Keistimewaan Bulan Sya’ban, Keistimewaan Masjid Baitul Ihsan, Nasihat Nabi SAW: "Jangan Marah!"
Ini
adalah malam yang suci, bulan ini adalah bulannya Nabi SAW, sebagaimana
sabda beliau, "Rajabun Syahrullah wa Sya'bana Syahri wa Ramadana syahru
ummati." "Rajab adalah bulannya Allah SWT, dan Syakban adalah bulanku
dan Ramadan adalah bulan umatku." Bulan ini adalah Syakban dan merupakan
bulannya Nabi SAW. Sesungguhnya setiap malam dan siang di bulan ini
merupakan malam yang suci dan hari yang suci.
"Di bulan ini, kami datang
padamu ya Sayyidi, ya Rasulallah SAW..." meminta kepada beliau agar kita
dibawa ke Hadirat Allah SWT; mengucapkan istighfar atas nama kita;
memintakan ampunan bagi kita, karena kita adalah para pendosa. Jangan
katakan bahwa kita adalah Syekh, ulama, atau wali... setiap orang adalah
pendosa! "Kami datang kepadamu ya Rasulallah SAW!" "Kami memohon
kepadamu, kami mengemis kepadamu agar kami bisa bersamamu di dunia dan
akhirat." Al-Quran mengatakan bahwa, "Jika mereka menganiaya diri mereka
sendiri lalu datang kepadamu agar memohonkan ampunan, tentulah mereka
menjumpai bahwa Allah SWT adalah Maha Penerima Tobat dan Maha
Penyayang." [QS 4:64]
Ketika seseorang melakukan suatu
kesalahan, mereka menangis, air mata keluar dari matanya dan mereka
menyesal, memohon ampun. Kita harus menangis. "Ya Rasulallah SAW, kau
hadir di sini!" Kita adalah pecundang, kita adalah para pendosa...
menangislah! Menangislah, agar Nabi SAW melihat kita, agar Rasulullah
SAW memohon ampunan bagi kita. Menangislah! Ini adalah saat pengampunan,
dan tak datang setiap saat. "Ampunilah kami, ya Sayyidi, ya Rasulallah
SAW, ya Rahmatan lil 'Aalamiin."
Grandsyekh Abdullah QS memberi
nasihat kepada Syekh Nazim QS bahwa, "Satu tetes air mata dari orang
yang sungguh-sungguh memohon ampunan dapat memadamkan api neraka." Maka
sesalilah dosa kita.
Suatu saat, seorang Badui
mendatangi Nabi SAW. Ia adalah orang yang sangat miskin, tidak mempunyai
apa-apa; tidak mempunyai rumah, lantainya tanah, atapnya langit dan
bantalnya batu. Ia datang kepada Nabi SAW dan berkata, "Ya Rasulallah
SAW, berikanlah aku sebuah nasihat." Lihatlah--seseorang yang tidak
mempunyai apa-apa datang kepada Rasulullah SAW untuk meminta nasihat.
Allahu akbar! Ash-shalaatu was-salaamu 'alayka ya Rasulallah, ya
Habiballah, ya Syafi'il Muslimiin!" Hadirkan Rasulullah SAW di dalam
diri kita, panggil namanya dan mintalah ampunan.
Masjid ini tidak seperti masjid
lainnya. Ada sesuatu yang istimewa di sini. Sebelumnya saya telah
mendatangi beberapa masjid, tetapi saya tidak menemui nuansa rohani
seperti di sini. Pasti ada sesuatu di sini dan malam ini kita mendapat
kabar dari kalbu Mawlana Syekh Nazim QS. Beliau memberitahu saya bahwa
dulu banyak orang yang tinggal di sini. Ini adalah makam atau kuburan
mereka. Mereka adalah para awliya Allah, yang tinggal di masjid ini.
Sejak dulu mereka beribadah, salat dan berzikir secara berjamaah di
sini, dan ketika mereka telah meninggal dunia, Allah SWT memberi izin
bagi mereka untuk terus beribadah di sini.
Mereka baru saja memberi tahu
saya bahwa setiap orang yang melakukan salat sendirian di sini, para
awliya Allah menjadi makmum bagi orang itu, sehingga salatnya menjadi
salat berjamaah. dan kepada orang yang membangun masjid ini, mereka
mengilhami hati mereka untuk menamakan masjid ini "Baitul Ihsan", "Rumah
Ihsan", dan apakah ihsan itu? Sebuah hadis mengatakan bahwa Jibril AS
mendatangi Nabi SAW dan bertanya tentang Islam, lalu Iman dan Ihsan.
Ihsan adalah maqam tertinggi dalam agama Islam. Hanya awliya Allah yang
dapat mencapainya. Tidak hanya itu, Mawlana Syekh Nazim QS juga
mengatakan bahwa orang-orang yang melakukan ibadah di sini, ketika
pulang, keluar dari masjid ini--mereka akan diselimuti dengan keberkahan
para awliya Allah tadi.
Wahai Muslim, berbahagialah!
Kalian adalah al-Haqq! Kalian berada di jalur yang benar. "Katakan
kepada mereka, jika kalian sungguh mencintai Allah SWT, ikutilah
Muhammad SAW." "Ya Rasulallah SAW, kami ingin mengikutimu, tetapi kami
sangat lemah, tolonglah kami."
Setiap orang di antara kita
berusaha untuk membangun gedung-gedung tinggi, berusaha untuk memperoleh
uang yang banyak, berusaha untuk mempunyai banyak mobil, berusaha untuk
mendapatkan segala sesuatu yang menyenangkan bagi mereka dan
anak-anaknya. Itulah definisi kebahagiaan bagi mereka. Orang Badui tadi,
dia tidak mempunyai apa-apa, tetapi dia sangat bahagia. Apa gunanya
rumah, apa manfaatnya kekayaan kalian, bila kalian tidak bahagia.
Gunakanlah uang kalian untuk mendukung Islam, untuk mendukung umat
Muslim, untuk mendukung fakir miskin. Jika kalian menggunakan uang
kalian untuk ke disko, mengirim anak kalian ke negri yang kehidupannya
menjauhi Islam, semoga Allah SWT melenyapkan uang kalian.
Apa gunanya uang kalian bila
anak-anak tidak menghormati kalian, bila anak-anak berlaku tidak sopan
pada kalian. Padahal Allah SWT mengatakan dalam Al-Qur'an yang suci,
"Bahkan kalian jangan mengatakan 'uf' kepada orang tua kalian." Mereka
membesarkan kalian, Allah SWT merawat kita, Sayyidina Muhammad SAW
merawat kita. Wahai Muslim, jangan katakan "uf" kepada apa pun dan
jangan marah. Ini adalah nasihat Rasulullah SAW kepada orang Badui tadi.
Orang Badui itu tidak mempunyai apa-apa, dia tidur di tanah, atapnya
langit, bantalnya batu. "Jangan marah, la taghdhab!" Nasihat beliau
sangat sederhana. Nasihat Nabi SAW kepada Badui itu hanya, "Jangan
marah!"
Di zaman sekarang ini, anak 1
tahun atau kakek 100 tahun, apakah mereka tidak pernah marah? Atau
mereka marah? Satu nasihat dari Nabi SAW untuk seluruh umat adalah,
"Jangan marah, la taghdhab!" Anak 1 tahun akan marah bila keinginannya
tidak terpenuhi. Jangan marah, sebab kemarahan adalah induk dari semua
karakter buruk. Jika kalian marah, kalian kehilangan iman kalian. Setiap
orang sangat mudah untuk marah. Padahal umat terbaik adalah umat yang
mendoakan agar para pemimpinnya menjadi saleh, dan tidak marah satu sama
lain. Sekarang banyak pemimpin yang mudah marah, begitu pula
masyarakat. Kita juga sulit untuk menerima nasihat. Seandainya para
pemimpin dan rakyatnya tidak marah dan saling mendoakan, tentu negri ini
akan damai.
Apakah kalian senang bila anak
kalian dibunuh? Bila cucu kita dibunuh? Jika seseorang membunuh cucu
kalian, apa yang kalian lakukan? Kalian akan marah. Dapatkah kalian
bayangkan bagaimana orang-orang mencintai Rasulullah SAW? Apakah kita
mencintai Nabi SAW? Apakah kita menangis bila mereka membunuh cucu Nabi
SAW? Bagaimana perasaan kita ketika mereka membunuh Sayyidina Hasan AS,
Sayyidina Husein AS? Cucu Nabi SAW dibunuh! Sayyidina 'Ali RA, KW,
Sayyidina 'Umar RA, Sayyidina Utsman RA dibunuh. Mereka adalah
sahabat-sahabat Nabi SAW. Mengapa kita tidak menyadarinya? Bila cucu
kita sendiri yang dibunuh, pasti kita menangis. Apa artinya? Berarti
kita tidak mencintai Nabi SAW!
Siapa yang membunuh Sayyidina
Husein AS di Karbala? Yazid, putra Sayyidina Muawiyyah yang masih
tergolong sahabat Nabi SAW. Karena apa? Mengapa dia membunuhnya? Karena
marah. Dia tidak sadar bahwa itu adalah cucu Nabi SAW. Oleh sebab itu
ghadab adalah biang keroknya. Dia adalah induk dari segala keburukan.
Bagaimana gempa bumi terjadi?
Jika seseorang menjumpai berbagai kesulitan di sekelilingnya, dia akan
gemetar, atau menangis atau teriak. Ketika bumi melihat tirani manusia,
bumi berdoa, "Ya Rabbi, kami tidak tahan!" Bumi berontak dan mengadu
kepada Allah SWT, karena kejahilan manusia. Al-Qur'an mengatakan,
"Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan
gunun-gunung. Mereka semua enggan memikul amanat itu, karena khawatir
akan mengkhianatinya, dan diembanlah amanat itu oleh manusia,
sesungguhnya manusia itu amat zalim dan bodoh." [QS 33:72]
Ya, kita memang bodoh, lalai. Di
dalam bumi terdapat jasad para awliya Allah. Mereka bergerak
menyaksikan kejahilan di muka bumi. Apakah kalian pernah melihat gempa
bumi? [ya] Apakah kalian pernah melihat gempa di surga? [tidak!] Surga
gempa ketika Sayyidina Husein AS dibunuh! Surga tidak tahan atas
peristiwa itu, surga tidak bisa menerimanya dan surga menjadi musuh bagi
pembunuhnya. Apa sebab semua itu? Sebabnya adalah karena marah. Jadi,
jangan marah!
Nasihat Nabi SAW, "Jangan
marah!" Mengapa Allah SWT memberikan wilayat (kewalian) kepada para
wali? Karena mereka tidak pernah marah, tidak pernah keberatan, karena
mereka selalu menerima apa yang digariskan oleh Allah SWT. Tetapi yang
lain? Mereka mempunyai kemarahan dalam hatinya. Jika kita tidak marah,
Allah SWT akan mencintai kita. Allah SWT akan membukakan apa yang tidak
pernah diberikan kepada orang lain.
Semoga Allah SWT memaafkan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar