Selasa, 03 Mei 2016

Laailahaillallah.....

Fatwa Kehidupan
---------------------
Tambahan tentang Laailahaillallah.....
tentang nafi (menolak) ==> Laa ilaha (tidak ada tuhan) nafi itu adalah proses untuk menolak, maksudnya bukan sekedar menolak dalam mulut atau ucapan2 saja, namun dalam laku perbuatan sehari2 itulah proses nafi. yang ditolak adalah tuhan2 sesembahan. yaitu:
1. pada awalnya adalah menolak tuhan sesembahan yang berwujud lahiriah, spt patung, berhala dsb.....
2. proses selanjutnya menafikan tuhan2 sesembahan batiniah diluar diri sendiri, spt harta, tahta, dan wanita, pangkat jabatan, hormat dan simpatinya org lain, pujian2 orang lain. inilah ilah/tuhan2 kecil, tuhan2 batiniah yang bercokol dalam hati. inilah penyebab syirik2 khofi yang lembut dan tak nampak mata.
3. tuhan sesembahan didalam diri yang terakhir dan dilupakan orang adalah "keakuannya" sendiri. keakuan inilah yg mengakibatkan orang "merasa" sholat, merasa ibadah, merasa puasa, dsb..... merasa dan merasa berbuat segala sesuatu atas daya upaya dan kekuatannya sendiri.
ketika tuhan keakuan ini sudah dilenyapkan, maka yang timbul adalah "TIADA DAYA UPAYA LAGI"..... inilah sempurnanya proses nafi (Laa ilaha)..... Lalu bagaimana "mengisbatkan Allah"???..... kalau sudah terlanjur tidak ada daya dan upaya lagi, yah tdk mampu lagi mengisbatkan Allah. umpama sudah lemah tak berdaya, yah tdk mampu lagi berjalan. proses nafi inilah disebut jg "kosong", atau pengosongan diri dari segala keterikatan duniawi.
bagaimana dengan isbatnya??..... karena kita sdh terlanjur tanpa daya dan upaya, maka Allah sendirilah yang mengisbatkannya, inilah yang dimaksud mengisbatkan Allah dengan Allah, sbgmn memandang Allahpun dengan Allah. jadi bukan kita yang mengisbatkan Allah, namun kita diisbatkan oleh Allah, atas daya dan upayanya Allah, makanya dikatakan Allahlah yang mengisbatkan diriNYA sendiri.
sbgmn "Subhanalladzi asro biabdihi lailam minal masjidil haroomi ilal masjidil aqso" (Maha suci Alloh yang telah memperjalankan hambaNya dimalam hari dari masjidil haram menuju masjidil aqso"...... fahami asro biabdihi (memperjalankan hambaNYA). Bukan hamba berjalan atas daya upayanya sendiri, namun diperjalankan, sbgmn diatas, bukan mengisbatkan Allah, namun diisbatkan stelah sempurnanya proses nafi....... dgn daya upayanya si hamba, mana mungkin brjalan dari mekah ke palestina dlm wktu semalam???.... tp itu adalah daya upaya Allah........
nafi isbat itu bukan sekedar perkataan mulut, Laailahaillallah itu "lakunya hidup". isbatmu tetap isbat isbatan dan palsu sblm proses nafi, menolak segala ilah (tuhan sesembahan) itu sempurna engkau lakukan.
Karenanya, baliklah cara berfikirmu, ketika engkau berbuat kebaikan, janganlah merasa sedang berbuat baik, tetapi tangkap itu sebagai engkau yang diberi kebaikan.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar