Sabtu, 14 Mei 2016

UNTUK APA BERISTRI 2,3,4?

UNTUK APA BERISTRI 2,3,4?
Ada seseorang tidak makan seharian karena tidak ada makanan atau karena pantang makan karena akan menjalani proses operasi medis, maka ia tidak disebut orang yang melakukan ibadah puasa walaupun sama-sama tidak makan.
Seseorang yang berputar mengelilingi Ka’bah untuk mencari sesuatu yang jatuh atau atau mencari saudaranya tertinggal , maka orang tersebut tidak dikatakan melakukan ibadah thowaf walaupun sama-sama berputar mengelilingi Ka’bah.
Wow....nah syarat sahnya amal dan mendapatkan pahala itu adalah NIAT.
Kalau yg ini bagaimana, kawan?
”Sesungguhnya apabila engkau menafkahkan hartamu dan dengannya engkau mencari wajah Alloh, maka engkau akan diberi pahala lantaran nafkahmu itu sampaipun apa yang engkau suapkan ke mulut istrimu.” [HR Bukhori dalam Fathul Baari 1/136 dan Muslim 1628].
Imam Nawawi mengambil istimbath dari hadits diatas bahwa memberikan suapan kepada istri biasanya terjadi pada waktu bergurau dan ketika timbul syahwat dan yang demikian itu jelas, namun bila dilakukan untuk mencari ganjaran pahala, maka ia akan memperolehnya dengan keutamaan dari Alloh Azza wa Jalla. [Fathul Baari 1/137].
Imam An Nawawi -rahimahullah- menjelaskan,”Niat itu disyariatkan untuk beberapa hal berikut :
PERTAMA:
Untuk membedakan antara ibadah dengan kebiasaan (adat). Misalnya duduk dimasjid, ada yang berniat istirahat, ada juga yang berniat i’tikaf. Mandi dengan niat mandi junub berbeda dengan mandi yang hanya sekedar untuk membersihkan tubuh. yang membedakan diantara ibadah dan kebiasaan adalah niat.

Rosululloh Sholallahu Alaihi Wassalam mengisyaratkan hal itu ketika ditanya tentang seorang lelaki yang berperang/jihad karena riya’ (ingin dilihat orang), karena fanatisme golongan, dan berperang hanya karena supaya dianggap pemberani. Yang mana yang berperang/berjihad di jalan Alloh Azza wa Jalla ? maka Rosululloh Sholallahu Alaihi Wassalam menjawab, ”barangsiapa berperang dengan tujuan agar kalimat Alloh adalah yang paling tinggi maka itu fi sabilillah.” [Hadits ini diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam shahihnya dalam bab Kitabul Ilmi, Fathul Baari 1/222 no 123 dan Muslim dalam Shahihnya dalam bab Kitabul Imarah no 1904, Sunan At Timidzi no 1652]
KEDUA:
Untuk membedakan antara satu ibadah dengan ibadah lainnya. Misalnya seorang mengerjakan sholat empat rakaat. Apakah diniatkan sholat dhuhur ataukan sholat sunnat yang membedakan adalah niatnya. Demikian pula orang yang memerdekakan seorang hamba, apakah ia niatkan untuk membayar kafarah (tebusan) ataukah ia niatkan untuk nadzar atau lainnya. inilah pentingnya niat [ lihat : Syarah Arbai’n oleh Imam An Nawwawi hal 8].

Kata niat yang sering diulang-ulang dalam hadits Rosululloh Sholallahu Alaihi Wassalam dan firman Alloh Azza wa Jalla terkadang dengan makna iradah dan terkadang pula dengan makna Qashd dan sejenisnya. Seperti dalam Al Qur’an Surat 3 ayat 152, dan Surat 17 ayat 18-19. ‪#‎babniat‬ ‪#‎niat‬ ‪#‎apaituniat‬ ‪#‎peranniatdalamamal‬ ‪#‎samuderailmu‬
to be continue...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar