KAUM SUFI PERDANA.
Setelah Nabi, figur yang paling penting dalam Tasawuf adalah "Ali (w.661),
yang merupakan ahli waris utama ajaran esoterik yang memancar
dari pendiri Islam serta sumber dari rantai walayah/wilayah .
Itulah mengapa beliau dihormati di kalangan Sufi Sunni maupun Syi'ah,
karena beliau merupakan Imam Pertama.
Ada banyak cerita dari sumber-sumber tradisional tentang 'Ali
yang menjalani kehidupan zuhud sederhana , menjadi pembela keadilan,
memiliki cinta yang tiada berbatas kepada Allah dan Nabi,
mengutamakan kebenaran dalam semua aspek kehidupan nya,
dan pujian spiritual lainnya yang terkait dengan kehidupannya
yang luar biasa.
Kisah-kisah ini sendiri telah menunjukkan mengapa dirinya
sangat dihormati oleh kaum Sufi dulu dan sekarang.
Sebagai contoh, ada kisah bahwa persis sebelum sebuah pertempuran
yang akan menentukan masa depan seluruh masyarakat Islam
yang masih belia ,ketika 'Ali sedang duduk menunggangi kudanya
dan siap untuk berpacu , salah seorang sahabatnya datang mendekati
dan bertanya, "Ali , apakah kebenaran itu ?"
Salah seorang prajurit 'Ali mengatakan kepada orang yang bertanya itu
bahwa ini bukanlah waktu untuk pertanyaan seperti itu.
Mendengar itu 'Ali mengatakan bahwa
dia akan menjawab pertanyaan itu dengan segera
karena justru soal kebenaran seperti itulah
yang membuat mereka pergi berperang.
'Ali kemudian membuat salah satu wacana paling mendalam
tentang arti metafisik kebenaran yang pernah ditemui dalam tradisi Islam.
Kisah ini mau tidak mau mengingatkan kita pada tanggapan Krishna
kepada Arjuna di medan perang seperti yang direkam dalam Bhavagad Gita.
Wacana, khotbah, dan surat-surat 'Ali kemudian dikumpulkan
dalam sebuah buku yang disebut Najh al-Balaghah (Alur Kefasihan),
yang masih banyak dibaca hingga hari ini.
Kata-kata dan kehidupannya didasarkan pada kebaikan dan ditandai
oleh kesucian yang terus menginspirasi para Sufi sepanjang masa.
Beberapa tarekat Sufi seperti Baktasyi bahkan
telah mengambil langkah ekstrem dengan nyaris mempertuhankan 'Ali,
Abu Bakar , Khalifah pertama (w.634),
juga dianggap oleh beberapa tarekat Sufi sebagai mata rantai
yang menghubungkan mereka dengan Nabi,
tetapi perannya dalam Tasawuf tidak begitu sentral
sebagaimana halnya "Ali.
Ada beberapa tokoh lain yang hidup sezaman dengan Nabi
yang dianggap kaum Sufi sebagai leluhur spiritual mereka.
Salah satunya adalah Abu Dzar al-Ghiffari (w.652-53) ,
yang hidup sangat sederhana dan zuhud ,
dikombinasikan kerendahan hati yang luar biasa.
Perawi hadist yang penting ,
dalam hal spiritual dan kehidupan lahiriahnya yang sederhana,
Abu Dzarr kerap dibandingkan dengan Yesus.
Tokoh sezaman lainnya Salman al-Farisi (w.sekitar 656)
adalah seorang Persia yang merupakan Prototipe Muslim Persia.
Setelah bermimpi bertemu Nabi yang benar,
dia meninggalkan kampung halamannya di Isfahan
lalu berangkat ke Suriah .
Dia dijual keperbudakan dan dibawa ke Arab, lalu berjumpa Nabi.
Dia dibebaskan lalu menjadi lalu menjadi anggota keluarga Nabi.
Kemudian, dia bergabung dengan 'Ali di Irak, tempat dia meninggal .
Kuburannya di dekat Baghdad hari ini merupakan sebuah tempat ziarah
terkenal ,meskipun ada juga tempat-tempat lain yang disebut
sebagai kuburannya.
Salman adalah salah satu pendiri Tasawuf dan kekesatriaan spiritual
(futuwwah) , dan bahkan memainkan peran dalam hirarki esoterik
mazhab tertentu dalam dunia Islam.
Tokoh sezaman lainnya, Uways al-Qarani dari Yaman , yang juga bergabung
dengan 'Ali di Irak dan tewas dalam pertempuran Shiffin pada 657,
tidak pernah bertemu dengan Nabi , tetapi menjadi seorang Muslim
dari kejauhan.
Dia adalah yang paling terkenal di antara semua Sufi dari Yaman
dan pendiri aliran spiritual khusus dalam Tasawuf yang disebut 'Uwaysi.
Aliran ini terkait dengan pria dan wanita yang Sufi,
tetapi tidak memiliki guru manusia.
Mereka dipimpin oleh anggota-anggota hierarki tak kasat mata
dari sebuah jagad Sufi atau oleh Nabi al-Khidir .
Banyak tokoh besar dalam sejarah Tasawuf ,
seperti Abu al-Hasan Kharaqani di Khurasan dan Ahmad Sirhindi,
adalah pengikut Uwaysi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar