Kamis, 29 Oktober 2015

IQBAL.

Iqbal selanjutnya menunjukkan bahwa Al-Qur'an memiliki 
sikap empiris dan berpendapat bahwa "dalam dunia pengetahuan
-"science"- ataupun dunia religius , pemikiran tidak membebaskan 
sama sekali dari pengalaman yang kongkrit".

Dengan perkataan lain , pandangan ini menghormati kenyataan aktual.
Pandangan seperti itulah yang memungkinkan dunia Islam 
dalam masa yang silam merupakan peletak dasar alam fikiran dan
ilmu pengetahuan modern.

Akan tetapi perembesan perlahan-lahan jiwa klasik alam fikiran Yunani 
ke dalam alam fikiran dunia Islam  cenderung menggerhanakan 
ajaran Al-Qur'an yang sesungguhnya.
Sokrates dan Plato meremehkan pengamatan indera yang menurut 
pandangan mereka hanya "melahirkan pendapat belaka dan 
tidak mengantar kepada pengetahuan yang sesungguhnya".

Sebaliknya, Iqbal berpendapat bahwa tumbuh-kembangnya individualitas 
secara aktif tidak mungkin terjadi tanpa kontak langsung dengan 
lingkungan yang kongkrit dan dinamis.
Ia menjuluki Plato sebagai "seorang filsuf- kambing yang tua",
sebab  Plato mencoba menghindar dari kehidupan yang penuh perjuangan
dan kegiatan di dunia ini, penuh berbagai kekuatan dan 
fenomena yang kongkrit.
Plato tidak mau menerimanya sebagai suatu kerangka yang menantang 
dan mendorong manusia untuk giat bergerak .
Sebagai gantinya Plato mengenjurkan untuk mundur ke dalam suatu dunia 
yang penuh bayangan dan fikiran "murni", yang dengan sendirinya 
tidak akan dapat diterima oleh warga yang bebas.

K.G. Saiyidain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar