Yahudi yang Merindukan Rasulullah SAW
Abdullah bin Abbas berkata :
Ada seorang yahudi di syam membaca taurat di hari sabtu, ia
menghamparkan lembaran-lembaran taurat di hadapannya, kemudian
memperhatikan dengan saksama. Maka ia menemukan sifat Rasulullah SAW dan
karakternya di empat tempat, ia kemudian memotong empat lembaran
tersebut dan membakarnya.
Hari Sabat, atau hari sabtu saat
ini, adalah hari besar dimana para pengikuti ajaran Nabi Musa AS (pada
masa Nabi SAW dikenal sebagai kaum Yahudi) dilarang melakukan aktiviti
apa pun kecuali untuk beribadah, berzikir atau mempelajari kitab Taurat.
Suatu ketika, seorang lelaki Yahudi yang tinggal di Syam mengisi
hari sabatnya untuk mempelajari kitab Taurat. Ia menemukan dalam Taurat
tersebut ayat-ayat yang menyebutkan tentang sifat-sifat dan keadaan Nabi
Muhammad SAW, nabi yang diramalkan akan turun sebagai penutup para
Nabi-nabi, sebanyak empat halaman. Ia segera memotong empat halaman
Taurat tersebut dan membakarnya.
Saat itu memang Nabi SAW
telah diutus dan telah tinggal di Madinah. Sementara itu, beberapa orang
pemuka dan pendeta Yahudi melakukan "indoktrinasi/mendoktrin’ kepada
kaumnya bahwa Nabi Muhammad SAW adalah seorang pendusta. Jika ditemukan
sifat dan cerita tentang dirinya dalam Taurat, mereka harus memotong
dan membakarnya karena itu merupakan ayat-ayat tambahan dalam Taurat
yang tidak benar. Lelaki Yahudi dari Syam tersebut adalah satu anggota
jamaah sekte ini.
Pada hari sabtu berikutnya, ia juga mengisi
harinya dengan melakukan kajian terhadap Taurat, dan ia menemukan
delapan halaman yang menyebutkan tentang keadaan dan sifat-sifat Nabi
SAW. Seperti kejadian sebelumnya, ia memotong delapan halaman tersebut
dan membakarnya.
Pada hari sabtu berikutnya lagi, ia masih
melakukan kajian terhadap Taurat, dan kali ini ia menemukan hal yang
sama, bahkan ditambah dengan cerita tentang beberapa orang sahabat yang
medampingi Nabi Saw, dan ia menemukannya dalam 12 halaman. Kali ini ia
tidak langsung memotongnya, tetapi ia berfikir dan berkata dalam
hatinya, "Jika aku selalu memotong bagian seperti ini, boleh jadi Taurat
ini seluruhnya akan menyebutkan tentang sifat sifat dan keadaan
Muhammad..!!"
Tentunya kita tidak tahu pasti, apakah memang
kandungan Taurat seperti itu? Atau memang Allah SWT telah menggiring
lelaki Yahudi kepada hidayah-Nya, sehingga setiap kali dipotong, akan
muncul secara ajaib (mu'jizat) pada halaman lainnya, lebih banyak dan
lebih lengkap tentang keadaan Nabi Muhammad SAW.
Tetapi, tiga kali
pengalaman kajiannya tersebut telah memunculkan rasa penasaran dan
keingin-tahunya yang besar kepada Nabi SAW. Bahkan dengan tiga kali
kajiannya tersebut, seakan-akan sifat-sifat dan keadaan beliau telah
lekat di kepalanya, dan seperti mengenal beliau sangat akrab.
Ia datang kepada kawan-kawan Yahudinya dan berkata, "Siapakah Muhammad ini?"
"Ia seorang pembohong besar (yang tinggal di Madinah)," Kata salah
seorang temannya, "Lebih baik engkau tidak melihatnya, dan dia tidak
perlu melihat engkau!!"
Tetapi lelaki Yahudi yang telah "melihat"
dengan "ilmul yakin" tentang keadaan Nabi SAW ini, nampaknya tidak mudah
begitu saja dipengaruhi teman-temannya. Seakan ada kerinduan mengenal
kepada diri Muhammad yang belum pernah dikenal dan ditemuinya itu.
Kerinduan yang memunculkan kegelisahan, yang tidak akan dapat hilang
kecuali bertemu langsung dengan diri imajinasi dalam pikirannya
tersebut. Ia berkata dengan tegas, "Demi kebenaran Taurat Musa,
janganlah kalian menghalangi aku untuk mengunjungi Muhammad…!!"
Dengan tekad yang begitu kuatnya, teman-temannya itu tak mampu lagi
menghalangi langkahnya untuk bertemu dengan Nabi SAW di Madinah. Lelaki
Yahudi ini mempersiapkan kendaraan dan pebekalannya dan langsung
memacunya mengarungi padang pasir tanpa menunda-nundanya lagi. Beberapa
hari berjalan, siang dan malam terus saja berjalan, hingga akhirnya ia
memasuki kota Madinah.
Orang pertama yang bertemu dengannya adalah
Sahabat Salman al Farisi. Karena Salman berwajah tampan, dan mirip
gambaran yang diperolehnya dalam Taurat, ia berkata, "Apakah engkau
Muhammad?"
Salman tidak segera menjawab, bahkan lalu ia menangis
dari pertanyaan tersebut, sehingga membuat lelaki Yahudi ini
terheran-heran. Kemudian Salman berkata, "Saya adalah pesuruhnya!"
Memang, hari itu telah tiga hari Nabi SAW wafat dan jenazah beliau baru
dimakamkan kemarin malamnya, sehingga pertanyaan seperti itu
mengingatkannya kepada beliau dan membuat Salman menangis. Kemudian
lelaki Yahudi itu berkata, "Dimanakah Muhammad?"
Salman berfikir
cepat, kalau ia berkata jujur bahwa Nabi SAW telah wafat, mungkin lelaki
ini akan pulang, tetapi kalau ia berkata masih hidup, maka ia
berbohong. Salman-pun berkata, "Marilah aku hantar engkau kepada
sahabat-sahabat beliau!"
Salman membawa lelaki Yahudi tersebut ke
Masjid, di sana para sahabat tengah berkumpul dalam keadaan sedih.
Ketika tiba di pintu masjid, lelaki Yahudi ini berseru agak keras,
"Assalamu'alaika, ya Muhammad!"
Ia mengira Nabi SAW ada di antara
kumpulan para sahabat tersebut, tetapi sekali lagi ia melihat reaksi
yang mengherankan. Beberapa orang pecah tangisnya, beberapa lainnya
makin terharu dan kesedihan makin meliputi wajah-wajah mereka. Salah
seorang sahabat berkata, "Wahai orang asing, siapakah engkau ini?
Sungguh engkau telah memperbaharui luka hati kami! Apakah kamu belum
tahu bahwa beliau telah wafat tiga hari yang lalu?"
Seketika
lelaki Yahudi tersebut berteriak penuh kesedihan, "Betapa sedih hariku,
betapa sia-sia perjalananku! Aduhai, andai saja ibuku tidak pernah
melahirkan aku, andai saja aku tidak pernah membaca Taurat dan
mengkajinya, andai saja dalam membaca dan mengkaji Taurat aku tidak
pernah menemukan ayat-ayat yang menyebutkan sifat-sifat dan keadaannya,
andai saja aku bertemu dengannya setelah aku menemukan ayat-ayat Taurat
tersebut….(tentu tidak akan sesedih ini keadaanku)!"
Lelaki Yahudi
tersebut menangis tersedu, tenggelam dalam kesedihannya sendiri. Seakan
teringat sesuatu, tiba-tiba ia berkata, "Apakah Ali berada di sini,
sehingga ia dapat menyebutkan sifat-sifatnya kepadaku!"
"Ada," Kata Ali bin Abi Thalib sambil mendekat kepada lelaki Yahudi tersebut.
"Aku menemukan namamu dalam kitab Taurat bersama Muhammad. Tolong engkau ceritakan padaku ciri- ciri beliau!"
Ali bin Abi Thalib berkata, "Rasulullah SAW itu tidak tinggi dan tidak
pendek, kepalanya bulat, dahinya lebar, kedua matanya tajam, kedua
alisnya tebal. Bila beliau tertawa, keluar cahaya dari sela-sela
giginya, dadanya berbulu, telapak tangannya berisi, telapak kakinya
cekung, lebar langkahnya, dan di antara dua belikat beliau ada tanda
khatamun nubuwwah!!"
"Engkau benar, wahai Ali," Kata lelaki Yahudi
tersebut, "Seperti itulah ciri-ciri Nabi Muhammad yang disebutkan dalam
Kitab Taurat. Apakah masih ada baju beliau sehingga aku boleh
menciumnya?"
"ada!" Kata Ali, kemudian ia meminta tolong kepada
Salman untuk mengambil jubah Rasulullah SAW yang disimpan Fathimah az
Zahrah, istrinya dan putri kesayangan Nabi SAW.
Salman segera
bangkit menuju tempat kediaman Fathimah. Di depan pintu rumahnya, ia
mendengar tangisan Hasan dan Husain, cucu kecintaan Rasulullah SAW.
Sambil mengetuk pintu, Salman berkata, "Wahai tempat kebanggaan para
nabi, wahai tempat hiasan para wali!!"
"Siapakah yang mengetuk pintu orang yatim!" Fathimah menyahut dari dalam.
"Saya, Salman…" Kata Salman, kemudian ia menyebutkan maksud kedatangannya sesuai yang dipesankan oleh Ali.
"Siapakah yang akan memakai jubah ayahku?" Kata Fathimah sambil menangis.
Salman menceritakan peristiwa berkaitan dengan lelaki Yahudi tersebut,
lalu Fathimah mengeluarkan jubah Rasulullah SAW, yang terdapat tujuh
tambalan dengan tali serat kurma, dan menyerahkannya kepada Salman, yang
langsung membawanya ke masjid. Setelah menerima jubah tersebut dari
Salman, Ali menciumnya diiringi haru dan tangis, hingga sembab matanya.
Jubah Rasulullah SAW tersebut beredar dari satu sahabat ke sahabat
lainnya yang hadir, mereka menciumnya dan banyak yang menangis karena
haru dan rindu kepada Nabi SAW, dan terakhir jatuh ke tangan lelaki
Yahudi tersebut.
Lelaki Yahudi ini mencium dan mendekap erat jubah Nabi SAW dan berkata, "Betapa harumnya jubah ini…!!"
Dengan tetap mendekap jubah tersebut, lelaki Yahudi ini mendekati ke
makam Rasulullah SAW, kemudian menengadahkan kepalanya ke langit dan
berkata, "Wahai Tuhanku, saya bersaksi bahwa Engkau adalah Dzat yang
Esa, Tunggal dan tempat bergantung (Ash Shomad). Dan saya bersaksi
bahwa orang yang berada di kubur ini adalah Rasul-Mu dan kekasih-Mu.
Saya membenarkan segala apa yang ia ajarkan! Wahai Allah, jika Engkau
menerima keislamanku, maka cabutlah nyawaku sekarang juga..!!"
Tak
lama kemudian lelaki Yahudi tersebut terkulai jatuh dan meninggal
dunia. Ali dan para sahabat lainnya ikut terharu dan sedih melihat
keadaan si Yahudi tersebut. Mereka segera memandikan dan mengurus
jenazah lelaki Yahudi, yang telah menjadi muslim tersebut, dan
memakamkannya di Baqi'.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar