al-Qaul al-Farid fi Makrifat al-Tauhid.
“Ma’rifat al-Tauhid”
(25.26.27) Kemudian setelah ini, ketahuilah! Sesungguhnya hakikat dari
imajinasi yang universal adalah yang umum dinamakan dalam martabat yang
pertama dan merupakan puncak awal dari eksistensi yang maha Benar.
Kemudian berkatalah sesuka kamu setelah kamu mengetahui martabat ini dan
puncak ini.
Diriwayatkan
dalam hadits sohih, bahwa ditanyakan kepada Rosulullah Saw, tentang
dimanakah Tuhan kami berada, sebelum Dia menciptakan makhluk. Rosulullah
menjawab;
“Dia ada di ruang hampa (‘amma), di atas Dia adalah udara, begitu juga di bawahnya juga udara”.
Rosulullah bersabda demikian karena yang dimaksud dengan ruang hampa
dikalangan orang Arab adalah awan (al-sahab) tipis, yang di atasnya ada
udara begitu juga dibawahnya. Ketika awan (al-sahab) disebut sebagai
ruang hampa (amma), hal ini bertujuan agar pengertian ini berlaku sampai
bila pun sesuai dengan pemahaman orang Arab. Selain itu bertujuan untuk
menafikan udara (al-hawa) dari maksud ini. Sehingga dapat dipahami
bahwa tidak ada kerancuan/kekeliruan dari sisi manapun, di mana sebagai
permulaan dari eksistensi Tuhan.
Diriwayatkan dari sebuah
hadits, bahwa Tuhan memeiliki lima bentuk eksistensi, yaitu: eksistensi
dalam ruang hampa (amma) sebagaimana yang telah kami jelaskan,
eksistensi di arsy, sebagaimana firman Allah: “الرحمن على العرش استوى”,
(Yang maha pengasih, yang bersemayam di atas arsy. Q.S. Thaha: 5).
Eksistensi dalam langit, sebgaimana firman-Nya dalam hadits Qudsi:
“Setiap malam Tuhanku turun ke langit dunia”. Eksistensi di bumi,
sebagimana firman-Nya: “وهو الله في السموات وفي الأرض”, (Dan Dialah
Allah yang disembah di langit dan di bumi). Serta eksistensi di alam ini
bersama makhluk yang diciptakan-Nya, sebagaimana Allah telah
menjelaskan kepada kita dalam firman-Nya; “وهو معكم أينما كنتم”, (Dia
selalu bersama kalian di manapun kalian berada. Q.S. al-Hadid:4). Dia
selalu bersama kalian dimanapun kalian berada.(26) Penjelasan ini
disesuaikan dengan kepatutan tanpa cara apapun, tanpa adanya keserupaan,
dan tanpa harus digambarkan.
Tiada Tuhan selain Dia, yang maha
agung lagi maha bijaksana, yang telah menurunkan kalam-Nya untuk para
hamba-Nya. Sehingga yang jauh menjadi dekat karena mendapatkan hikmah
dari kalam-Nya, sebagiamana yang diharapkan oleh Allah Swt. kemudian
Allah membuka setiap bentuk selain Dia dalam ruang hampa itu (amma).
Karena ruang hampa ini menerima segala bentuk eksistensi. Itulah wujud
ruang hampa (amma), bukan yang lainnya. Di dalamnya terdapat segala hal
yang terwujud, yaitu semua yang telah diekspresikan dengan zohirnya yang
maha Benar dalam firmannya:
هو الأوّل والأخر والظاهر والباطن
“Dia lah yang maha awal, yang maha akhir, yang maha zohir, dan yang maha batin”. (Q.S. al-Hadid:3)
Hal ini merupakan bagian dari bentuk sebuah imajinasi yang universal,
merupakan sebuah kehadiran yang menyeluruh dan martabat yang
komprehensif. Ruang hampa ini (amma) berkembang dari diri yang maha
Pengasih sebagai Tuhan, bukan dari sisi maha Pengasihnya.
Ketauhilah! Saudaraku, sesungguhnya segala yang wujud pasti nampak di
ruang hampa (amma) dengan mengucapkan “Jadilah” atau dengan “tangan”
ketuhanan, ataupun dengan kekuasaan-Nya, kecuali ruang hampa. Secara
zohir ruang hampa dicipta langsung oleh dzat yang maha pengasih secara
khusus. Sedangkan yang membangkitkan adanya diri yang pengasih adalah
kekuatan cinta. Sebagaimana yang diriwiyatkan dalam hadits: “Aku adalah
perhiasan yang tidak dikenal, karena aku suka dikenal dekat cintaku”.
Semuanya bernafas, muncullah diri, maka terbentuklah ruang hampa (amma).
Oleh karena itu Rosulullah menggunakan kata ruang hampa (amma).
(27) Karena ruang hampa (amma) adalah awan yang terbentuk dari wap,
yang tersusun dari beberapa unsur kering dan basah. Oleh karena itu Nabi
Saw menyebutnya sebagai ruang hampa (Amma). Amma ini sesungguhnya
adalah yang maha benar yang telah menciptakan makhluk. Dinamakan maha
benar (al-Haq) karena Dialah inti itu sendiri, dan inti diri itu
tersimpan dalam hembusan nafas. Demikianlah apabila dinalarkan.
Sebagaimana firman Allah:
وما خلقنا السموات والأرض وما بينهما إلاّ بالحقّ
“Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi, serta apa yang ada di
antara keduanya, melainkan dengan kebenaran”. (Q.S. al-Hijr: 85)
Al-nafs terikat oleh peraturan batin, ketika dia zohir maka terikat
oleh hukum zohir. Dia yang maha awal dalam batin, dan maha akhir dalam
zohir. Dialah yang maha mengetahui segalanya.
Tiada wujud yang
nyata selain Allah, sedangkan selain Dia hanya berada dalam wujud
imajinatif bukan dalam wujud yang hakiki. Sebagaimana kami menjelaskan
tentang suatu hal yang dapat dirasakan atau diraba, namun hanyalah
imajinatif dari sebuah tabir yang telah diterangkan sebelumnya. Lihatlah
kembali hal itu.
Ketika yang al-Haq muncul dalam wujud
imajinatif ini, maka tidak akan ada yang zohir, atau muncul kecuali
berdasarkan hakekatnya, bukan berdasarkan dzatnya, dzat dari wujud yang
hakiki. Dalam sebuah hadits sohih dijelaskan tentang proses perubahan
bentuk penampakan (tajaliyyat) kepada seorang hamba, sebagimana
firman-Nya: “كلّ شيء هالك إلاّ وجه ” (Segala sesuatu pasti binasa,
kecuali Allah. Q.S. al-Qashash: 88).
karena sesungguhnya tidak
ada asal bagi kejadian alam ini, bukan eksistensinya bukan pula
ketuhanannya, kecuali wajah dzat Tuhan, karena dzatnya tidak akan pernah
hancur untuk selamanya.
Sebuah syair:
“Aku melihat
imajinasi bayang yang aku sangka sebagai debu, bagi orang yang pandai
dalam ilmu hakekat. Orang-orang serta tingkah lakunya yang benar, suci
yang tak berubah. Segala hal selain dzat maha benar hanyalah imajinatif
dan bayangan yang selalu bergeser, tidak ada suatu apapun yang ditemu”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar