Pada hakikatnya orang-orang yang mengaku muslim namun memusuhi bahkan
membunuhi muslim lainnya yang tidak sepaham (sependapat) dengan mereka
adalah korban hasutan atau korban ghazwul fikri (perang pemahaman) yang
dilancarkan oleh kaum Yahudi atau yang kita kenal sekarang dengan Zionis
Yahudi karena kaum yang diciptakan oleh Allah Azza wa Jalla mempunyai
rasa permusuhan terhadap umat Islam adalah kaum Yahudi
Firman
Allah Ta’ala yang artinya, “orang-orang yang paling keras permusuhannya
terhadap orang beriman adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang
musyrik” (QS Al Maaidah [5]: 82)
Mereka yang terhasut atau korban
ghazwul fikri (perang pemahaman) yang dilancarkan oleh kaum Yahudi atau
yang kita kenal sekarang dengan zionis Yahudi menjadikan mereka sombong
mengikuti kaum Yahudi.
Firman Allah Ta’ala yang artinya, “Apakah
setiap datang kepadamu seorang Rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang
tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong; Maka beberapa
orang (diantara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain)
kamu bunuh?” (QS Al Baqarah [2] : 87)
Mereka menjadi sombong dan
mengabaikan siapapun yang mengingatkan atau memberikan petunjuk kepada
mereka karena mereka hanya berpegang pada pemahaman atau pendapat mereka
sendiri terhadap Al Qur’an dan As Sunnah bersandarkan mutholaah
(menelaah kitab) secara otodidak (shahafi) menurut akal pikiran mereka
sendiri.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
bersabda,“Barangsiapa menguraikan Al Qur’an dengan akal pikirannya
sendiri dan merasa benar, maka sesungguhnya dia telah berbuat
kesalahan”. (HR. Ahmad).
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
bersabda , “Tiada masuk surga orang yang dalam hatinya terdapat sebesar
biji sawi dari kesombongan. kesombongan adalah menolak kebenaran dan
meremehkan manusia” (HR. Muslim)
Sayyidina Ali bin Abu Thalib
karamallahu wajhu berkata, “Saya heran terhadap orang yang sombong.
Padahal dia berasal dari air yang hina dan akan menjadi bangkai. Sombong
dapat menghalangi tambahan nikmat. Orang yang menyombongkan diri
sendiri, akalnya sudah rusak. Rakus, sombong dan dengki merupakan
kendaraan menuju lembah yang dipenuhi dosa”
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kemuliaan adalah sarung-Nya dan
kesombongan adalah selendang-Nya. Barang siapa menentang-Ku, maka Aku
akan mengadzabnya.” (HR Muslim)
Sayyidina Umar ra menasehatkan
“Orang yang tidak memiliki tiga perkara berikut, berarti imannya belum
bermanfaat. Tiga perkara tersebut adalah santun ketika mengingatkan
orang lain; wara yang menjauhkannya dari hal-hal yang haram / terlarang;
dan akhlak mulia dalam bermasyarakat (bergaul)“.
Seorang lelaki
bertanya pada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam “Musllim yang
bagaimana yang paling baik?” “Ketika orang lain tidak (terancam)
disakiti oleh tangan dan lisannya” Jawab Rasulullah
Rasulullah
shallallahu aliahi wasallam bersabda “Tiada lurus iman seorang hamba
sehingga lurus hatinya, dan tiada lurus hatinya sehingga lurus
lidahnya“. (HR. Ahmad)
Sayyidina Umar ra menasehatkan, “Jangan
pernah tertipu oleh teriakan seseorang (dakwah bersuara / bernada
keras). Tapi akuilah orang yang menyampaikan amanah dan tidak menyakiti
orang lain dengan tangan dan lidahnya“
Sayyidina Umar ra
menasehatkan “Yang paling aku khawatirkan dari kalian adalah bangga
terhadap pendapatnya sendiri. Ketahuilah orang yang mengakui sebagai
orang cerdas sebenarnya adalah orang yang sangat bodoh. Orang yang
mengatakan bahwa dirinya pasti masuk surga, dia akan masuk neraka“
Muslim yang dengan amal ibadah menghantarkannya menjadi muslim yang
Ihsan sehingga meraih manzilah (maqom / derajat) di sisi Allah dan
menjadi kekasih Allah (Wali Allah) serta berkumpul dengan Rasulullah
adalah karena Allah Azza wa Jalla telah mensucikan (menganugerahkan)
mereka dengan akhlak yang tinggi
Firman Allah Ta’ala yang artinya,
“Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan
kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia)
kepada negeri akhirat. Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami
benar-benar termasuk orang-orang pilihan yang paling baik.” (QS Shaad
[38]:46-47)
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu
di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu” (QS Al
Hujuraat [49]:13)
“Tunjukilah kami jalan yang lurus , (yaitu)
jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni’mat kepada mereka” (QS Al
Fatihah [1]:6-7)
“Dan barangsiapa yang menta’ati Allah dan
Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang
dianugerahi ni’mat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para shiddiiqiin,
orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang sholeh. Dan mereka itulah
teman yang sebaik-baiknya .” (QS An Nisaa [4]: 69)
Jadi para Wali
Allah (kekasih Allah) adalah orang-orang yang selalu berada dalam
kebenaran atau selalu berada di jalan yang lurus yakni orang-orang yang
diberi karunia ni’mat oleh Allah atau orang-orang yang telah dibersihkan
(disucikan / dipelihara) oleh Allah Ta’ala sehingga terhindar dari
perbuatan keji dan mungkar dan menjadikannya muslim yang sholeh, muslim
yang ihsan atau muslim yang berakhlakul karimah dan yang terbaik adalah
muslim yang dapat menyaksikan-Nya dengan hatinya (ain bashiroh).
Januari Pribadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar