Senin, 18 Januari 2016

MEREGUK SARI TASAWUF

KAUM SUFI PERDANA.

Setelah Nabi, figur yang paling penting dalam Tasawuf adalah "Ali (w.661),
yang merupakan ahli waris utama ajaran esoterik yang memancar 
dari pendiri Islam serta sumber dari rantai walayah/wilayah .
Itulah mengapa beliau dihormati di kalangan Sufi Sunni maupun Syi'ah,
karena beliau merupakan Imam Pertama.

Ada banyak cerita dari sumber-sumber tradisional tentang 'Ali 
yang menjalani kehidupan zuhud sederhana , menjadi pembela keadilan,
memiliki cinta yang tiada berbatas kepada Allah dan Nabi, 
mengutamakan kebenaran dalam semua aspek kehidupan nya,
dan pujian spiritual lainnya yang terkait dengan kehidupannya 
yang luar biasa.
Kisah-kisah ini sendiri telah menunjukkan mengapa dirinya 
sangat dihormati oleh kaum Sufi dulu dan sekarang.
Sebagai contoh, ada kisah bahwa persis sebelum sebuah pertempuran
yang akan menentukan masa depan seluruh masyarakat Islam 
yang masih belia ,ketika  'Ali sedang duduk menunggangi kudanya 
dan siap untuk berpacu , salah seorang sahabatnya datang mendekati
dan bertanya, "Ali , apakah kebenaran itu ?"
Salah seorang prajurit 'Ali mengatakan kepada orang yang bertanya itu
bahwa ini bukanlah waktu untuk pertanyaan seperti itu.

Mendengar itu 'Ali mengatakan bahwa 
dia akan menjawab pertanyaan itu dengan segera 
karena justru soal kebenaran seperti itulah 
yang membuat mereka pergi berperang.

'Ali kemudian membuat salah satu wacana paling mendalam 
tentang arti metafisik kebenaran yang pernah ditemui dalam tradisi Islam.
Kisah ini mau tidak mau mengingatkan kita pada tanggapan Krishna 
kepada Arjuna di medan perang seperti yang direkam dalam Bhavagad Gita.

Wacana, khotbah, dan surat-surat 'Ali kemudian dikumpulkan 
dalam sebuah buku yang disebut Najh al-Balaghah (Alur Kefasihan),
yang masih banyak dibaca hingga hari ini.
Kata-kata dan kehidupannya didasarkan pada kebaikan dan ditandai 
oleh kesucian yang terus menginspirasi para Sufi sepanjang masa.

Beberapa tarekat Sufi seperti Baktasyi bahkan 
telah mengambil langkah ekstrem dengan nyaris mempertuhankan 'Ali,
Abu Bakar , Khalifah pertama (w.634),
juga dianggap oleh beberapa tarekat Sufi  sebagai mata rantai 
yang menghubungkan mereka dengan Nabi, 
tetapi perannya dalam Tasawuf tidak begitu sentral 
sebagaimana halnya "Ali.

Ada beberapa tokoh lain yang hidup sezaman dengan Nabi 
yang dianggap kaum Sufi sebagai leluhur spiritual mereka.
Salah satunya adalah Abu Dzar al-Ghiffari (w.652-53) , 
yang hidup sangat sederhana dan zuhud , 
dikombinasikan kerendahan hati yang luar biasa.

Perawi hadist yang penting , 
dalam hal spiritual dan kehidupan lahiriahnya yang sederhana,
Abu Dzarr kerap dibandingkan dengan Yesus.
Tokoh sezaman lainnya Salman al-Farisi (w.sekitar 656) 
adalah seorang Persia yang merupakan Prototipe Muslim Persia.
Setelah bermimpi bertemu Nabi yang benar, 
dia meninggalkan kampung halamannya di Isfahan 
lalu berangkat ke Suriah .
Dia dijual keperbudakan dan dibawa ke Arab, lalu berjumpa Nabi.
Dia dibebaskan lalu menjadi  lalu menjadi anggota keluarga Nabi.
Kemudian, dia bergabung dengan 'Ali di Irak, tempat dia meninggal .
Kuburannya di dekat Baghdad hari ini merupakan sebuah tempat ziarah
terkenal ,meskipun ada juga tempat-tempat lain yang disebut 
sebagai kuburannya.
Salman adalah salah satu pendiri Tasawuf dan kekesatriaan spiritual
(futuwwah) , dan bahkan memainkan peran dalam hirarki esoterik
mazhab tertentu dalam dunia Islam.

Tokoh sezaman lainnya, Uways al-Qarani dari Yaman , yang juga bergabung
dengan 'Ali di Irak dan tewas dalam pertempuran Shiffin pada 657,
tidak pernah bertemu dengan Nabi , tetapi menjadi seorang Muslim 
dari kejauhan.
Dia adalah yang paling terkenal di antara semua Sufi dari Yaman 
dan pendiri aliran spiritual khusus dalam Tasawuf yang disebut 'Uwaysi.
Aliran ini terkait dengan pria dan wanita yang Sufi, 
tetapi tidak memiliki guru manusia.
Mereka dipimpin oleh anggota-anggota hierarki tak kasat mata 
dari sebuah jagad Sufi atau oleh Nabi al-Khidir .
Banyak tokoh besar dalam sejarah Tasawuf , 
seperti Abu al-Hasan Kharaqani di Khurasan dan Ahmad Sirhindi,
adalah pengikut Uwaysi.

Tentu saja, bersama 'Ali , 
inilah tokoh-tokoh yang barangkali paling terkenal
di antara orang-orang di sekitar Nabi yang terkait dengan realitas 
yang tak lama kemudian dikenal dengan sebutan Tasawuf .
Orang-orang ini , terutama 'Ali , memainkan peranan penting 
dalam perkembangan tradisi Sufi berikutnya selama berabad-abad
hingga ke masa kita sendiri.

Diantara tokoh-tokoh Tasawuf awal generasi pasca sahabat yang disebut
'generasi tabi'un, yang hidup pada penggal kedua abad ke tujuh ,
tidak ada yang lebih penting dari pada Hasan Basri (w 728), 
yang diberkati umur panjang.
Selama masa hidupnya dia mengajar ilmu agama dan 
apa yang kemudian dinamai Tasawuf kepada beberapa generasi siswa.
Leluhur Tasawuf yang lahir dan dibesarkan di Madinah tetapi kemudian 
pindah ke Basrah ini, menyampaikan khotbah-khotbah yang menggugah 
dan ujaran-ujaran fasih dalam bahasa Arab yang banyak dikutip 
dalam karya-karya yang belakangan .
Diantara ujarannya yang terkenal adalah ,
"Hiduplah di dunia ini seolah-olah engkau belum pernah menginjakkan kaki di sini,
 dan di dunia berikutnya seolah-olah engkau tidak pernah meninggalkannya".

Dia juga menulis sejumlah  sejumlah surat , 
termasuk salah satu yang penting
terutama tentang kekesatriaan ruhani .

Pesan-pesan Hasan berkenaan dengan kehidupan akhirat , pemantangan,
kemiskinan, ketakutan yang menimbulkan rasa hormat akan Allah,
tetapi juga tentang pengetahuan tentang dunia.
Dia berada pada  fase awal zuhud yang mencirikan tahap pertama Tasawuf
yang terkait dengan Mesopotamia.

Selama akhir abad ketujuh dan kedelapan , 
ketika komunitas Islam menjadi kaya 
dan banyak yang beralih mengejar dunia,
kaum Sufi  awal bertindak sebagai hati nurani masyarakat,
menyeru orang beriman untuk kembali kepada kehidupan 
yang sederhana dan murni masyarakat Islam.

Periode ini ditandai  oleh kecenderungan kezuhudan yang kuat,
seperti yang terlihat juga dalam kehidupan murid Hasan , 
Abd -al-Wahid ibn Zahid (w.794) .
Diantara tokoh utama Tasawuf periode ini di irak adalah Habib al-Ajami  (w.737)
seorang murid Hasan al-Bashri , dan Daud al-Ta'i (w.777), seorang murid Habib
dan yang seperti Hasan meninggalkan kesan mendalam pada Tasawuf masa kemudian.

Tidak mungkin untuk mendiskusikan periode ini tanpa menyebutkan nama
Hasan ibn Ali  (w.669-670) ,anak tertua "Ali , dan Imam Kedua Syi'ah.
Tidak seperti adiknya , Husayn, yang memilih kehidupan yang aktif  dan mati syahid 
di Karbala , Irak.
Hasan segera menarik diri dari kehidupan politik dan menjalani  kehidupan
yang tenang dan  kontemplatif di Madinah, tempat dia wafat dan  dimakamkan.
Dalam tradisi lisan dari Tasawuf ,dia dianggap sebagai orang yang mengajarkan
interpretasi esoterik atas al-Qur'an dan menyemai benih Tasawuf 
di negeri-negeri Islam sebelah barat.

Keturunan 'Ali yang lain , Ja'far al-Shadiq (w.765). memainkan peran yang bahkan
lebih menonjol dalam Tasawuf daripada Hasan.
Sebagai guru ilmu-ilmu eksoterik , dia melatih banyak murid di kedua bidang.
Dia juga menulis komentar esoterik pertama atas al-Qur'an yang masih tersisa 
hingga kini , yang menjadi prototipe dan model bagi tradisi panjang tafsir Sufi
atas teks Sufi yang terus muncul dalam bahasa Arab, Persia, 
dan bahasa-bahasa Islam lainnya sepanjang abad.

Menarik untuk dicatat bahwa sementara sebagian ujaran Imam Ja'far 
adalah ungkapan murni makrifat , fiqh mazab Syi'ah Dua belas Imam,
yang mayoritas besar Syi'ah , juga dinamai menurut namanya dan 
dengan demikian disebut fiqh Ja'fari.
Dia  juga dari Abu Hanifah, pendiri salah satu mazhab fiqh Sunni  .
Ja'far al-Shiddiq adalah Imam Keenam Syi'ah , yang diterima tidak hanya 
oleh Syi'ah Dua belas Imam melainkan juga oeh Isma'illiyah , 
cabang penting lainnya dari Syi'ah , dan sangat dihormati oleh Sunni.
Dia menampilkan kesatuan dimensi lahiriah dan batiniah Islam
dan merupakan teladan utama dalam kedua  hal.

Berbicara secara lebih umum , dapat ditegaskan bahwa 
meskipun Tasawuf mewakili kritalisasi utama ajaran esoterik Islam, 
ajaran ini juga ditemukan dalam Syi'ah.
Delapan Imam pertama Syi'ah sebenarnya juga Sumbu atau Kutub 
dari Tasawuf dan muncul dalam rantai inisiasi banyak tarekat Sufi.
Imam kedelapan , Ali al-Ridha yang di kubur di Msyhad di Iran,
dan hingga hari ini  orang-orang saleh Syi'ah yang mencari guru spiritual
sering pergi ziarah ke makamnya untuk meminta bantuan 
dalam mencari seorang guru yang autentik.
Akar yang sama dan berbagai bentuk saling pengaruh dan interaksi 
sepanjang zaman antara Tasawuf dan Syi'ah dalam aspek makrifat,
atau yang dalam bahasa Persia disebut 'irfan -i-syi'i (gnosis Syiah),
sebenarnya merupakan salah satu aspek  yang paling menarik 
dari tradisi Islam .
Cukuplah untuk mengatakan bahwa walaupun jalan ke Taman Kebenaran
dalam semesta Islam ditemukan kebanyakan dalam tradisi Tasawuf,
perlu diingat bahwa ada juga jalan autentik mencapai Taman itu,
melalui dimensi  batin Syi'ah , yang walaupun tidak secara terbuka 
disebut Tasawuf .
Kebenaran ini tampak jelas dalam tulisan-tulisan ahli makrifat Syi'ah 
Syekh Haidar Amuli (w.setelah 1385)  , yang berbicara tentang 
Tasawuf dan Syi'ah sebagai satu kenyataan utuh.

Kembali ke perkembangan sejarah manifestasi realitas Tasawuf,
maka dapat dikatakan bahwa pada abad kedelapan ,
ketika aspek-aspek lain dari disiplin intelektual Islam seperti 
hukum, teologi, dan tata bahasa mulai didefinisikan , dikodifikasikan,
dandigariskan, pengetahuan spiritual  dan jalan untuk mencapainya
yang diwarisi dari Nabi juga menjadi jelas.

Jalan itu mulai dikenal  sebagai tashawwuf (tasawuf) , 
dan konon orang pertama yang menyebutnya demikian adalah 
seorang Sufi  zuhud dari Kufah bernama Abu Hasyim (w,767) .
Para sarjana , baik Muslim maupun Barat , 
berdebat tentang asal usul kata ini .
Sebagian mengatakan  bahwa kata itu berasal dari ahl al-shuffah ,
orang-orang di beranda , yang merupakan sahabat-sahabat dekat Nabi,
yang sering duduk di beranda masjid nabi di Madinah .
Yang lain menyatakan bahwa kata itu datang sari shafa , 
yang berarti suci dan beberapa bahkan mencoba mengaitkan nya 
dengan bahasa Yunani, shopia.
Pandangan yang paling banyak diterima adalah bahwa istilah itu berasal
dari shuf, yang berarti wol, karena  kaum Sufi awal biasanya memakai
pakaian wol panjang yang mirip dengan jallabah Maroko zaman sekarang 
dan yang sering dikenakan para nabi dan leluhur Israel.
Penisbahan asal kata ini juga mendapat dukungan dari fakta bahwa
di Persia awal Sufi kerap disebut pashimah-push atau "pemakai wol".
Akan tetapi, banyak guru Sufi  mengklaim, bahwa seperti Allah , 
Nama Tuhan , demikian juga nama shufi dan tashawwuf tidak memiliki
akar etimologis , tetapi melalui nilai numerik simbol huruf-huruf tashawwuf
mirip dengan gematria Kabbalistik dan Hassidik ,
istilah ini berkaitan dengan Hikmah  Ilahi -(al-hikmat al-ilahiyyah).

Singkatnya,
Tasawuf mulai tumbuh di tengah kota kosmopolitan Basrah,
tempat bertemu dan bergaulnya orang Arab dan Persia , 
serta di kota-kota Mesopotamia lainnya seperti Kufah.
Dicirikan pertama-tama oleh kezuhudan yang kuat , 
berdasarkan rasa takut pada Allah.

Tasawuf meletakkan pijakan kukuh 
bagi berkembangnya cinta dan pengetahuan tentang Tuhan, 
yang tumbuh mengikutinya,
sebagaimana di jalan menuju Taman Kebenaran,
jiwa kita harus mengalami rasa takut 
yang penuh penghormatan pada Allah dan keagungan-Nya 
sebelum dapat mengalami cinta dan pengetahuan tentang Dia, 
maka manifestasi lahiriah Tasawuf dalam sejarah 
juga menunjukkan dengan jelas tiga tahapan ,
ketakutan (makhafah) , cinta (mahabbah),dan pengetahuan (makrifah).

Pada penggal kedua , abad kedelapan kita sudah melihat awal berkembangnya
siklus cinta itu dengan kemuculan Sufi perempuan terkemuka yang pertama
Rabi'ah al-Adawiyah (w.801) ,bersama Imam Ja'far al-Shadiq,
yang hidup sezaman dengannya.
Lahir di Basrah yang juga tempat dia wafat , 
Rabi'ah dianggap oleh sebagian orang sebagai murid Hasan al-Bashri ,
namun hal ini mungkin sekali karena Rabi'ah mengikuti ajaran spiritualnya
bukan dalam pengertian murid secara langsung .
Kisah kehidupannya bercampur dengan berbagai mitos keunggulan spiritual,
namun tidak berdasarkan verifikasi sejarah.
Selama ber abad-abad , dia telah dijadikan prototipe perempuan suci 
dalam Tasawuf dan diklaim oleh banyak kelompok .
Dia bahkan memiliki beberapa kuburan yang dinyatakan asli,
semua dikunjungi oleh para penziarah dan semua diselimuti 
oleh harum kesuciannya.
Apa yang diketahui tentang dirinya secara historis adalah bahwa 
dia pernah dijual dalam perbudakan, 
tetapi dibebaskan berkat kemuliaan kedudukan spiritualnya.
Dia menutup diri dari kehidupan publik dan hidup membujang
Pekerjaannya adalah memuji Allah lebih dari pada semua yang lain,
termasuk surga.
Dia juga seorang penyair berbakat dan meninggalkan beberapa syair
yang paling indah dalam puisi bahasa Arab tentang Cinta Tuhan
yang tak mementingkan diri sendiri.
Salah satu puisinya yang paling terkenal menyatakan :

Aku mencintai-Mu  dengan dua cinta,
Cinta karena diriku dan cinta karena diri-Mu,
Cinta karena diriku adalah keadaan senantiasa mengingat  Mu
Cinta karena diri-Mu adalah keadaan-Mu 

Mengungkapkan tabir hingga Engkau kulihat
Pujian bukanlah bagiku
Bagi-Mu pujian untuk semua itu.

Rabi'ah al-'Adawiyah.

Meskipun sedikit tertutup , Rabi'ah mengajarkan Tasawuf 
dan memiliki beberapa murid, yang paling terkenal di antara mereka
adalah Shufyan al-Tsawri (w.778) dan Syaqiq al-Balkhi (w 809) dari Khurasan
yang berbicara secara begitu mendalam tentang kepercayaan kepada Tuhan
(tawakkul) dan juga Sufi pertama yang membicarakan keadaan spiritual
sembari menekankan "cahaya kasih murni kepada Tuhan".

Sebelum kembali ke mazhab Baghdad dan Khurasan , 
penting untuk menyebutkan seseorang tokoh abad kesembilan 
yang tidak termasuk ke dalam salah satu mazhab , Tsawban ibn Ibrahim ,
yang dikenal sebagai Dun al-Mishri (w.sekitar 861) .
Seorang Sufi  Mesir yang bepergian ke Baghdad dan juga dikenal  sebagai
alkemis dan filsuf , dia tidak hanya berbicara tentang cinta Allah , 
dan menyebut Dia Kekasih, tetapi juga Sufi pertama yang mengembangkan 
teori gnosis , atau makrifat .
Dia juga mengembangkan teori peniadaan (al-fana) dan kekekalan (al-baqa')
berdasarkan ajaran al-Qur'an.
Seperti Rabi'ah  , Dzu al-Nun merupakan penyair besar yang meninggalkan
banyak puisi indah , biasanya dengan tema tentang cinta Allah,dan juga 
do'a-do'a yang menggema sepanjang zaman .
Dalam salah satu do'a  yang paling terkenal ini , dia mengatakan :

Ya Allah,
tiada pernah aku mendengarkan suara binatang atau pepohonan,
tamparan ombak di perairan atau nyanyian burung atau gelegar pasir,
kecuali aku merasakan di dalamnya 
kesaksian tentang Keesaan-Mu dan bukti Keunikan-Mu, bahwa
Engkaulah yang Maha Meliputi,Maha Mengetahui, Mahabenar.

Dzu al-Nun.

Ada yang menganggap Dzu al-Nun sebagai orang pertama 
yang memaparkan formulasi doktrinal Tasawuf 
yang biasanya dikaitkan dengan nama Ibn 'Arabi,
yang sering mengutip Dzu al-Nun dalam karya -karyanya .
Dzu al-Nun , tokoh luar biasa dalam Tasawuf awal ini , 
kembali ke Mesir,tempat dia wafat.
Kuburannya dengan nisan hitam vertikal misterius,
masih ditemukan di salah satu sudut tua 
dan jarang dikunjungi di Kota Kairo.





.

























Tidak ada komentar:

Posting Komentar