Jumat, 01 Januari 2016

MEREGUK SARI TASAWUF

KEBAJIKAN KEBAJIKAN.

Sebagian metafisikawan Sufi dan ali makrifat Syi'ah seperti Mulla Shadra
telah berbicara tentang empat tahapan dalam perjalanan jiwa..

Menarik untuk menyebutkan tahap-tahap ini disini dalam hubungannya
dengan pembahasan tentang penyatuan. 
Pertama-tama adalah perbedaan dasar 
antara kebenarankebenaran (al-Haqq) dan ciptaan (al-khalq), 
yang mana kita adalah bagiannya.

Tahap awal perjalanan ruhani, adalah dari al-khalq ke al-Haqq,
dan kedudukan ini bersesuaian dengan kebajikan spiritual terpenting
yang berpuncak pada peniadaan dan pelenyapan (al-al-fana') 
di dalam Allah berkenaan dengan perjalanan di bagian ini.

Perjalanan kedua melibatkan perjalanan di dalam al-Haqq.
Kekekalan di dalam Allah (al-baqa') berkenaan dengan tahap ini.
Beberapa Sufi tertentu seperti Bayazid Basthami 
berbicara secara terbuka tentang berjalan di dalam Allah.

Tahap ketiga, adalah kepulangan dari al-Haqq ke al-khalq,
namun bersama al-Haqq.

Tahap yang keempat adalah perjalanan di dalam al-khalq 
bersama al-Haqq.

Contoh tertinggi dua yang terakhir dalam Islam adalah 
kembalinya Nabi ke bumi dan perjalanan malamnya 
naik ke Hadhirat Ilahi dan kemudian melaksanakan misi kenabiannya.
Atau dalam konteks yang agak berbeda adalah Budha yang menunda
masuk nirwana demi membimbing dan menyelamatkan mahluk lain.

Dua tahapan terakhir ini 
dimaksudkan para nabi dan orang-orang suci agung sebagai misi
untuk menegakkan atau memperbaharui lembaga atau struktur suci
demi membimbing manusia .

Sangat sedikit Sufi disepanjang sejarah Islam yang mengklaim 
telah menyelesaikan tahap ketiga dan keempat.
Sedangkan mereka  yang mengaku telah mencapainya 
tanpa benar-benar melakukan perjalanan 
melalui tahap ketiga dan keempat, 
mereka sering melakukan tindakan yang berbahaya 
dan lebih menyebabkan kerusakan daripada pembentukan lembaga suci
karena mereka berpikir bahwa kehendak mereka adalah Kehendak Allah
tanpa benar-benar demikian.

Berapa banyak malapetaka telah  menimpa manusia 
akibat orang-orang yang yakin bahwa 
kehendak mereka adalah kehendak Allah ?
Kita semua telah melihat contoh-contohnya dalam sejarah ,
mulai dari mereka yang Joan of Arc atau yang disebut sebagai 
penyihir-penyihir di tiang pancang hingga Oliver Cromwell 
serta beberapa ektremis Muslim dewasa ini.

Berbicara secara teknis ,
Tasawuf pada tingkat praktis hanya berkenaan dengan 
dua tahap pertama karena setelah seseorang mencapai Allah,
maka Dia lah yang akan memutuskan apa yang harus dilakukan 
orang tersebut sepanjang sisa kehidupannya.

Jika keempat tahap perjalanan itu 
disebutkan dalam  beberapa karya metafisika Sufi belakangan, 
itu bertujuan melengkapi keterangan tentang semua kemungkinan 
yang terbuka bagi manusia termasuk para nabi.

Mereka ingin memberikan visi intelektual yang meliputi ,
bukan hanya tahap-tahap penyempurnaan sang murid 
dalam perjalanan dari al-khalq ke al-Haqq , 
tetapi juga turunnya Musa dari Gunung Sinai untuk memenuhi
Kehendak Allah bagi  umat-Nya serta kenabian Isa dan Muhammad.

Seperti yang telah disebutkan di atas , teks-teks sufi klasik 
menguraikan dan mensistemasikan bahasan tentang kebajikan 
dalam cara tertentu agar menjadi panduan praktis 
bagi pengikut jalan itu.
Kita dapat melihat perlakuan seperti itu dalam manual Sufi terkenal
dari Abu Thalib al-Makki, Abu Nashr al-Sarraj, Abual-Qassim al-Qusyayri,
Ali ibn 'Ustman Hujwiri, Abd Allah Anshari , Ibn al-'Arif, Al-Ghazali, dan
banyak lainnya.

Masing-masing memberlakukan perhentian-perhentian 
dan kebajikan-kebajikan itu dalam cara yang berbeda-beda sesuai 
dengan visi nya tentang apa yang dibutuhkan oleh murid-murid , 
karena pasti tujuan guru-guru ini bukan sekadar untuk menjelaskan 
sifat anggur makrifat melainkan memungkinkan 
murid-muridnya untuk benar-benar merasakan anggur  itu.

Yang muncul berikutnya adalah sintesis 
dari ajaran-ajaran teks-teks klasik ini.

Banyak sumber klasik berbicara tujuh kebaikan yang terkait dengan
tujuh perhentian di jalan itu.
Banyak Sufi terkenal sepanjang abad melantunkan puisi 
yang dinisbahkan ke  pada Rumi:

"'Attar telah menyusuri  tujuh kota Cinta
  Kita masih terjebak di tikungan  sebuah jalan  !"

Kota cinta ini tidak lain adalah  perhentian-perhentian 
yang terkai dengan kebajikan , yang sedang kita  bicarakan.

#HSN.
  





Tidak ada komentar:

Posting Komentar