PENDAHULUAN.
Riwayat berikut ini berasal dari 'Abdulwahid ibn Zaid :
Aku bertanya kepada al-Hasan tentang ilmu Batin,
dan ia berkata ,
"Aku bertanya kepada Hudaifah ibn al-Yaman tentang ilmu Batin
dan ia berkata ,
"Aku bertanya kepada Jibril tentang ilmu Batin
dan beliau bersabda ,
"Aku bertanya kepada Allah tentang ilmu Batin ,
dan Allah menjawab ,
"Ilmu itu salah satu di antara rahasia -Ku ,
Aku mematrikannya di dalam hati hamba-Ku
dan tak ada satu pun makhluk-Ku yang memahami-Nya".
Abu al-Hasan ibn Abi Dzarr mengutip bait-bait
syair Asy-Sybli berikut ini dalam bukunya ,
Minhaj ad-Din :
Ilmu kaum Sufi tidak terbatas,
Suatu ilmu yang luhur , surgawi dan Ilahi :
Di dalamnya ,
Para Syaikh tenggelam dalam-dalam,
Dan orang-orang bijak
Menilai mereka dengan tanda itu.
Kami akan menjelaskan pernyataan-pernyataan di atas
guna memahami posisi kaum Sufi dan
sifat serta nilai ajaran-ajaran mereka.
'Allamah Quthbuddin Syirazi telah menyuguhkan
gambaran yang benar mengenai kaum Sufi dan pekerjaan Sufi.
Ia mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda ,
"Para ulama di kalangan umatku itu
laksana para nabi di kalangan Bani Israil."
Ini berarti bahwa para ulama di kalangan umat Islam
bagaikan para nabi di kalangan Bani Israil
dalam mengetahui jalan menuju Allah
serta membimbing manusia menuju jalan itu.
Beliau juga bersabda ,
"Para ulama adalah pewaris para nabi".
Warisan para nabi adalah Kedekatan pada Allah .
Mencapai Allah bisa dilakukan ,
pertama, dengan mencari ilmu yang diwajibkan oleh Syari'ah.
Ilmu ini mengajari kita
bagaimana menunaikan berbagai kewajiban atas diri kita ,
dalam hubungannya dengan penghambaan ,
ibadah,dan penyembahan kepada Allah dan
juga dalam hubungannya dengan sesama manusia .
Jika kita menunaikan kewajiban kita dengan baik
sesuai dengan perintah-perintah Syari'ah,
maka kita bakal dibimbing ke jalan menuju Allah
yang pada akhirnya menuntun kita menuju
sumber mata air ....
tempat minum ...
orang-orang didekatkan kepada Allah.
Demikian pula, "Kedekatan pada Allah " dicapai dengan
memperoleh pengetahuan tentang "Jalan Allah" ('ilm-thariqah).
Ilmu ini mengajarkan kepada kita untuk memelihara keadaan mental
yang merupakan hasil capaian sifat-sifat malakuti,
penyucian jiwa dari berbagai sifat hewaninya yang tercela
serta membersihkannya dari segenap kotoran dan kerusakannya,
penyucian kalbu dari kecintaan pada kesenangan duniawi yang fana,
dari kecenderungan pada kenikmatan duniawi
berikut khayalan-khayalan muluk serta menjadikannya sebagai tujuan
dalam menggapai Cahaya Ilahi.
Dengan cara demikian,
hati, jiwa,dan diri sudah siap berjalan menuju Allah.
Juga,
"Kedekatan pada Allah" dicapai dengan memperoleh 'Ilm al-Haqiqah
("ilmu tentang Kebenaran") .
Ilmu ini berupa pengetahuan tentang berbagai Nama dan Sifat Allah
dan mengajari kita
bagaimana mengaktualisasikan atau merealisasikannya dalam diri kita .
Ma'rifah - menurut Faris-
"menyerap sang 'arif dalam esensi Objek ma'rifahnya".
Dengan demikian , menurut Syirazi , para syaikh Sufi , menempuh jalan
Syari'ah (Hukum Suci) , Thariqah (Tarekat), dan Haqiqah (Kebenaran).
Mereka juga menjalin hubungan hakiki dan sejati dengan para nabi
melalui pengetahuan , ucapan, tindakan, dan ahwal atau
"keadaan-keadaan mistis" yang mereka miliki.
Yang demikian ini ,
tidak dilakukan kaum formalis di kalangan para ulama.
Dr. Mir Valiuddin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar