Senin, 16 Mei 2016

al-Qaul al-Farid fi Makrifat al-Tauhid. “Ma’rifat al-Tauhid”

al-Qaul al-Farid fi Makrifat al-Tauhid.
“Ma’rifat al-Tauhid”

(25.26.27) Kemudian setelah ini, ketahuilah! Sesungguhnya hakikat dari imajinasi yang universal adalah yang umum dinamakan dalam martabat yang pertama dan merupakan puncak awal dari eksistensi yang maha Benar. Kemudian berkatalah sesuka kamu setelah kamu mengetahui martabat ini dan puncak ini.

Diriwayatkan dalam hadits sohih, bahwa ditanyakan kepada Rosulullah Saw, tentang dimanakah Tuhan kami berada, sebelum Dia menciptakan makhluk. Rosulullah menjawab;

“Dia ada di ruang hampa (‘amma), di atas Dia adalah udara, begitu juga di bawahnya juga udara”.

Rosulullah bersabda demikian karena yang dimaksud dengan ruang hampa dikalangan orang Arab adalah awan (al-sahab) tipis, yang di atasnya ada udara begitu juga dibawahnya. Ketika awan (al-sahab) disebut sebagai ruang hampa (amma), hal ini bertujuan agar pengertian ini berlaku sampai bila pun sesuai dengan pemahaman orang Arab. Selain itu bertujuan untuk menafikan udara (al-hawa) dari maksud ini. Sehingga dapat dipahami bahwa tidak ada kerancuan/kekeliruan dari sisi manapun, di mana sebagai permulaan dari eksistensi Tuhan.

Diriwayatkan dari sebuah hadits, bahwa Tuhan memeiliki lima bentuk eksistensi, yaitu: eksistensi dalam ruang hampa (amma) sebagaimana yang telah kami jelaskan, eksistensi di arsy, sebagaimana firman Allah: “الرحمن على العرش استوى”, (Yang maha pengasih, yang bersemayam di atas arsy. Q.S. Thaha: 5). Eksistensi dalam langit, sebgaimana firman-Nya dalam hadits Qudsi: “Setiap malam Tuhanku turun ke langit dunia”. Eksistensi di bumi, sebagimana firman-Nya: “وهو الله في السموات وفي الأرض”, (Dan Dialah Allah yang disembah di langit dan di bumi). Serta eksistensi di alam ini bersama makhluk yang diciptakan-Nya, sebagaimana Allah telah menjelaskan kepada kita dalam firman-Nya; “وهو معكم أينما كنتم”, (Dia selalu bersama kalian di manapun kalian berada. Q.S. al-Hadid:4). Dia selalu bersama kalian dimanapun kalian berada.(26) Penjelasan ini disesuaikan dengan kepatutan tanpa cara apapun, tanpa adanya keserupaan, dan tanpa harus digambarkan.

Tiada Tuhan selain Dia, yang maha agung lagi maha bijaksana, yang telah menurunkan kalam-Nya untuk para hamba-Nya. Sehingga yang jauh menjadi dekat karena mendapatkan hikmah dari kalam-Nya, sebagiamana yang diharapkan oleh Allah Swt. kemudian Allah membuka setiap bentuk selain Dia dalam ruang hampa itu (amma). Karena ruang hampa ini menerima segala bentuk eksistensi. Itulah wujud ruang hampa (amma), bukan yang lainnya. Di dalamnya terdapat segala hal yang terwujud, yaitu semua yang telah diekspresikan dengan zohirnya yang maha Benar dalam firmannya:
هو الأوّل والأخر والظاهر والباطن
“Dia lah yang maha awal, yang maha akhir, yang maha zohir, dan yang maha batin”. (Q.S. al-Hadid:3)

Hal ini merupakan bagian dari bentuk sebuah imajinasi yang universal, merupakan sebuah kehadiran yang menyeluruh dan martabat yang komprehensif. Ruang hampa ini (amma) berkembang dari diri yang maha Pengasih sebagai Tuhan, bukan dari sisi maha Pengasihnya.

Ketauhilah! Saudaraku, sesungguhnya segala yang wujud pasti nampak di ruang hampa (amma) dengan mengucapkan “Jadilah” atau dengan “tangan” ketuhanan, ataupun dengan kekuasaan-Nya, kecuali ruang hampa. Secara zohir ruang hampa dicipta langsung oleh dzat yang maha pengasih secara khusus. Sedangkan yang membangkitkan adanya diri yang pengasih adalah kekuatan cinta. Sebagaimana yang diriwiyatkan dalam hadits: “Aku adalah perhiasan yang tidak dikenal, karena aku suka dikenal dekat cintaku”. Semuanya bernafas, muncullah diri, maka terbentuklah ruang hampa (amma). Oleh karena itu Rosulullah menggunakan kata ruang hampa (amma).

(27) Karena ruang hampa (amma) adalah awan yang terbentuk dari wap, yang tersusun dari beberapa unsur kering dan basah. Oleh karena itu Nabi Saw menyebutnya sebagai ruang hampa (Amma). Amma ini sesungguhnya adalah yang maha benar yang telah menciptakan makhluk. Dinamakan maha benar (al-Haq) karena Dialah inti itu sendiri, dan inti diri itu tersimpan dalam hembusan nafas. Demikianlah apabila dinalarkan. Sebagaimana firman Allah:
وما خلقنا السموات والأرض وما بينهما إلاّ بالحقّ
“Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi, serta apa yang ada di antara keduanya, melainkan dengan kebenaran”. (Q.S. al-Hijr: 85)

Al-nafs terikat oleh peraturan batin, ketika dia zohir maka terikat oleh hukum zohir. Dia yang maha awal dalam batin, dan maha akhir dalam zohir. Dialah yang maha mengetahui segalanya.

Tiada wujud yang nyata selain Allah, sedangkan selain Dia hanya berada dalam wujud imajinatif bukan dalam wujud yang hakiki. Sebagaimana kami menjelaskan tentang suatu hal yang dapat dirasakan atau diraba, namun hanyalah imajinatif dari sebuah tabir yang telah diterangkan sebelumnya. Lihatlah kembali hal itu.

Ketika yang al-Haq muncul dalam wujud imajinatif ini, maka tidak akan ada yang zohir, atau muncul kecuali berdasarkan hakekatnya, bukan berdasarkan dzatnya, dzat dari wujud yang hakiki. Dalam sebuah hadits sohih dijelaskan tentang proses perubahan bentuk penampakan (tajaliyyat) kepada seorang hamba, sebagimana firman-Nya: “كلّ شيء هالك إلاّ وجه ” (Segala sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Q.S. al-Qashash: 88).

karena sesungguhnya tidak ada asal bagi kejadian alam ini, bukan eksistensinya bukan pula ketuhanannya, kecuali wajah dzat Tuhan, karena dzatnya tidak akan pernah hancur untuk selamanya.

Sebuah syair:
“Aku melihat imajinasi bayang yang aku sangka sebagai debu, bagi orang yang pandai dalam ilmu hakekat. Orang-orang serta tingkah lakunya yang benar, suci yang tak berubah. Segala hal selain dzat maha benar hanyalah imajinatif dan bayangan yang selalu bergeser, tidak ada suatu apapun yang ditemu”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar