Senin, 16 Mei 2016

al-Qaul al-Farid fi Makrifat al-Tauhid. “Ma’rifat al-Tauhid”

al-Qaul al-Farid fi Makrifat al-Tauhid.
“Ma’rifat al-Tauhid”

(32.33.34.35.) Kesempurnaan ini adalah kebahagiaan dengan segala kesempurnaan kemungkinan dalam menyebarkan ilmu dan hikmah, dan keadilan, serta beberapa akhlak lain yang baik. Kemudian membawa manusia menuju bukti yang mencerahkan, dengan semakin bertambahnya akhlak mereka sebagaimana seorang raja kepada hambanya.
Sesungguhnya raja diraja memerintah berdasarkan kekuasaannya. Tidak ada yang dapat menolak perintahnya dan menentang ketetapannya, sebagaimana para nabi dan para ahli teologi yang ahli agama di mana mereka tidak mungkin mampu menciptakan bumi. Kecuali dalam waktu yang lain, yang secara zohir dilakukan dengan bertahap sebagaimana yang dilakukan para nabi yang memiliki kekuasaan atau seperti para raja yang punya hikmah seperti Iskandar, Apridon, dan kyumdat, serta sebagian sahabat rasulullah.

Pada waktu yang lain, sebagaimana dinamakan sebagai mukafatul qutb, di mana terdapat kekuasaan, meskipun dalam keadaan yang paling susah, sebagimana yang dialami oleh Abu Yazid al-Busthami dan Junaid al-Baghdadi, serta Abu Sahal al-Tustury, ataupun yang dialami oleh Syaikh Muhammad Ibn Ali Ibn Arabi al-Tha’i al-hatamy al-Andalusiy dan Syaikh Shadr al-Din Abi al-Ma’aly Muhammad Ibn Ishaq Ibn Muhammad Ibn Yusuf Ibn Ali al-Qaunawy semoga Allah menyinari peristirahatannya dan mengangkat derajatnya kepada derajat yang paling luhur.

(33) Mereka semua adalah orang suci yang khowasul khowas. Semoga Allah menjadikan kita bahagian dari mereka de ngan anugerah-Nya, Sesungguhnya Dia maha Bijaksana lagi maha Kuasa. Apabila kamu telah mengetahui hal ini dan yang telah kami terangkan telah mantap untukmu, maka kamu telah memperoleh makrifat tauhid. Dirimu terselamatkan dari kekufuran serta bencana kezoliman dan syaitan. Begitu pula akan tumbuh dalam dirimu tambahnya bayan. Ketentuan ini telah cukup dalam pembahasan ini. Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan.

Kami (pengarang) akan mengakhiri buku yang penuh berkah ini dengan pengetahuan awal penciptaan Amma dan perkembangannya dari diri yang maha pengasih sebagai Tuhan. Semua itu tidak akan muncul tanpa adanya kekuatan cinta dzat Tuhan. Yang pertama kali muncul dalam alam amma adalah haqiqat al-kuliyyah yaitu haqiqat al-Muhammadiyah yang tersimpan dalam Amma, dia adalah bentuk kebenaran yang telah diciptakan oleh Allah sebelum Nabi Adam tercipta. Dari gambar yang tersimpan dalam amma itu tampaklah Allah Swt dalam suatu bentuk penampakan tertentu yang suci.

Kemudian nampaklah ruh para malaikat utama dalam alam amma itu. Mereka sebenarnya bukan malaikat melainkan ruh-ruh yang telah disucikan.

(34) mereka tidak mengetahui jika selain mereka ada yang lain, mereka tidak mengetahui bahwa Allah juga menciptakan makhluk selain mereka. Mereka adalah malaikat yang dekat dengan Allah, tunduk kepada-Nya, mereka tidak memiliki terambil jiwanya karena telah menyaksikan keagungan Allah dan keindahan-Nya.

Malaikat tersebut dikelompokkan/digolongkan menjadi dua kelompok. Masing-masing dari kelompok itu mendapatkan cahaya keindahan Allah dan keagungan-Nya serta terpisah dari kehidupan manusia. Mereka tidak melihat selain Allah. Mereka keluar dari hukum imam wali qutub. Mereka merupakan salah satu bahagian darinya. Secara entitis mereka berada dalam tingkatan akal pertama.

Fahamilah, sesunguhnya Allah telah mengkhususkan pada bahagian yang kedua, seorang makhluk yang sempurna yang mempunyai segala bentuk kesempurnaan setelah dia keluar dari akal awal. Dia mengetahui siapa dirinya dan mengetahui siapa Tuhannya. Kemudian dia berada dalam genggaman tangan tuhan. Kemudian Tuhan berkata kepadanya: menghadaplah padaku, kemudian dia menghadap. Kemudian tuhan berkata lagi kepadanya; berpalinglah, maka dia berpaling. Kemudian Dia berfriman; “demi keagungan-Ku dan kemulian-Ku, Aku tidak pernah mendapatkan makhluk yang lebih cinta kepada-Ku selain kau. Karena kamu, aku dikenal, karena kamu aku disembah, kaulah kekuasaanku dan keindahanku, sebagaimana yang lain merupakan kekuasaan dan keindahanmu.

Dari akal pertama ini muncullah al-nafsu al-kulliyah yang

(35) memancarkan materi-materi yang bertebaran dalam al-nafsu itu sendiri. Terpancarlah materi kegelapan yang tidak bercahaya dari al-nafsu itu. Kemudian Allah menciptakan martabat tab’iyah yang berada di antara al-nafsu dengan al-haba’, dan martabat ini merupakan martabat transisi bukan yang yang terwujud tetap. Oleh karena itu, dari kedua hakikat tersebut terdapat permulaan dan akhiran yang kekal.

Dalam alam amma akan selalu ada bentuk atau gambaran tertentu secara bergantian, serta ada daur yang selalu berlangsung sampai tercapailah kesempurnaan dari masing-masing jenis tersebut. Ketika gambaran atau bentuk itu telah sempurna maka masing-masing individu dari jenis tersebut akan memiliki bentuk tetap, yang selalu berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain, tetapi bukan dari tiada menjadi ada. Oleh karena itu nabi Adam diciptakan dari debu, sedangkan anak keturunannya tercipta dari air sperma, yaitu air yang hina. Kemudian sperma itu dicipta menjadi segumpal darah. Oleh karena itu dikatakan bahwa manusia itu merupakan makhluk yang tercipta dari materi yang telah ada, bukan tercipta dari sesuatu yang tidak ada sebelumnya.

Karena asal dari semua ini adalah amma, yang tercipta dari jiwa yang berkekuatan dzat cinta, yaitu yang Maha Benar. Segala jenis alam yang ada tercipta dari amma, segala makhluk hidup yang ada di alam juga tercipta dari amma. Oleh karena itu tidak mungkin ada sesuatu yang tercipta dari sesuatu yang tiada sebelumnya, karena hal seperti ini tidak mungkin ada. Apabila ada sesuatu dari tiada dan ketiadaannya itu tidak mungkin terlihat, maka ketiadaannya itu adalah sebuah keberadaan Dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar