Usia 20 tahun, usia remaja penuh gejolak.
Tapi Ibnu 'Araby telah matang dalam kepribadian intelektual dan moralnya.
Usia inilah Ibnu 'Araby telah menjadi sufi. Ia berkata:
"Thariqat sufi ini dibangun di atas empat cabang:
Bawa'its (instrumen yang membangkitkan jiwa spiritual);
Dawa'i (pilar pendorong ruhani jiwa);
Akhlaq dan Hakikat-hakikat.
Sedangkan pendorong itu ada tiga hak:
hak Allah, adalah hak untuk disembah oleh hamba-Nya dan tidak dimusyriki sedikitpun. Hak hamba terhadap sesamanya, yakni hak untuk mencegah derita terhadap sesama, dan menciptakan kebajikan pada mereka.
Dan (terakhir) hak hamba terhadap diri sendiri, yaitu menempuh jalan (thariqat) yang didalamnya kebahagiaan dan keselamatannya."
Karya Ibnu 'Araby :
Dimana tauhid dijadikan sebagai konsumsi,
iman sebagai cahaya hati,
Al-Qur'an sebagai akhlaknya.
Kemudian naik ke tahap, dimana tak ada lagi selain al-Haqq (Allah swt.)
Karakter Ibnu 'Araby senantiasa naik dan naik ke wilayah yang luhur,
rahasianya senantiasa bertambah rindu,
dan hatinya jernih semata hanya bagi Al-Haqq,
rahasia batinnya bermukim menyertai-Nya
tak ada yang lain yang menyibukkan dirinya kecuali Tuhannya.
Ibnu 'Araby menggunakan kendaraan mahabbah, bermazhab ma'rifah, dan berwushul tauhid.
Ubudiyah dan iman satu-satunya hanyalah kepada Allah Yang Esa dan Maha Kuasa,
Yang Suci dari pertemanan dan peranakan.
Raja tanpa tanding, Pencipta dan Pengatur, Maujud dengan Dzat-Nya
tanpa butuh pada pewujud-Nya.
Bahkan seluruh yang wujud membutuhkan-Nya.
Seluruh alam semesta wujud karena Wujud-Nya,
dan hanyalah Dia yang berhak disifati sebagai Wujud.
Yaitu Wujud Mutlak dengan sendiri-Nya tanpa batas.
Dia bukan inti atom, bukan jasad, bukan arah dan suci dari dimensi, arah dan wilayah. Namun bisa dilihat oleh hati dan mata hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar