sehingga akalku menjadi terang. Akhirnya, aku sadar bahawa ia adalah
orang yang menceduk ilmu terus dari samudra ilahi..
Di masa
majlis yang lainnya. Ucapan pertama yang terlontar dari mulutku adalah:
“Tuanku, demi Allah, aku mencintaimu.” Ia menjawab, “Semoga Allah
mencintaimu sebagaimana kau mencintaiku.” Lalu aku mengadu kegelisahan
yang kurasakan. Ia menjawab, “Hanya ada empat keadaan yang dialami
seorang hamba: nikmat, cobaan, taat dan maksiat.
Jika berada dalam Nikmat maka Bersyukurlah.
Jika berada dalam Cobaan maka Bersabarlah.
Jika berada dalam Taat maka Saksikanlah Anugerah-Nya Kepadamu.
Jika berada dalam Maksiat maka Segeralah Bertobat.
Setelah mendengar nasihat semua kegelisahan dan kerisauan hilang laksana sehelai baju yang ditanggalkan.
Rahasia yang Maha indah tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.
Namun, dengan tulus hati, Ibn Athaillah memberikan kita kunci untuk
membuka pintu-2 khazanah yang selama ini hanyalah misteri. Dengan gaya
bahasa yang menawan, ia mengajak kita menuju jalan ilahi. Ia memimpin
kita menghindari jurang kesesatan. Kedalaman makna Al Quran dan Al Hadis
yang mulia disajikan dengan cara yang paling sempurna. “Latha’if
Al-Minan” adalah mutiara yang terpendam di kedalaman samudra.
Kisah ini menceritakan dua tokoh agung yang telah mencapai puncak
ketinggian ruhani iaitu: Imam Abu Al-Hasan Al-Syadzili ra dan Syeikh Abu
Al-Abbas Al-Mursi ra.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar