Universiti Kehidupan 150 – Majlis Bersama Syeikh Hisham Kabbani
Beliau adalah Chairman Islamic Supreme Council of AmericaIslamic , tChairman The American Muslim Assistance relief organization, Pengasas Kamilat, An international Muslim women’s organization, Chairman As-Sunnah Foundation of America, pengasas ‘Muslim Magazine’, pengasas Sufi Muslim Council.
Beliau sampai jam 8.45 malam dan disambut dengan selawat oleh murid-muridnya di Malaysia ini.
Kami solat Isyak berjemaah dan selepas isyak, semua orang mula membuat satu halaqah untuk kuliahnya.
Terdapat kamera yang membuat liputan langsung di internet untuk tatapan muridnya di seluruh dunia malam tadi.
Syeikh Hisham mempersilakan saya duduk di sebelahnya.
Ya Allah, terasa kerdil duduk di sebelah ulama yang telah mengislamkan puluhan ribu masyarakat di Amerika ini.
Beliau penuh tawadhuk memberikan kuliahnya berkisar tentang perlunya menjaga hubungan dengan Allah dan dengan manusia.
Tiba-tiba Syeikh Hisham berhenti berceramah.
“Saya rasa tak layak untuk ceramah malam ini. Saya mendapat ilham ada seorang yang perlu memberi kita tazkirah dalam lima minit” tiba-tiba Syeikh Hisham berkongsi rasa hatinya.
“Ada tak seseorang yang bernama Abdul Rahman di sini” kata Syeikh Hisham.
Semua hadirin yang ada saling berpandangan, mereka tidak mengenali siapa Abdul Rahman. Syeikh yang baru datang juga sudah tentu tidak kenal. Penganjur juga tidak kenal.
Tiba-tiba seorang perempuan menudingkan jari pada seseorang yang hamba Allah yang cacat jarinya, herot mukanya, kurus badannya.
“Itu Abdul Rahman” kata perempuan itu.
Abdul Rahman terpinga-pinga, bangun dengan agak terpinga. Semua mata memandang padanya.
Syeikh memintanya untuk memberikan tazkiran barang lima minit.
Pembesar suara diberikan pada Abdul Rahman. Dengan teragak-agak beliau mula bercakap.
“Hendaklah kita sentiasa berharap pada Allah, hati saya kini sangat mengharap pada Allah tidak pada yang lain”, kemudian dia menceritakan bahawa, anaknya baru sahaja meninggal dan dia kini hatinya hanya berserah pada Allah.
Dalam lima minit, Abdul Rahman memulangkan kembali pembesar suara pada Syeikh.
“Ada sesiapa antara kita yang menziarahinya ketika anaknya meninggal” kata Syeikh Hisham.
Semua yang ada diam, kerana semua tidak mengenalinya.
“Hari ini, untuk apa kita bersibuk dengan dunia sedangkan kematian menghampiri kita. Kumpulkan derma dan berikan pada Abdul Rahman” kata Syeikh lagi.
Saya hampir menitiskan air mata. Bagaimana sebenarnya, di kalangan kita terdapat orang yang susah yang kita selalu lupakan. Dan orang yang susah biasanya, hatinya selalu rapat dengan Allah. Dan orang yang rapat dengan Allah sudah tentu orang yang istimewa di sisi Allah.
“Kita mudah untuk mencintai guru kita, tetapi kita susah untuk mengasihi sesama kita” kata Syeikh Hisham.
Derma dikutip dan tak sampai lima minit, lebih tiga ribu dapat dikumpulkan dan terus diberikan pada Abdul Rahman.
Alhamdulillah, semua yang ada dapat berpeluang membantu. Malam ini saya belajar satu perkara:-
Di keliling kita, kita tidak tahu siapakan orang yang hampir pada Allah hingga doanya diterima Allah, sebab itu, jangan suka memandang rendah pada orang lain, selagi mana dia menjaga syariatnya, selagi itulah kita perlu menghormati orang lain.
Majlis hari ini di akhiri dengan bacaan selawat pada Nabi saw.
Hampir jam 1 pagi baru sampai ke rumah. Alhamdulillah, bertemu dengan orang Alim menjadikan kita sentiasa mempelajari ilmu secara praktikal. Semoga ia menjadi amalan kita bersama.
“Universiti Kehidupan, Pengajian Sepanjang Hayat”
Al-faqir Ila Rabbihi
Muhamad bin Abdullah
Putra Heights
25 Jamadil Awal 1431/ 9 Mei 2010 jam 8.15 pagi
Syeikh Hisham di sambut oleh muridnya dengan selawat
Beliau mempersilakan saya duduk di sebelahnya
Majlis di akhiri dengan selawat
Kesempatan yang ada, meminta bayi yang baru lahir di doakan
Masjlis disiarkan secara langsung di internet
PILIHAN
Ahmad Dani dan Sufi
05 November 2010 00:57:37 Diperbarui: 26 Juni 2015 11:50:46 Dibaca :
3,333 Komentar : 6 Nilai : 1
Kerabatku adalah salah seorang zawiyah Dzikir Tharikat Naqshabandi
Haqqani, sesekali beliau mengajakku dzikir bersama dan mengenalkan
ajaran-ajaran Sufi. Pernah juga kami dzikir bersama di sebuah Cafe,
waduh denger sebutan Cafe mata kita langsung terbelalak ya? masak dzikir
di Cafe? karena Cafe yang biasa kita kenal adalah tempat makan minum
sambil kongkow-kongkow dengerin live musik atau sekedar mau internetan
gratis dengan layanan Wi-Fi nya. Atau paling banter ha ha hi hi...
Prestice lah bo'.... iya kan? hayoo ngaku....
Cafe yang biasa digunakan untuk dzikir adalah "Rumi Cafe", yang terletak
dibilangan Blok M Jakarta Selatan, tepat disebelah showroom Harley
Davidson. Ini Cafe bukan sembarang Cafe, memang design interiornya
disesuaikan dengan Cafe pada umumnya, ada meja kursi, lukisan dan
lampu-lampu temaram. Yang membedakan Rumi Cafe yang berdiri dideretan
ruko-ruko ini dengan Cafe-Cafe di Jakarta adalah menu-menu yang
dihidangkan, di Rumi Cafe ini disediakan bermacam aksessoris Sufi.
Seperti sorban, siwak (tangkai kayu untuk menggosok gigi, biasanya
digunakan sebelum menjalankan sholat), minyak wangi tanpa alkohol,
rompi, jubah, pin, berbagai macam buku pengetahuan tentang Tharikat
Naqshabandi Haqqani / Sufi dan pernak pernik lainnya. ( mirip
perpustakaan juga sih ). Oiya, disini juga banyak sekali foto-foto
Syaikh Hisam dengan para petinggi dan ulama ternama di Indonesia.
Seperti foto saat Syaikh Hisam membai'at SBY, Foto bersama Sri Sultan
Hamengkubuwono, Ahmad Dani, kerabat dan suamiku ( hehehehe, yang ini mah
koleksi pribadi kali ), Arifin Ilham, Jefri Al Bukhori dan masih banyak
lagi.
Berkesempatan bertemu dan mengobrol dengan Syaikh Arif Ramdani pemilik
Rumi Cafe, yang sekaligus ustad pengisi tausiah di Female Radio FM
biasanya saat acara dzikir bersama setiap Rabu malam, disini kami dapat
mendengarkan tausiah mengenai ilmu hati dan bisa juga belajar tarian
Darwish atau yang biasa kami sebut Whirling, tariang dari Turki dengan
gerakan memutar tubuh dengan menyebut Asma Allah tanpa terputus. Adalah
pengalaman religi yang sungguh sangat menenangkan jiwa.
Mawlana Syaikh Nazim dan Syaikh Hisyam Kabbani adalah guru besar
Naqshabandi Haqqani dari Cyprus, hampir setiap tahun beliau berkunjung
ke Indonesia. Dalam kesempatan ini pula aku sering diajak serta untuk
ikut dalam pengajian dan dzikir akbar yang biasanya dilaksanakan di
Masjid Agung Bank Indonesia atau Masjid Pondok Indah. Atau bahkan
pertemuan tertutup di Hotel dimana beliau menginap.
Beberapa kali bertemu dengan Mawlana Syaikh Hisyam Kabbani sering sekali
aku melihat ada Ahmad Dani yang terlihat sudah sangat dekat dengan
beliau, bahkan satu tahun lalu Ahmad dan semua musisi yang tergabung di
Management Republik Cinta menyuguhkan pergelaran musik Cinta dipelataran
Masjid Pondok Indah yang disini oleh tausiah dari Syaikh Hisyam Kabbani
dan lagu-lagu religi yang dibawakan oleh Mulan Jamela, Ahmad Dani,
Lucky laki (Al, El dan Dul putra Dani Maia), Maha Dewi dan Andra and the
Backboon.
Ahmad Dani saat bersama jamaah Naqshbandi Haqqani yang kalau dilihat kok
rata-rata dari golongan menengah ke atas ya? apa aku salah lihat?
entahlah... yang jelas aku melihat Ahmad Dani musisi terkenal
berpenampilan sederhana dengan gaya sufinya, mengenakan peci kerucut
yang khas dikenakan Syaikh Hisyam.
Usut punya usut ternyata Ahmad Dani sudah lama mendalami ilmu Sufi dan
sudah lama berguru dengan Syaikh Hisyam Kabbani, bahkan Ahmad Dani
termasuk murid kesayangan, menurut sumber yang dapat dipercaya lho. Tapi
kenapa ya? Ahmad Dani sering terlihat arogan kalau di layar kaca atau
di wawancara atau saat mengomentari mantan istrinya. Entahlah.....
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/triana.septiarini/ahmad-dani-dan-sufi_55003dbc8133110717fa73ed
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/triana.septiarini/ahmad-dani-dan-sufi_55003dbc8133110717fa73ed
Ahmad Dani dan Sufi
05 November 2010 00:57:37 Diperbarui: 26 Juni 2015 11:50:46 Dibaca :
3,333 Komentar : 6 Nilai : 1
Kerabatku adalah salah seorang zawiyah Dzikir Tharikat Naqshabandi
Haqqani, sesekali beliau mengajakku dzikir bersama dan mengenalkan
ajaran-ajaran Sufi. Pernah juga kami dzikir bersama di sebuah Cafe,
waduh denger sebutan Cafe mata kita langsung terbelalak ya? masak dzikir
di Cafe? karena Cafe yang biasa kita kenal adalah tempat makan minum
sambil kongkow-kongkow dengerin live musik atau sekedar mau internetan
gratis dengan layanan Wi-Fi nya. Atau paling banter ha ha hi hi...
Prestice lah bo'.... iya kan? hayoo ngaku....
Cafe yang biasa digunakan untuk dzikir adalah "Rumi Cafe", yang terletak
dibilangan Blok M Jakarta Selatan, tepat disebelah showroom Harley
Davidson. Ini Cafe bukan sembarang Cafe, memang design interiornya
disesuaikan dengan Cafe pada umumnya, ada meja kursi, lukisan dan
lampu-lampu temaram. Yang membedakan Rumi Cafe yang berdiri dideretan
ruko-ruko ini dengan Cafe-Cafe di Jakarta adalah menu-menu yang
dihidangkan, di Rumi Cafe ini disediakan bermacam aksessoris Sufi.
Seperti sorban, siwak (tangkai kayu untuk menggosok gigi, biasanya
digunakan sebelum menjalankan sholat), minyak wangi tanpa alkohol,
rompi, jubah, pin, berbagai macam buku pengetahuan tentang Tharikat
Naqshabandi Haqqani / Sufi dan pernak pernik lainnya. ( mirip
perpustakaan juga sih ). Oiya, disini juga banyak sekali foto-foto
Syaikh Hisam dengan para petinggi dan ulama ternama di Indonesia.
Seperti foto saat Syaikh Hisam membai'at SBY, Foto bersama Sri Sultan
Hamengkubuwono, Ahmad Dani, kerabat dan suamiku ( hehehehe, yang ini mah
koleksi pribadi kali ), Arifin Ilham, Jefri Al Bukhori dan masih banyak
lagi.
Berkesempatan bertemu dan mengobrol dengan Syaikh Arif Ramdani pemilik
Rumi Cafe, yang sekaligus ustad pengisi tausiah di Female Radio FM
biasanya saat acara dzikir bersama setiap Rabu malam, disini kami dapat
mendengarkan tausiah mengenai ilmu hati dan bisa juga belajar tarian
Darwish atau yang biasa kami sebut Whirling, tariang dari Turki dengan
gerakan memutar tubuh dengan menyebut Asma Allah tanpa terputus. Adalah
pengalaman religi yang sungguh sangat menenangkan jiwa.
Mawlana Syaikh Nazim dan Syaikh Hisyam Kabbani adalah guru besar
Naqshabandi Haqqani dari Cyprus, hampir setiap tahun beliau berkunjung
ke Indonesia. Dalam kesempatan ini pula aku sering diajak serta untuk
ikut dalam pengajian dan dzikir akbar yang biasanya dilaksanakan di
Masjid Agung Bank Indonesia atau Masjid Pondok Indah. Atau bahkan
pertemuan tertutup di Hotel dimana beliau menginap.
Beberapa kali bertemu dengan Mawlana Syaikh Hisyam Kabbani sering sekali
aku melihat ada Ahmad Dani yang terlihat sudah sangat dekat dengan
beliau, bahkan satu tahun lalu Ahmad dan semua musisi yang tergabung di
Management Republik Cinta menyuguhkan pergelaran musik Cinta dipelataran
Masjid Pondok Indah yang disini oleh tausiah dari Syaikh Hisyam Kabbani
dan lagu-lagu religi yang dibawakan oleh Mulan Jamela, Ahmad Dani,
Lucky laki (Al, El dan Dul putra Dani Maia), Maha Dewi dan Andra and the
Backboon.
Ahmad Dani saat bersama jamaah Naqshbandi Haqqani yang kalau dilihat kok
rata-rata dari golongan menengah ke atas ya? apa aku salah lihat?
entahlah... yang jelas aku melihat Ahmad Dani musisi terkenal
berpenampilan sederhana dengan gaya sufinya, mengenakan peci kerucut
yang khas dikenakan Syaikh Hisyam.
Usut punya usut ternyata Ahmad Dani sudah lama mendalami ilmu Sufi dan
sudah lama berguru dengan Syaikh Hisyam Kabbani, bahkan Ahmad Dani
termasuk murid kesayangan, menurut sumber yang dapat dipercaya lho. Tapi
kenapa ya? Ahmad Dani sering terlihat arogan kalau di layar kaca atau
di wawancara atau saat mengomentari mantan istrinya. Entahlah.....
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/triana.septiarini/ahmad-dani-dan-sufi_55003dbc8133110717fa73ed
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/triana.septiarini/ahmad-dani-dan-sufi_55003dbc8133110717fa73ed
Tidak ada komentar:
Posting Komentar