"Wahai guru,
aku mempunyai doa yang selalu kupanjatkan setiap hari
selama bertahun-tahun kepada-Nya akan
tetapi tampaknya hingga hari ini
permohonanku itu tidak pernah dikabulkan.
Apakah Tuhan tidak mendengar
doaku?
Apakah Ia tidak peduli kepadaku?
Mengapa Ia tidak mengabulkan
doaku
untuk meringankan beban kehidupanku sedikit saja?"
"Anakku
sayang,
manakala Tuhan berjanji untuk mengabulkan setiap permohonan
hamba-Nya
maka pastilah itu terjadi,
akan tetapi kerap kali bentuk
pengabulan doa itu
yang kerap kali luput ditangkap oleh sang hamba.
Seperti seorang hamba yang memohon untuk dibukakan sebuah pintu
yang
berada tepat di hadapannya
akan tetapi Tuhan tahu pintu yang lebih baik
adalah
yang terletak di belakangnya
dan sang hamba tidak menyadari hal
itu
karena hatinya terlalu sibuk dengan jawaban doa versi dirinya
dibanding dengan memohon apa yang terbaik menurut Yang Maha Mengetahui.
Aku akan membagi sebuah kisah yang diceritakan oleh Mawlana Jalaluddin
Rumi
dalam Kitab Masnawi untuk sedikit menghibur hatimu yang sedang
gundah gulana.
Tersebutlah seorang petani pada zaman Nabi Musa datang
memohon kepada nabinya
agar diberikan ilmu yang membuatnya bisa mengerti
bahasa binatang.
Berkali-kali si petani datang kepada Nabi Musa
dan
berkali-kali pula sang Nabi menolak mengajarinya
dan berkata bahwa hal
itu bukan untuknya.
Akan tetapi si petani tetap keras kepala memohon
kepadanya
karena beranggapan kehidupannya akan semakin lebih mudah
dengan menguasai ilmu bahasa binatang tersebut.
Demikianlah petani itu
tak pernah menyerah memohon kepada nabi
dan Tuhannya hingga akhirnya
pada suatu hari Tuhan berkata kepada Nabi Musa
"Silakan ajarkan ilmu itu
kepada sang petani!".
Maka Sang Nabi pun mematuhi perintah Tuhannya
dan
mengajarkan ilmu bahasa binatang kepada si petani.
Hari pertama
setelah si petani itu mendapatkan ilmu barunya,
ia mendengarkan
percakapan antara ayam betina dan ayam jantan yang berkata
"Wah kasihan
kambing itu usianya hanya beberapa hari saja!"
Mendengar hal itu si
petani buru-buru menjual kambing tuanya
untuk mencegah kerugian yang
lebih besar.
Beberapa lama kemudian ia mendapatkan informasi dari
sekawanan kambing
bahwa kudanya tak lama lagi akan meninggal,
maka
dengan sigap ia pun menjual kudanya.
Demikianlah peternakannya
mendapatkan untung berlipat ganda
setelah ia menguasai bahasa binatang.
Tahun demi tahun ia lalui dalam kegembiraan yang membuncah
dan
kekayaannya tak terhitung banyaknya.
Hingga pada suatu hari si petani
mendengar kabar
yang membuatnya panik dari salah satu binatang
yang kali
ini mengatakan bahwa usia si petani tidak lama lagi!
Dengan
tergopoh-gopoh ia datang menemui Nabi Musa
sambil menangis dan memohon
untuk mencegahnya dari kematian
yang semakin mendekatinya.
Sang Nabi
berkata,
"Sudah terlambat untuk mencegahnya,
tidak kah kau pahami bahwa
setiap penderitaan
akibat kehilangan ternakmu yang kau susah payah untuk
menghindarinya itu
sebenarnya mendatangkan banyak kebaikan bagimu.
Kalau kau tidak memaksakan diri untuk menguasai bahasa binatang
kau
tidak akan menjual kambingmu di awal
dan ternak-ternakmu yang lain
setelahnya
dan karenanya engkau akan terhindar dari penyakit
yang akan
menggiringmu kepada kematian.
Ketahuilah bahwa
sebelumnya usiamu
ditakdirkan mencapai 150 tahun.
Namun sekarang semua sudah berubah
karena engkau memaksakan kehendakmu dan merusak rencana-Nya.
Bisa
jadi kamu membenci sesuatu,
padahal ia amat baik bagimu
dan boleh jadi
(pula) kamu menyukai sesuatu
padahal ia amat buruk bagimu.
Allah
mengetahui sedang kamu tidak mengetahui. *"
* QS Al Baqarah: 216
Tidak ada komentar:
Posting Komentar