KEBAJIKAN-KEBAJIKAN
Memiliki kepercayaan penuh pada Allah
berarti hidup dalam damai dan bahagia , cukup, dan puas (al-ridha).
Semua orang ingin cukup, dipuaskan dengan kehidupan ,
Tetapi aliran kehidupan duniawi serta kelabilan jiwa itu sendiri
yang membuat keadaan ini hampir mustahil selama kita
mendasarkan kepuasan kita pada faktor eksternal
dalam kehidupan yang sementara dan tak pasti ini .
Kepuasan adalah sebuah stasiun ruhani yang tinggi
yang dapat dicapai hanya jika orang dapat menenangkan diri
dalam Realitas Ilahi dan puas dengan kondisi seperti ini.
Orang seperti itu juga merupakan orang yang dengannya Allah puas,
dan orang ini sudah siap untuk masuk surga.
Seperti dinyatakan ayat Al-Qur'an ,
"Hai jiwa yang tenang ,
kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas
lagi diridhai-Nya.
Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba Ku ,
dan masuklah ke dalam surga-Ku".
Q.S Al-Fajr (89); 27-30
Kegembiraan inilah tepatnya yang disebut al-ridha.
Hanya di stasiun ini jiwa mengalami sukacita kepuasan dan perdamaian
yang seperti kata Isa ,"melampaui semua pemahaman".
Kepuasan ini membawa bersamanya rasa syukur (al-syukr),
karena meraih kondisi jiwa yang benar-benar membuat seseorang
merasa puas dengan apa yang telah Allah berikan
juga membuahkan rasa syukur.
Dalam keadaan kepuasan ini jiwa tidak meminta apa-apa lagi.
Kita telah membahas kemiskinan spiritual (aal-faqr) ,
yang mencirikan semua Tasawuf .
Tetapi sebagian guru Sufi memandangnya sebagai salah satu stasiun,
kadang-kadang disebutkan sebelum tahap kepuasan
dan kadang-kadang setelahnya.
Orang harus menyadari sepenuhnya kebenaran ayat Al-Qur'an
bahwa Allah itu Maha kaya dan kita miskin, bahwa secara ontologis
Dia adalah Wujud Mutlak sementara kita tidak ada apa-apanya
di dalam diri kita sendiri, karena
kita menerima eksistensi kita dari Allah.
Dari satu sudut pandang , orang harus memiliki ketulusan (al-ikhlas),
menghindari semua kemunafikan dan keburukan karakter.
Kita dapat mencapai Kebenaran hanya dengan ikhlas
secara penuh dan niat suci.
Ada beberapa sudut tersembunyi jiwa yang tidak mudah dijangkau
dan hanya dalam keadaan tertentu memperlihatkan wataknya
yang terdistorsi dan menampakkan kemunafikan.
Sifat ini dianggap salah satu bahaya besar di jalan ini.
Untuk menghadapi kemunafikan tersembunyi ini ,
beberapa Sufi tertentu pergi ke arah lain
dengan menyembunyikan kebajikan mereka
dan melakukan tindakan yang secara lahiriah dianggap tercela.
Oleh karena itu, mereka disebut Kaum pencela-Diri
(al-malamatiyyah atau malamiyyah).
#HSN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar