al-Qaul al-Farid fi Makrifat al-Tauhid.
“Ma’rifat al-Tauhid”
(28.29.30.31) Tidak suatu apapun yang kekal selain Allah, yaitu dzat
yang maha benar dalam satu hal keadaan tertentu, bahkan saling
bergantian dan berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya selamanya
dan abadi. Tidak ada yang imajinatif kecuali dalam hal ini. Alam yang
nampak ini hanyalah imajinasi, karena dia mustahil bagi Tuhan, Dia adalah Dia, dan selain Dia adalah Dia. Rahasia ini nampak dalam firman-Nya:
وما رميت إذ رميت ولكنّ الله رمى
“Dan bukan engkau yang melempar ketika engkau melempar, tetapi Allah yang melempar”. (Q.S. al-Anfal: 17)
Ayat ini menafikan apa yang terlihat oleh mata, dengan erti lain bahwa
sesungguhnya apa yang dilakukan manusia hanyalah imajinasi saja, karena
pada hakikatnya yang melakukan adalah Allah. Oleh karena itu dalam ayat
itu dijelaskan, ketika kamu melempar, maka dia benar melempar akan
tetapi sesungguhnya Allahlah yang melempar.
Barang siapa tidak
mengetahui entiti yang maha benar serta kemandirian alam berdasarkan
tingkatan martabatnya dan peredarannya dalam segala yang wujud.
Sebagaimana hubungan antara sesuatu yang terikat dengan yang tidak
terikat maka dia kafir, bodoh, dan tolol. Apakah mereka tidak
mempelajari kandungan al-Quran atau hatinya terbelenggu. Dia yang maha
benar berfirman:
ما من دابّة إلاّ هو أخذ بناصيتها
“Tidak satupun makhluk yang bergerak (bernyawa) melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya (menguasainya)”. (Q.S. al-Hud: 56)
Dalam sebuah hadits qudsi diriwayatkan: “Barang siapa mengetahui Aku,
maka carilah Aku, karena barang siapa mencari Aku, dia akan menemukan
Aku. Barang siapa menemukan Aku maka dia akan mencintai Aku. Barang
siapa mencintai Aku maka Aku akan mematikan dia. Barang siapa yang aku
matikan maka Akulah yang akan menanggung dia. Barang siapa Akulah yang
menjadi tanggungannya maka Akulah tanggungannya itu”.
(29)
Dalam hadits qudsi yang lainnya diceritakan: “Aku duduk bersama orang
yang mengingati Aku. Aku bersama hamba-Ku dimanapun dia berada”.
Allah Swt tidak merasa cukup hanya dengan hal itu, sampai Dia
memberitakan diri-Nya jika Dia telah nyata bersama kita dengan
seyakin-yakinnya. Sebagaiamana dalam hadits qudsi: “seorang hamba akan
selalu melakukan ibadah taqarrub kepadaku sampai Aku mencintainya.
Ketika Aku telah mencintai dia maka Aku akan menjadi matanya, matanya,
lisannya, tangannya dan seluruh anggota tubuhnya”. Dalam riwayat yang
lain yaitu: “Aku adalah telinganya di mana dia mendengarkan dengannya,
Aku adalah matanya di mana dia melihat dengannya, Aku adalah tangannya
di mana dia menggenggam dengannya, Aku adalah kakinya dimana dia
berjalan dengannya. Jika dia memohon kepada Ku maka aku akan memberinya,
jika dia minta pertolongan kepada Ku maka Aku akan menolongnya”. (H.R.
Bukhori, yang diriwayatkan dari Abi hurairah).
Dari hadits ini
dapat diketahui bahwa sesungguhnya Allah selalu menurunkan rahmatnya
kepada hamba-Nya supaya mereka yang jauh menjadi dekat kepada-Nya dan
mendapatkan rahmat-Nya. Karena Allah itu lebih dekat kepada kita dari
pada urat nadi, bahkan Dia adalah inti dari wujud batin dan zohir kita.
Akan tetapi rahmat-nya tidak turun secara langsung melainkan melalui
nama-nama-Nya, yaitu turunnya kasih sayang, belas kasih, dan kelembutan
sesuai dengan tingkatan martabat ketuhunan.
Ketuhanan atau uluhiyyah
merupakan martabat awal dari ruang hampa (amma). Dari ruang hampa
(amma) ini turun kepada martabat yang di bawahnya yaitu alam yang
mungkin wujudnya. Maka di langit dan bumi hanya ada satu Tuhan. Segala
yang mungkin wujudnya dalam amma adalah Tuhan itu sendiri. Sedangkan
Amma adalah Tuhan itu sendiri, sedangkan makhluk adalah selain Dia,
sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya.
(30) Dengan
demikian, Allah adalah yang menguatkanmu, karena Dia adalah telingamu,
matamu, lisanmu, dan tanganmu, Ketika kamu telah mengetahui hal itu dan
memahaminya. Tidak ada yang mengetahui dan mengusai ilmu itu kecuali
Allah, karena tidak ada sesuatu aapun yang luput dari wajah-Nya. Dia lah
yang maha benar. Jika tidak demikian maka tentunya Dia bukanlah Tuhan,
dan pastinya alam ini ada dengan sendirinya tanpa yang lain. Dan hal ini
adalah mustahil. Kosongnya wajah yang maha benar dari alam ini adalah
mustahil.
Barang siapa mengetahui hal ini maka dia tidak akan
memiliki cela baik secara keseluruhan mahu pun perincian. Apabila kamu
telah meyakini apa yang telah kami jelaskan, serta keyakinan terdahulu
yang rendah kemudian dijelaskan dengan argumen-argumen akli maupun
naqli, maka akan nampak dan nyata bagimu bahwa makrifat yang diyakini
secara pasti, sebagaimana yang telah ditafsirkan oleh para wali yang
sempurna dan para hakim Tuhan itu tidak tergambarkan oleh siapa pun
bentuk sesungguhnya kecuali oleh manusia yang sempurna (insan kamil)
dari kalangan para nabi dan para wali khas yang mendapat berita gembira
akan dua kebahagiaan, serta bagi para pemimpin yang agung.
Maksud saya (pengarang) adalah meraka yaitu orang yang agung baik secara
bentuk maupun maknanya yang merasa cukup dengan Allah, kekal bersama
Allah sejak pertama kali, berpegang teguh dengan tali ketuhanan yang
termaksum dari segala ketentuan Tuhan
(31) sebagaimana amal
perbuatan yang berat, sebagaimana ahli isyarat dan simbol
mengisitilahkannya dengan “kibriyatul al-akhmar” dan “Aksir al-A’dham”,
serta antara sungguh-sungguh dengan bersabar dalam kesengsaraan yang
diakibatkan dari pelatihan-pelatihan (riyadah) serta meditasi (khalwat),
dengan memutus segala bentuk syahwat dan mengasingkan diri dari
kehidupan manusia. Semua itu dilakukan dalam perjalanannya menuju
berbagai martabat dan kedudukan. Sehingga dia berada dalam pusat yang
sesuai dan hakiki serta dalam garis yang lurus di antara ruang yang
sempit yang terkumpul dalam dua kurung. Semua ini dipahami dari firman
Allah Swt:
كلّ يوم هو في شأن
“Setiap waktu Dia dalam kesibukan”. (Q.S. al-Rahman: 29)
Jadi tidak sesuatu apa pun yang lepas dari Ilmu Allah, baik yang ada di
bumi maupun di langit. Semua yang mungkin wujud itu berada dalam asma
Allah sebagai representasi dari kesempurnaan kezohirannya serta persepsi
yang hakiki dan meyakinkan serta tersucikan dan luhur dari segala
prasangka orang yang mencoba untuk yakin. Karena segala pangkal syubhat
ada di dalamnya. Dialah khalifah Allah di bumi ini, sebagai
representasi dari penampakan diri yang suci, dengan segala kesempurnaan
dari semua yang tertabir maupun yang tersaksikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar