Selasa, 17 Mei 2016

Keistimewaan Bulan Sya’ban - jangan marah

Keistimewaan Bulan Sya’ban, Keistimewaan Masjid Baitul Ihsan, Nasihat Nabi SAW: "Jangan Marah!"

Mawlana Syekh Hisyam Kabbani QS
Ini adalah malam yang suci, bulan ini adalah bulannya Nabi SAW, sebagaimana sabda beliau, "Rajabun Syahrullah wa Sya'bana Syahri wa Ramadana syahru ummati." "Rajab adalah bulannya Allah SWT, dan Syakban adalah bulanku dan Ramadan adalah bulan umatku." Bulan ini adalah Syakban dan merupakan bulannya Nabi SAW. Sesungguhnya setiap malam dan siang di bulan ini merupakan malam yang suci dan hari yang suci.

"Di bulan ini, kami datang padamu ya Sayyidi, ya Rasulallah SAW..." meminta kepada beliau agar kita dibawa ke Hadirat Allah SWT; mengucapkan istighfar atas nama kita; memintakan ampunan bagi kita, karena kita adalah para pendosa. Jangan katakan bahwa kita adalah Syekh, ulama, atau wali... setiap orang adalah pendosa! "Kami datang kepadamu ya Rasulallah SAW!" "Kami memohon kepadamu, kami mengemis kepadamu agar kami bisa bersamamu di dunia dan akhirat." Al-Quran mengatakan bahwa, "Jika mereka menganiaya diri mereka sendiri lalu datang kepadamu agar memohonkan ampunan, tentulah mereka menjumpai bahwa Allah SWT adalah Maha Penerima Tobat dan Maha Penyayang." [QS 4:64]

Ketika seseorang melakukan suatu kesalahan, mereka menangis, air mata keluar dari matanya dan mereka menyesal, memohon ampun. Kita harus menangis. "Ya Rasulallah SAW, kau hadir di sini!" Kita adalah pecundang, kita adalah para pendosa... menangislah! Menangislah, agar Nabi SAW melihat kita, agar Rasulullah SAW memohon ampunan bagi kita. Menangislah! Ini adalah saat pengampunan, dan tak datang setiap saat. "Ampunilah kami, ya Sayyidi, ya Rasulallah SAW, ya Rahmatan lil 'Aalamiin."

Grandsyekh Abdullah QS memberi nasihat kepada Syekh Nazim QS bahwa, "Satu tetes air mata dari orang yang sungguh-sungguh memohon ampunan dapat memadamkan api neraka." Maka sesalilah dosa kita.

Suatu saat, seorang Badui mendatangi Nabi SAW. Ia adalah orang yang sangat miskin, tidak mempunyai apa-apa; tidak mempunyai rumah, lantainya tanah, atapnya langit dan bantalnya batu. Ia datang kepada Nabi SAW dan berkata, "Ya Rasulallah SAW, berikanlah aku sebuah nasihat." Lihatlah--seseorang yang tidak mempunyai apa-apa datang kepada Rasulullah SAW untuk meminta nasihat. Allahu akbar! Ash-shalaatu was-salaamu 'alayka ya Rasulallah, ya Habiballah, ya Syafi'il Muslimiin!" Hadirkan Rasulullah SAW di dalam diri kita, panggil namanya dan mintalah ampunan.

Masjid ini tidak seperti masjid lainnya. Ada sesuatu yang istimewa di sini. Sebelumnya saya telah mendatangi beberapa masjid, tetapi saya tidak menemui nuansa rohani seperti di sini. Pasti ada sesuatu di sini dan malam ini kita mendapat kabar dari kalbu Mawlana Syekh Nazim QS. Beliau memberitahu saya bahwa dulu banyak orang yang tinggal di sini. Ini adalah makam atau kuburan mereka. Mereka adalah para awliya Allah, yang tinggal di masjid ini. Sejak dulu mereka beribadah, salat dan berzikir secara berjamaah di sini, dan ketika mereka telah meninggal dunia, Allah SWT memberi izin bagi mereka untuk terus beribadah di sini.

Mereka baru saja memberi tahu saya bahwa setiap orang yang melakukan salat sendirian di sini, para awliya Allah menjadi makmum bagi orang itu, sehingga salatnya menjadi salat berjamaah. dan kepada orang yang membangun masjid ini, mereka mengilhami hati mereka untuk menamakan masjid ini "Baitul Ihsan", "Rumah Ihsan", dan apakah ihsan itu? Sebuah hadis mengatakan bahwa Jibril AS mendatangi Nabi SAW dan bertanya tentang Islam, lalu Iman dan Ihsan. Ihsan adalah maqam tertinggi dalam agama Islam. Hanya awliya Allah yang dapat mencapainya. Tidak hanya itu, Mawlana Syekh Nazim QS juga mengatakan bahwa orang-orang yang melakukan ibadah di sini, ketika pulang, keluar dari masjid ini--mereka akan diselimuti dengan keberkahan para awliya Allah tadi.

Wahai Muslim, berbahagialah! Kalian adalah al-Haqq! Kalian berada di jalur yang benar. "Katakan kepada mereka, jika kalian sungguh mencintai Allah SWT, ikutilah Muhammad SAW." "Ya Rasulallah SAW, kami ingin mengikutimu, tetapi kami sangat lemah, tolonglah kami."

Setiap orang di antara kita berusaha untuk membangun gedung-gedung tinggi, berusaha untuk memperoleh uang yang banyak, berusaha untuk mempunyai banyak mobil, berusaha untuk mendapatkan segala sesuatu yang menyenangkan bagi mereka dan anak-anaknya. Itulah definisi kebahagiaan bagi mereka. Orang Badui tadi, dia tidak mempunyai apa-apa, tetapi dia sangat bahagia. Apa gunanya rumah, apa manfaatnya kekayaan kalian, bila kalian tidak bahagia. Gunakanlah uang kalian untuk mendukung Islam, untuk mendukung umat Muslim, untuk mendukung fakir miskin. Jika kalian menggunakan uang kalian untuk ke disko, mengirim anak kalian ke negri yang kehidupannya menjauhi Islam, semoga Allah SWT melenyapkan uang kalian.

Apa gunanya uang kalian bila anak-anak tidak menghormati kalian, bila anak-anak berlaku tidak sopan pada kalian. Padahal Allah SWT mengatakan dalam Al-Qur'an yang suci, "Bahkan kalian jangan mengatakan 'uf' kepada orang tua kalian." Mereka membesarkan kalian, Allah SWT merawat kita, Sayyidina Muhammad SAW merawat kita. Wahai Muslim, jangan katakan "uf" kepada apa pun dan jangan marah. Ini adalah nasihat Rasulullah SAW kepada orang Badui tadi. Orang Badui itu tidak mempunyai apa-apa, dia tidur di tanah, atapnya langit, bantalnya batu. "Jangan marah, la taghdhab!" Nasihat beliau sangat sederhana. Nasihat Nabi SAW kepada Badui itu hanya, "Jangan marah!"

Di zaman sekarang ini, anak 1 tahun atau kakek 100 tahun, apakah mereka tidak pernah marah? Atau mereka marah? Satu nasihat dari Nabi SAW untuk seluruh umat adalah, "Jangan marah, la taghdhab!" Anak 1 tahun akan marah bila keinginannya tidak terpenuhi. Jangan marah, sebab kemarahan adalah induk dari semua karakter buruk. Jika kalian marah, kalian kehilangan iman kalian. Setiap orang sangat mudah untuk marah. Padahal umat terbaik adalah umat yang mendoakan agar para pemimpinnya menjadi saleh, dan tidak marah satu sama lain. Sekarang banyak pemimpin yang mudah marah, begitu pula masyarakat. Kita juga sulit untuk menerima nasihat. Seandainya para pemimpin dan rakyatnya tidak marah dan saling mendoakan, tentu negri ini akan damai.

Apakah kalian senang bila anak kalian dibunuh? Bila cucu kita dibunuh? Jika seseorang membunuh cucu kalian, apa yang kalian lakukan? Kalian akan marah. Dapatkah kalian bayangkan bagaimana orang-orang mencintai Rasulullah SAW? Apakah kita mencintai Nabi SAW? Apakah kita menangis bila mereka membunuh cucu Nabi SAW? Bagaimana perasaan kita ketika mereka membunuh Sayyidina Hasan AS, Sayyidina Husein AS? Cucu Nabi SAW dibunuh! Sayyidina 'Ali RA, KW, Sayyidina 'Umar RA, Sayyidina Utsman RA dibunuh. Mereka adalah sahabat-sahabat Nabi SAW. Mengapa kita tidak menyadarinya? Bila cucu kita sendiri yang dibunuh, pasti kita menangis. Apa artinya? Berarti kita tidak mencintai Nabi SAW!

Siapa yang membunuh Sayyidina Husein AS di Karbala? Yazid, putra Sayyidina Muawiyyah yang masih tergolong sahabat Nabi SAW. Karena apa? Mengapa dia membunuhnya? Karena marah. Dia tidak sadar bahwa itu adalah cucu Nabi SAW. Oleh sebab itu ghadab adalah biang keroknya. Dia adalah induk dari segala keburukan.

Bagaimana gempa bumi terjadi? Jika seseorang menjumpai berbagai kesulitan di sekelilingnya, dia akan gemetar, atau menangis atau teriak. Ketika bumi melihat tirani manusia, bumi berdoa, "Ya Rabbi, kami tidak tahan!" Bumi berontak dan mengadu kepada Allah SWT, karena kejahilan manusia. Al-Qur'an mengatakan, "Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunun-gunung. Mereka semua enggan memikul amanat itu, karena khawatir akan mengkhianatinya, dan diembanlah amanat itu oleh manusia, sesungguhnya manusia itu amat zalim dan bodoh." [QS 33:72]

Ya, kita memang bodoh, lalai. Di dalam bumi terdapat jasad para awliya Allah. Mereka bergerak menyaksikan kejahilan di muka bumi. Apakah kalian pernah melihat gempa bumi? [ya] Apakah kalian pernah melihat gempa di surga? [tidak!] Surga gempa ketika Sayyidina Husein AS dibunuh! Surga tidak tahan atas peristiwa itu, surga tidak bisa menerimanya dan surga menjadi musuh bagi pembunuhnya. Apa sebab semua itu? Sebabnya adalah karena marah. Jadi, jangan marah!

Nasihat Nabi SAW, "Jangan marah!" Mengapa Allah SWT memberikan wilayat (kewalian) kepada para wali? Karena mereka tidak pernah marah, tidak pernah keberatan, karena mereka selalu menerima apa yang digariskan oleh Allah SWT. Tetapi yang lain? Mereka mempunyai kemarahan dalam hatinya. Jika kita tidak marah, Allah SWT akan mencintai kita. Allah SWT akan membukakan apa yang tidak pernah diberikan kepada orang lain.

Semoga Allah SWT memaafkan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar