Sabtu, 23 Januari 2016

ZIKIR DAN KONTEMPLASI DALAM TASAWUF

PENDAHULUAN.

Seorang ulama terkemuka lainnya , 
yang  dipandang termasuk dalam barisan 
"orang-orang berilmu mendalam" , Allamah Jalaluddin Dawwani,
mengatakan dalam karyanya Syarh ar-Ruba'iyat :

Ilmu-ilmu formal tidak membimbing kita pada hakikat.
Akan tetapi, yang menuntun kita kepadanya- selain rahmat Allah - 
adalah persahabatan atau pergaulan akrab 
dengan orang-orang yang mengalami ekstase ini.

Kendati metode-metode argumentasi atau penalaran tersebut 
memecahkan banyak kesulitan dan menghilangkan banyak hambatan
serta kendala , mereka yang berusaha mencapai Hakikat , 
tidak menemukan kedamaian atau kebahagiaan 
dengan menggunakan berbagai metode ini.

Seorang Sufi besar , al-Hallaj,mengatakan ,
"Barangiapa mencari Allah dan mengambil akal sebagai pemandunya,
 Allah akan mengusir dan menghalaunya , 
 dan membiarkannya berada dalam kebingungan serta tak bisa diam.
 Dengan kebingungan itu , 
Allah kacaukan dan ombang-ambingkan relung kalbunya , 
sehingga , karena sangat kebingungan , 
 ia pun berseru , 
 "Aku tak tahu kalau itu Engkau".

Hal ini bisa dilihat dari tulisan-tulisan sebagian ulama besar 
yang menekuni ilmu-ilmu formal dan menghabiskan sebagian besar
hidupnya  dalam argumentasi ,penalaran metodis serta perdebatan,
tetapi tidak bisa meraih tujuannya.

Karena itu, mereka lantas tidak mau lagi menempuh jalan ini
dalam mencari Hakikat , menyendiri, dan tidak mau bergaul  lagi
dengan orang banyak.

Demikianlah Abu Hamid al-Ghazali (w.1111 M) 
menuturkan kisahnya sendiri dalam kitabnya ,
Al- Munqid min adh Dhalal,dan karya-karyanya yang lain.

Begitu pula, Hamadzani membahas masalah ini 
dalam Zuhdat al-Haqa'iq.
Ia mengatakan :

Bagi sang pencari 
yang tengah melakukan penyucian batin, 
masyarakat manusia dan pergaulan dengan orang-orang 
yang mempunyai pengetahuan intuitif langsung , 
sangatlah penting dan bernilai.

Yang saya maksud dengan orang-orang 
yang mempunyai pengetahuan intuitif langsung adalah
mereka yang telah menyucikan kalbu dan batinnya 
dari segala macam kejahatan dan 
yang kepada mereka  anugerah serta rahmat Allah 
mengungkapkan berbagai hal 
yang tidak sanggup dilukiskan dan digambarkan dengan kata-kata.

Kebahagian sang pencari terletak dalam pengabdian penuh khidmat
kepada para wali yang telah fana dan lebur sepenuhnya dalam diri Allah,
menjadi satu ruh dengan Diri-Nya dalam segala hal.
Dengan demikian, 
ketika mereka menghabiskan kehidupannya 
dalam gelora cinta kepada Allah 
serta beribadah secara tulus kepada-Nya,
Allah pun lalu menganugerahkan kehidupan 
yang manis, bersih, bahagia, dan baik.

Para ulama formalis 
tidak  tahu sedikitpun kecuali bentuk lahiriah
atau kesan Hakikat saja.

Jika  engkau ingin mengetahui  Kebenaran,
Tinggalkan perdebatan dan diskusi 
seperti yang dilakukan para pencari sejati.

Bergaullah bersama para Wali Allah 
dan berbaurlah dengan mereka.
Mudah-mudahan engkau membumbung tinggi
dengan sayap-sayap mereka.

dan juga....

Kita terjun dalam diskusi-diskusi akademis yang tak berakhir
Tetapi tak sanggup menguak misteri-misteri jagat raya.

Meski beberapa simbol telah diurai,
Tak sedikit pun hari Akhirat bisa diketahui !.

Dr.Mir Valiuddin.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar