Senin, 16 Mei 2016

al-Qaul al-Farid fi Makrifat al-Tauhid. “Ma’rifat al-Tauhid”


al-Qaul al-Farid fi Makrifat al-Tauhid.
“Ma’rifat al-Tauhid”

(36) Fahamilah oleh mu!, semoga Allah memuliakanmu dengan asal ini, agar menjadi petunjuk dan keyakinan bagimu dalam segala urusanmu. Ketika kamu telah memahami hal ini maka kamu akan mengetahui bahawa sesungguhnya yang maha Benar adalah alam, yang berfirman, yang menggerakkan, yang menguasai, yang mewujudkan, yang mengarahkan.

Sesungguhnya yang Ada secara hakiki adalah Allah swt, karena Dia lah yang maha zohir yang tergambarkan dalam bentuk alam dengan cara penampakan yang tertentu secara sempurna, dengan gambaran-gambaran yang berbeza. Sedangkan segala bentuk fenomena yang ada hanyalah sebuah imajinasi yang berkesinambungan. Maka semuanya itu tidaklah lebih dari sebuah kehadiran imajinatif/bayangan, dan fenomena yang nampak hanyalah mustahil. Bahkan sesungguhnya secara hakiki hal itu tidaklah nampak, kecuali wujud yang mustahil.

Yang wajib wujud hanyalah Allah swt, secara universal Dia tidak menerima adanya bentuk yang lain. Sedangkan segala fenomena dan penampakannya hanyalah imajinasi. Oleh karena itu yang mustahil itu mampu terwujud, dapat menerima bentuk dan gerak dalam keberadaannya. Sebagimana orang yang sedang tidur, di dalam tidurnya dia melihat dirinya dalam bentuk yang sudah dia kenal yang berada dalam kota yang lain serta dengan keadaan yang lain pula, yang sangat berbeza dengan keadaan dirinya yang sebenarnya.

Begitu juga Ahlu allah dan para salikin, ketika mereka menghadapkan batinnya, masing-masing dari mereka melihat nabi Saw

(37) atau mereka melihat Allah yang maha agung lagi luhur dalam bentuk tertentu, dengan keadaan benar-benar melihat langsung dengan berbagai penglihatan yang berbeza padahal materi yang dilihat sama, hanya satu tidak ada yang lain lagi. Terkadang bentuk itu berubah ke bentuk yang lain yang tidak pernah selesai dan tidak ada habisnya.

Imam Bukhori meriwayatkan sebuah hadits dari Abi Hurairah tentang perubahan tersebut; dia berkata,

Nabi Saw bersabda: kemudian Allah mendatangi mereka dalam bentuk yang lainnya yang tidak mereka kenal. Kemudian Allah berkata kepada mereka: Aku adalah tuhamu, mereka menjawab: Kami berlindung kepada Allah dari mu, ini tempat kami, sampai Tuhan kami mendatangi kami. Ketika Tuhan telah mendatangi kami maka kami akan mengenalinya. Kemudian Allah mendatangi mereka dalam bentuk yang telah mereka kenal. Kemudian mereka berkata: Engkau lah Tuhan kami, kemudian mereka mengikuti-Nya.

Lihatlah secara seksama hadits tersebut, tentang perubahan Allah dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Pada penampakan bentuk pertama mereka tidak mempercayai bahwa yang dilihat itu adalah Allah, namun setelah Allah merubah penampakannya dengan yang lainnya mereka mempercayainya. Padalahal mata itu satu dan gambar dalam amma bermacam-macam. Dari hadits ini ada sebuah hikmah bagi setiap orang yang memiliki kekurangan. Ketika dia melihat dengan cermat hal ini.

Dari pembahasan penampakan Tuhan dalam suatu bentuk tertentu yang diyakini. Hal ini merupakan sesuatu yang wajib diimani keberadaannya. Sesungguhnya Allah menampkan diri melalui asma-Nya dalam bentuk yang berbeda.

(38) Padahal Dia berada dalam satu bentuk tertentu yang abadi dan kekal, tanpa ada perubahan dan pergantian untuk selamanya. Apalagi berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Karena dzat yang suci tidak mungkin mengalami perubahan dan pergantian. Barang siapa tidak mengetahui hal ini maka dia adalah kafir.

Apabila kamu memahami hal ini sesuai dengan pemahaman dari Allah yang telah ditetapkan bagimu.

Ketahuilah bahwa kafir itu ada empat tingkatan. Tingkatan pertama adalah kufur yang sudah masyhur di antara manusia, yaitu berupa pembangkang, ingkar, kedua kufur ini merupakan kebalikan dari iman. Semoga Allah melindungi kita dari kufur ini. Tingkatan yang kedua, kufur yang dikenal antara Allah dan para sultan, yaitu kufur yang berupa kesombongan dan merasa besar. Hal ini hanya dimiliki oleh Allah.

Sebagaimana firman-Nya:
استكبرت أم كنت من العالين
“Apakah kamu menyombongkan diri atau kamu (merasa) termasuk golongan yang (lebih) tinggi”. (Q.S. Shad: 75)

Kufur yang ketiga, kufur yang tejadi antara Allah dan antara hamba-hamba Allah yang solih yang sempurna. Kufur seperti ini tertutupi oleh oleh kekuasaan Tuhan dan kesempurnaan Asma-Nya, kekufuran ini tertupi oleh bentuk zohir mereka

(39) karena mereka adalah penguat Allah dan Allah adalah penguat mereka. Tingkatan kufur yang keempat adalah kufur antara Allah dengan rasul-Nya, yaitu kufurnya seorang baginda dan imam.

Sebagaimana sabda Nabi Saw: “Aku adalah baginda anak keturunan Adam tidak ada yang menandinginya. Kekufuran ini tertupi oleh penampakan Tuhan dan rahasia-Nya dalam wujud ini baik secara zohir mahu pun batin.

Sifat kebagindaan ini tertupi oleh wajah yang maha Benar yang tersucikan, karena mampu mengambil nasihat-nasihatnya.

Ya Tuhanku tunjukkanlah aku pada jalan yang lurus.

Allah berfirman:
إنّ العزّة لله جميعا إنّه هو السميع العليم
“Sesungguhnya kekuasaan itu seluruhnya milik Allah, Dia maha mendengar maha mengetahui”. (Q.S. Yunus: 65)

Dari ayat ini dapat disimpulkan bahwa segala bentuk keagungan hanyalah milik Allah, yang dilimpahkan hanya kepada Nabi Muhammad saw baginda agung. Dalam ayat lain, dijelaskan jika keagungan itu milik tiga golongan,

لله العزّة ولرسوله وللمؤمنين
“Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, Rosul-Nya, dan bagi orang-orang mukmin”. (Q.S. al-Munafiqun: 8)

Keagungan yang pertama untuk Allah Swt, sedangkan yang dua bakinya untuk Rosulullah saw dan orang-orang mukmin. Melalui keduanya ini keagungan tertutupi/terhijabi.

(40) Ketahuilah hal itu. Apabila kamu telah mengetahui dan memahaminya apa yang telah kami jelaskan dan huraikan maka akan terdapat perbezaan antara berkumpul, berpisah, dan antara turunnya yang maha benar berdasarkan tingkatan martabat/maqam masing-masing . Dia akan turun, nampak, dan berupah dari satu bentuk kepada bentuk yang lainnya. Sehingga terdapat suatu bentuk yang kepada yang lainnya, antara satu masa dengan masa lainnya, sampai menemukan bentuk martabat tertinggi.

Dia adalah manusia suci yang azali dan seorang khalifah yang mewarisi nabi. Hal ini diakhiri dengan keberadaannya yang nyata sebagaimana dimulai dengan keberadaannya yang masih ghaib. Dia adalah yang awal dari sisi permulaan, dan Dia lah yang akhir dari sisi pengakhiran. Allah tidak lagi menciptakan sebuah makhluk setelah menciptakan manusia. Oleh karena itu, di akhiri dengan terciptanya manusia sebagaimana dimulai dengan manusia pula. Kemudian diakhiri dengan manusia yang sempurna wujudnya dan seorang hamba yang paling mulia. Yaitu baginda kita, tuan kita Sayyidina Muhammad Saw dengan namanya yang agung, dan akhlaknya yang lembut.

Aku akhiri Risalah ini yang dinamakan dengan al-Qaul al-Farid fi Makrifat al-Tauhid.

Allah yang maha benar dengan firman-Nya yang memberi petunjuk kepada jalan yang benar. Kitab yang berjudul Makrifat al-Tauhid telah selesai.

Allahu al-Mustaan
Lailahaillallah (لاَ إِلَهَ إِلَّاالله) al-Kabir al-Mustaan
Laailaaha illallaahu Muhammadur Rosuulullaah, Fii kulli lamhatin wanafasin ‘adada maa wasi’ahuu ‘ilmullaah.
Rabbana Zidna ilman nafian war zuqna fahman.
Fanfakna bi barkatihim wa amitna ala millatihim
Allahummajalna minal akhyar
Ya Nur ij al na nuran bihaqqin Nur
Allahumma inna nas aluka binnurillahil Azim
Hu Hu Hu Haq.

Komentar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar