Sabtu, 23 Januari 2016

ZIKIR & KONTEMPLASI DALAM TASAWUF

PENDAHULUAN.

Riwayat berikut ini berasal dari 'Abdulwahid ibn Zaid :

Aku bertanya kepada al-Hasan tentang ilmu Batin,
dan ia berkata ,
"Aku bertanya kepada Hudaifah ibn al-Yaman tentang ilmu Batin 
dan ia berkata ,
"Aku bertanya kepada Jibril tentang ilmu Batin 
dan beliau bersabda ,
"Aku bertanya kepada Allah tentang ilmu Batin , 
dan Allah menjawab ,
"Ilmu itu salah satu di antara rahasia -Ku ,
 Aku mematrikannya di dalam hati hamba-Ku 
 dan tak ada satu pun makhluk-Ku yang memahami-Nya".

Abu al-Hasan ibn Abi Dzarr mengutip bait-bait 
syair Asy-Sybli berikut ini dalam bukunya , 
Minhaj ad-Din :

Ilmu kaum Sufi tidak terbatas,
Suatu ilmu yang luhur , surgawi dan Ilahi :
Di dalamnya ,
Para Syaikh tenggelam dalam-dalam,
Dan orang-orang bijak 
Menilai mereka dengan tanda itu.

Kami akan menjelaskan pernyataan-pernyataan di atas 
guna memahami posisi kaum Sufi dan 
sifat serta nilai ajaran-ajaran mereka.

'Allamah Quthbuddin Syirazi telah menyuguhkan 
gambaran yang benar mengenai kaum Sufi dan pekerjaan Sufi.
Ia mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda ,
"Para ulama di kalangan umatku itu 
 laksana para nabi di kalangan Bani Israil."

Ini berarti bahwa para ulama di kalangan umat Islam 
bagaikan para nabi di kalangan Bani Israil 
dalam mengetahui  jalan menuju Allah 
serta membimbing manusia menuju jalan itu.

Beliau juga bersabda ,
"Para ulama adalah pewaris para nabi".

Warisan para nabi adalah Kedekatan pada Allah .

Mencapai Allah bisa dilakukan ,
pertama, dengan mencari ilmu yang diwajibkan oleh Syari'ah.
Ilmu ini mengajari kita 
bagaimana menunaikan berbagai kewajiban atas diri kita  , 
dalam  hubungannya dengan penghambaan , 
ibadah,dan penyembahan kepada Allah dan 
juga dalam hubungannya dengan sesama manusia .

Jika kita menunaikan kewajiban kita dengan baik 
sesuai dengan perintah-perintah Syari'ah, 
maka kita bakal dibimbing ke jalan menuju  Allah 
yang pada akhirnya menuntun kita menuju 
sumber mata air ....
tempat minum ...
orang-orang didekatkan kepada Allah.

Demikian pula, "Kedekatan pada Allah " dicapai dengan 
memperoleh pengetahuan tentang "Jalan Allah" ('ilm-thariqah).
Ilmu ini mengajarkan kepada kita untuk memelihara keadaan mental
yang merupakan hasil capaian sifat-sifat malakuti, 
penyucian jiwa dari berbagai sifat hewaninya yang tercela 
serta membersihkannya dari segenap kotoran dan kerusakannya,
penyucian kalbu dari kecintaan pada kesenangan duniawi yang fana,
dari kecenderungan pada kenikmatan duniawi 
berikut khayalan-khayalan muluk serta menjadikannya sebagai  tujuan
dalam  menggapai Cahaya Ilahi.
Dengan cara demikian,
hati, jiwa,dan diri sudah siap berjalan menuju Allah.

Juga, 
"Kedekatan pada Allah" dicapai dengan memperoleh 'Ilm al-Haqiqah
("ilmu tentang Kebenaran") .
Ilmu ini berupa pengetahuan tentang berbagai Nama dan Sifat Allah
dan mengajari kita 
bagaimana mengaktualisasikan atau merealisasikannya dalam diri kita .

Ma'rifah - menurut Faris- 
"menyerap sang 'arif dalam esensi Objek ma'rifahnya".

Dengan demikian , menurut Syirazi , para syaikh Sufi , menempuh jalan 
Syari'ah (Hukum Suci) , Thariqah (Tarekat), dan Haqiqah (Kebenaran).

Mereka juga menjalin hubungan hakiki dan sejati dengan para nabi 
melalui pengetahuan , ucapan,  tindakan, dan ahwal atau 
"keadaan-keadaan mistis" yang mereka miliki.
Yang demikian ini , 
tidak dilakukan kaum formalis di kalangan para ulama.

Dr. Mir Valiuddin.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar