Jumat, 01 Januari 2016

LIMA JALAN TASAWUF (BAG. 2)

LIMA JALAN TASAWUF (BAG. 2)

Mujahadah adalah suatu keniscayaan yang mesti diperbuat oleh siapa saja 
yang ingin kebersihan jiwa serta kematangan iman dan takwa. 
Allah SWT berfirman, 
“Dan sesunggunya Kami telah menciptakan manusia 
dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya 
dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya, 
(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, 
seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. 
Tiada satu ucapan pun yang diucapkannya 
melainkan ada di dekatnya Malaikat pengawas yang selalu hadir”. (Q.S. Qaaf: 16-18).

3. MURAQABAH 
Muraqabah berarti merasa selalu diawasi oleh Allah SWT 
sehingga dengan kesadaran ini mendorong manusia 
senantiasa rajin melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya.

Sesungguhnya manusia hakikinya selalu berhasrat dan ingin kepada kebaikan 
dan menjunjung nilai kejujuran dan keadilan, 
meskipun tidak ada orang yang melihatnya. 

Kehati-hatian (mawas diri) adalah kesadaran. 

Kesadaran ini makin terpelihara dalam diri seseorang hamba 
jika meyakini bahwa Allah SWT selalu melihat dirinya.

Syeikh Ahmad bin Muhammad Ibnu Al Husain Al Jurairy mengatakan,

“Jalan kesuksesan itu dibangun di atas dua bagian.

Pertama, 
hendaknya engkau memaksa jiwamu muraqabah (merasa diawasi) oleh Allah SWT. 

Kedua, 
hendaknya ilmu yang engkau miliki tampak di dalam perilaku lahiriahmu sehari-hari.” 

Syeikh Abu Utsman Al Maghriby mengatakan, 
“Abu Hafs mengatakan kepadaku, 
‘ketika engkau duduk mengajar orang banyak 
jadilah seorang penasihat kepada hati dan jiwamu sendiri 
dan jangan biarkan dirimu tertipu oleh ramainya orang berkumpul di sekelilingmu, 
sebab mungkin mereka hanya melihat wujud lahiriahmu, 
sedangkan Allah SWT memperhatikan wujud batinmu.” 

Dalam setiap keadaan seorang hamba tidak akan pernah terlepas dari ujian 
yang harus disikapinya dengan kesabaran, serta nikmat yang harus disyukuri. 

Muraqabah adalah sikap tidak berlepas diri dari kewajiban 
yang difardhukan Allah SWT yang mesti dilaksanakan, 
dan larangan yang wajib dihindari.

Muraqabah dapat membentuk mental dan kepribadian seseorang 
sehingga ia menjadi manusia yang jujur. 
Maka, 
berlaku jujurlah engkau dalam perkara sekecil apa pun dan di manapun engkau berada.

Kejujuran dan keikhlasan adalah dua hal yang harus engkau wujudkan dalam hidupmu. 
Ia akan bermanfaat bagi dirimu sendiri. 
Ikatlah ucapanmu, baik yang lahir maupun yang batin, 
karena malaikat senantiasa mengontrolmu. 
Allah SWT Maha Mengetahui segala hal di dalam batin.

4. MUHASABAH 
Muhasabah berarti introspeksi diri, menghitung diri dengan amal yang telah dilakukan. 

Manusia yang beruntung adalah manusia yang tahu diri, 
dan selalu mempersiapkan diri untuk kehidupan kelak yang abadi di yaumul akhir.
Dengan melaksanakan muhasabah, 
seorang hamba akan selalu menggunakan waktu dan jatah hidupnya 
dengan sebaik-baiknya, dengan penuh perhitungan baik amal ibadah mahdhah maupun amal sholeh berkaitan kehidupan bermasyarakat. 
Allah SWT memerintahkan hamba untuk selalu mengintrospeksi dirinya 
dengan meningkatkan ketaqwaannya kepada Allah SWT.

Muhasabah dapat dilaksanakan dengan cara meningkatkan ubudiyah 
serta mempergunakan waktu dengan sebaik-baiknya. 

Berbicara tentang waktu, 
seorang ulama yang bernama Malik bin Nabi berkata, 
“Tidak terbit fajar suatu hari, kecuali ia berseru,
 “Wahai anak cucu Adam, aku ciptaan baru yang menjadi saksi usahamu. 
Gunakan aku karena aku tidak akan kembali lagi sampai hari kiamat.” 

Waktu adalah modal utama manusia. 
Apabila tidak dipergunakan dengan baik, waktu akan terus berlalu. 
Banyak sekali hadits Nabi SAW yang memperingatkan manusia
agar mempergunakan waktu dan mengaturnya sebaik mungkin.

“Dua nikmat yang sering disia-siakan banyak orang: 
Kesehatan dan kesempatan (waktu luang).” 

(H.R. Bukhari melalui Ibnu Abbas r.a).

5. MU’AQABAH 
Muaqabah berarti pemberian sanksi terhadap diri sendiri. 
Apabila melakukan kesalahan atau sesuatu yang bersifat dosa 
maka ia segera menghapus dengan amal yang lebih utama meskipun terasa berat, 
seperti berinfaq dan sebagainya.

Kesalahan maupun dosa adalah kesesatan. 

Karena itu, 
agar manusia tidak tersesat hendaklah manusia bertaubat kepada Allah, 
mengerjakan kebajikan sesuai dengan norma yang ditentukan 
untuk menuju ridha dan ampunan Allah.

Berkubang dan hanyut dalam kesalahan adalah 
perbuatan yang melampaui batas dan wajib ditinggalkan. 
Orang baik adalah orang yang manakala berbuat salah, 
bersegera mengakui dirinya salah, kemudian bertobat, 
dalam arti kembali ke jalan Allah dan 
berniat dan berupaya kuat untuk 
tidak akan pernah mengulanginya untuk kedua kalinya.

Semoga bermanfaat.
Salam

Halim Ambiya
Pendiri & Admin Tasawuf Underground
(Gambar: Manuskrip kitab Risalah Al-Qusyairiyah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar