Sabtu, 02 Januari 2016

MEREGUK SARI TASAWUF

KEBAJIKAN-KEBAJIKAN

Memiliki kepercayaan penuh pada Allah 
berarti hidup dalam damai dan bahagia , cukup, dan puas (al-ridha).
Semua orang ingin cukup, dipuaskan dengan kehidupan ,
Tetapi aliran kehidupan duniawi serta kelabilan jiwa itu sendiri 
yang membuat keadaan ini hampir mustahil selama kita
mendasarkan kepuasan kita pada faktor eksternal 
dalam kehidupan yang sementara dan tak pasti ini .

Kepuasan adalah sebuah stasiun ruhani yang tinggi 
yang dapat dicapai hanya jika orang dapat menenangkan diri 
dalam Realitas Ilahi dan puas dengan kondisi seperti ini.
Orang seperti itu juga merupakan orang yang dengannya Allah puas,
dan orang ini sudah siap untuk masuk surga.

Seperti dinyatakan ayat Al-Qur'an , 
"Hai jiwa yang tenang  , 
 kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas 
 lagi diridhai-Nya. 
 Maka  masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba Ku , 
 dan masuklah ke dalam surga-Ku".
 Q.S Al-Fajr (89); 27-30

Kegembiraan inilah tepatnya yang disebut al-ridha.
Hanya di stasiun ini jiwa mengalami sukacita kepuasan dan perdamaian 
yang seperti kata Isa ,"melampaui semua pemahaman".
Kepuasan ini membawa bersamanya rasa syukur (al-syukr), 
karena meraih kondisi jiwa yang benar-benar membuat seseorang 
merasa puas dengan apa yang telah  Allah berikan 
juga membuahkan rasa syukur.
Dalam keadaan kepuasan ini jiwa tidak meminta apa-apa lagi.

Kita telah membahas kemiskinan spiritual (aal-faqr) ,
yang mencirikan semua Tasawuf .
Tetapi sebagian guru Sufi memandangnya sebagai salah satu stasiun,
kadang-kadang disebutkan sebelum tahap kepuasan 
dan kadang-kadang setelahnya.
Orang harus menyadari sepenuhnya kebenaran ayat Al-Qur'an 
bahwa Allah itu Maha kaya dan kita miskin, bahwa secara ontologis
Dia adalah Wujud Mutlak sementara kita tidak ada apa-apanya 
di dalam diri kita sendiri, karena 
kita menerima eksistensi kita dari Allah.

Dari satu sudut pandang , orang harus memiliki ketulusan (al-ikhlas),
menghindari semua kemunafikan dan keburukan karakter.
Kita dapat mencapai Kebenaran hanya dengan ikhlas 
secara penuh dan niat suci.
Ada beberapa  sudut tersembunyi jiwa yang tidak mudah dijangkau
dan hanya dalam keadaan tertentu memperlihatkan wataknya 
yang terdistorsi dan menampakkan kemunafikan.
Sifat ini  dianggap salah satu bahaya besar di jalan ini.
Untuk menghadapi kemunafikan tersembunyi ini , 
beberapa Sufi tertentu pergi ke arah lain 
dengan menyembunyikan kebajikan mereka 
dan melakukan tindakan yang secara lahiriah dianggap tercela.
Oleh karena itu, mereka disebut Kaum pencela-Diri 
(al-malamatiyyah atau  malamiyyah).

#HSN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar