UNTUK APA BERISTRI 2,3,4?
Ada seseorang tidak makan seharian
karena tidak ada makanan atau karena pantang makan karena akan menjalani
proses operasi medis, maka ia tidak disebut orang yang melakukan ibadah
puasa walaupun sama-sama tidak makan.
Seseorang yang berputar
mengelilingi Ka’bah untuk mencari sesuatu yang jatuh atau atau mencari
saudaranya tertinggal , maka orang tersebut tidak dikatakan melakukan
ibadah thowaf walaupun sama-sama berputar mengelilingi Ka’bah.
Wow....nah syarat sahnya amal dan mendapatkan pahala itu adalah NIAT.
Kalau yg ini bagaimana, kawan?
”Sesungguhnya apabila engkau menafkahkan hartamu dan dengannya engkau
mencari wajah Alloh, maka engkau akan diberi pahala lantaran nafkahmu
itu sampaipun apa yang engkau suapkan ke mulut istrimu.” [HR Bukhori
dalam Fathul Baari 1/136 dan Muslim 1628].
Imam Nawawi mengambil
istimbath dari hadits diatas bahwa memberikan suapan kepada istri
biasanya terjadi pada waktu bergurau dan ketika timbul syahwat dan yang
demikian itu jelas, namun bila dilakukan untuk mencari ganjaran pahala,
maka ia akan memperolehnya dengan keutamaan dari Alloh Azza wa Jalla.
[Fathul Baari 1/137].
Imam An Nawawi -rahimahullah- menjelaskan,”Niat itu disyariatkan untuk beberapa hal berikut :
PERTAMA:
Untuk membedakan antara ibadah dengan kebiasaan (adat). Misalnya duduk
dimasjid, ada yang berniat istirahat, ada juga yang berniat i’tikaf.
Mandi dengan niat mandi junub berbeda dengan mandi yang hanya sekedar
untuk membersihkan tubuh. yang membedakan diantara ibadah dan kebiasaan
adalah niat.
Rosululloh Sholallahu Alaihi Wassalam mengisyaratkan
hal itu ketika ditanya tentang seorang lelaki yang berperang/jihad
karena riya’ (ingin dilihat orang), karena fanatisme golongan, dan
berperang hanya karena supaya dianggap pemberani. Yang mana yang
berperang/berjihad di jalan Alloh Azza wa Jalla ? maka Rosululloh
Sholallahu Alaihi Wassalam menjawab, ”barangsiapa berperang dengan
tujuan agar kalimat Alloh adalah yang paling tinggi maka itu fi
sabilillah.” [Hadits ini diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam shahihnya
dalam bab Kitabul Ilmi, Fathul Baari 1/222 no 123 dan Muslim dalam
Shahihnya dalam bab Kitabul Imarah no 1904, Sunan At Timidzi no 1652]
KEDUA:
Untuk membedakan antara satu ibadah dengan ibadah lainnya. Misalnya
seorang mengerjakan sholat empat rakaat. Apakah diniatkan sholat dhuhur
ataukan sholat sunnat yang membedakan adalah niatnya. Demikian pula
orang yang memerdekakan seorang hamba, apakah ia niatkan untuk membayar
kafarah (tebusan) ataukah ia niatkan untuk nadzar atau lainnya. inilah
pentingnya niat [ lihat : Syarah Arbai’n oleh Imam An Nawwawi hal 8].
Kata niat yang sering diulang-ulang dalam hadits Rosululloh Sholallahu
Alaihi Wassalam dan firman Alloh Azza wa Jalla terkadang dengan makna
iradah dan terkadang pula dengan makna Qashd dan sejenisnya. Seperti
dalam Al Qur’an Surat 3 ayat 152, dan Surat 17 ayat 18-19. #babniat #niat #apaituniat #peranniatdalamamal #samuderailmu
to be continue...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar