al-Qaul al-Farid fi Makrifat al-Tauhid.
“Ma’rifat al-Tauhid”
(32.33.34.35.) Kesempurnaan ini adalah kebahagiaan dengan segala
kesempurnaan kemungkinan dalam menyebarkan ilmu dan hikmah, dan
keadilan, serta beberapa akhlak lain yang baik. Kemudian membawa manusia
menuju bukti yang mencerahkan, dengan semakin bertambahnya akhlak
mereka sebagaimana seorang raja kepada hambanya.
Sesungguhnya raja diraja
memerintah berdasarkan kekuasaannya. Tidak ada yang dapat menolak
perintahnya dan menentang ketetapannya, sebagaimana para nabi dan para
ahli teologi yang ahli agama di mana mereka tidak mungkin mampu
menciptakan bumi. Kecuali dalam waktu yang lain, yang secara zohir
dilakukan dengan bertahap sebagaimana yang dilakukan para nabi yang
memiliki kekuasaan atau seperti para raja yang punya hikmah seperti
Iskandar, Apridon, dan kyumdat, serta sebagian sahabat rasulullah.
Pada waktu yang lain, sebagaimana dinamakan sebagai mukafatul qutb, di
mana terdapat kekuasaan, meskipun dalam keadaan yang paling susah,
sebagimana yang dialami oleh Abu Yazid al-Busthami dan Junaid
al-Baghdadi, serta Abu Sahal al-Tustury, ataupun yang dialami oleh
Syaikh Muhammad Ibn Ali Ibn Arabi al-Tha’i al-hatamy al-Andalusiy dan
Syaikh Shadr al-Din Abi al-Ma’aly Muhammad Ibn Ishaq Ibn Muhammad Ibn
Yusuf Ibn Ali al-Qaunawy semoga Allah menyinari peristirahatannya dan
mengangkat derajatnya kepada derajat yang paling luhur.
(33)
Mereka semua adalah orang suci yang khowasul khowas. Semoga Allah
menjadikan kita bahagian dari mereka de ngan anugerah-Nya, Sesungguhnya
Dia maha Bijaksana lagi maha Kuasa. Apabila kamu telah mengetahui hal
ini dan yang telah kami terangkan telah mantap untukmu, maka kamu telah
memperoleh makrifat tauhid. Dirimu terselamatkan dari kekufuran serta
bencana kezoliman dan syaitan. Begitu pula akan tumbuh dalam dirimu
tambahnya bayan. Ketentuan ini telah cukup dalam pembahasan ini. Hanya
kepada Allah kita memohon pertolongan.
Kami (pengarang) akan
mengakhiri buku yang penuh berkah ini dengan pengetahuan awal penciptaan
Amma dan perkembangannya dari diri yang maha pengasih sebagai Tuhan.
Semua itu tidak akan muncul tanpa adanya kekuatan cinta dzat Tuhan. Yang
pertama kali muncul dalam alam amma adalah haqiqat al-kuliyyah yaitu
haqiqat al-Muhammadiyah yang tersimpan dalam Amma, dia adalah bentuk
kebenaran yang telah diciptakan oleh Allah sebelum Nabi Adam tercipta.
Dari gambar yang tersimpan dalam amma itu tampaklah Allah Swt dalam
suatu bentuk penampakan tertentu yang suci.
Kemudian nampaklah
ruh para malaikat utama dalam alam amma itu. Mereka sebenarnya bukan
malaikat melainkan ruh-ruh yang telah disucikan.
(34) mereka
tidak mengetahui jika selain mereka ada yang lain, mereka tidak
mengetahui bahwa Allah juga menciptakan makhluk selain mereka. Mereka
adalah malaikat yang dekat dengan Allah, tunduk kepada-Nya, mereka tidak
memiliki terambil jiwanya karena telah menyaksikan keagungan Allah dan
keindahan-Nya.
Malaikat tersebut dikelompokkan/digolongkan
menjadi dua kelompok. Masing-masing dari kelompok itu mendapatkan cahaya
keindahan Allah dan keagungan-Nya serta terpisah dari kehidupan
manusia. Mereka tidak melihat selain Allah. Mereka keluar dari hukum
imam wali qutub. Mereka merupakan salah satu bahagian darinya. Secara
entitis mereka berada dalam tingkatan akal pertama.
Fahamilah,
sesunguhnya Allah telah mengkhususkan pada bahagian yang kedua, seorang
makhluk yang sempurna yang mempunyai segala bentuk kesempurnaan setelah
dia keluar dari akal awal. Dia mengetahui siapa dirinya dan mengetahui
siapa Tuhannya. Kemudian dia berada dalam genggaman tangan tuhan.
Kemudian Tuhan berkata kepadanya: menghadaplah padaku, kemudian dia
menghadap. Kemudian tuhan berkata lagi kepadanya; berpalinglah, maka dia
berpaling. Kemudian Dia berfriman; “demi keagungan-Ku dan kemulian-Ku,
Aku tidak pernah mendapatkan makhluk yang lebih cinta kepada-Ku selain
kau. Karena kamu, aku dikenal, karena kamu aku disembah, kaulah
kekuasaanku dan keindahanku, sebagaimana yang lain merupakan kekuasaan
dan keindahanmu.
Dari akal pertama ini muncullah al-nafsu al-kulliyah yang
(35) memancarkan materi-materi yang bertebaran dalam al-nafsu itu
sendiri. Terpancarlah materi kegelapan yang tidak bercahaya dari
al-nafsu itu. Kemudian Allah menciptakan martabat tab’iyah yang berada
di antara al-nafsu dengan al-haba’, dan martabat ini merupakan martabat
transisi bukan yang yang terwujud tetap. Oleh karena itu, dari kedua
hakikat tersebut terdapat permulaan dan akhiran yang kekal.
Dalam alam amma akan selalu ada bentuk atau gambaran tertentu secara
bergantian, serta ada daur yang selalu berlangsung sampai tercapailah
kesempurnaan dari masing-masing jenis tersebut. Ketika gambaran atau
bentuk itu telah sempurna maka masing-masing individu dari jenis
tersebut akan memiliki bentuk tetap, yang selalu berubah dari satu
bentuk ke bentuk yang lain, tetapi bukan dari tiada menjadi ada. Oleh
karena itu nabi Adam diciptakan dari debu, sedangkan anak keturunannya
tercipta dari air sperma, yaitu air yang hina. Kemudian sperma itu
dicipta menjadi segumpal darah. Oleh karena itu dikatakan bahwa manusia
itu merupakan makhluk yang tercipta dari materi yang telah ada, bukan
tercipta dari sesuatu yang tidak ada sebelumnya.
Karena asal
dari semua ini adalah amma, yang tercipta dari jiwa yang berkekuatan
dzat cinta, yaitu yang Maha Benar. Segala jenis alam yang ada tercipta
dari amma, segala makhluk hidup yang ada di alam juga tercipta dari
amma. Oleh karena itu tidak mungkin ada sesuatu yang tercipta dari
sesuatu yang tiada sebelumnya, karena hal seperti ini tidak mungkin ada.
Apabila ada sesuatu dari tiada dan ketiadaannya itu tidak mungkin
terlihat, maka ketiadaannya itu adalah sebuah keberadaan Dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar