- Tawassuth, bersikap tengah-tengah, tidak condong ke kelompok kanan ataupun kiri.
- Tasamuh, toleransi dalam menanggapi segala perbedaan yang ada.
Dan dengan begitu, kita akan bisa menjadi seorang yang mu'tadil/lurus,
tidak sekadar berkoar, lempar tuduh, terburu-buru menghukumi, ikut-ikutan,
tak berimbang, dan sebagainya.
Dan inilah yang menjadi rahasia
keharmonisan perbedaan ulama terdahulu kita hingga muncul 4 madzhab besar fikih dan para pengikutnya, pula tetap adanya 'kelangsungan hidup' bagi madzhab-madzhab akidah selain Ahlussunnah, seperti Syiah, Mu'tazilah, dsb.
Meski mereka banyak memiliki perbedaan,
tapi kedamaian mereka-lah
yang mengantarkan Islam untuk maju memimpin dunia seisinya.
Dan ketika hal ini mulai terkikis, ummat Islam pun mulai mundur dari garis depan.
Ya, menghormati perbedaan, tanpa kehilangan identitas diri dalam bermadzhab,
adalah hal penting yang harus kembali dihidupkan, dimulai dari diri kita sendiri.
Penting diingat,
bahwa selalu ada hubungan antara doa yang sering kita rapal,
"Allahumma arinal haqqa haqqan warzuqna-ttiba'ah,
wa arinal bathila bathilan warzuqna-jtinabah,
wala taj'alhu multabisan 'alaina fanadhill.
Ya Allah,
tunjukilah kami kebenaran
sebagai sebenar kebenaran dan rezekikan kami untuk mengikutinya, dan
tunjukilah kami kebatilan sebagai sebenar kebatilan, dan
rezekikan kami untuk menjauhinya, dan
jangan jadikan keduanya tersamarkan bagi kami,
lantas kami menjadi sesat,"
dengan doa yang juga tak kalah sering kita ucap sejak kecil,
"Rabbi zidnii 'ilman warzuqnii fahman,
Duh Gusti,
tambahilah aku ilmu dan rezekikan aku kefahaman (terhadap ilmu tersebut)."
Karena memang kita akan bisa menguak sebenar kebenaran dan kebatilan,
jika kita memiliki ilmu dan kefahaman.
Bukan sekadar ikut-ikutan, apalagi copy-paste.
Memiliki Ulama yang ahli debat dan mempertahankan akidah
ataupun sekadar hukum fikih memang penting.
Akan tetapi lebih penting lagi,
adalah memiliki Ulama yang memiliki kebijaksanaan besar
dalam menanggapi perbedaan dan segala fenomena baru yang terjadi,
agar dapat menenangkan masyarakat dan
membuat masyarakat dapat berpikir lebih dewasa, berwawasan luas,
berhati legowo, dan berlapang dada.
Dan jika memang kita menemukan ulama bijaksana seperti inilah,
kita baru bisa memilih opsi untuk "mengikuti".
Mengikuti setelah ulama bijaksana tersebut menuntun arah pikir kita
ke arah yang sesuai kaidah "berpikir dan berakal" yang sesungguhnya.
Wallahu a'lam bish shawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar