Iqbal selanjutnya menunjukkan bahwa Al-Qur'an memiliki
sikap empiris dan berpendapat bahwa "dalam dunia pengetahuan
-"science"- ataupun dunia religius , pemikiran tidak membebaskan
sama sekali dari pengalaman yang kongkrit".
Dengan perkataan lain , pandangan ini menghormati kenyataan aktual.
Pandangan seperti itulah yang memungkinkan dunia Islam
dalam masa yang silam merupakan peletak dasar alam fikiran dan
ilmu pengetahuan modern.
Akan tetapi perembesan perlahan-lahan jiwa klasik alam fikiran Yunani
ke dalam alam fikiran dunia Islam cenderung menggerhanakan
ajaran Al-Qur'an yang sesungguhnya.
Sokrates dan Plato meremehkan pengamatan indera yang menurut
pandangan mereka hanya "melahirkan pendapat belaka dan
tidak mengantar kepada pengetahuan yang sesungguhnya".
Sebaliknya, Iqbal berpendapat bahwa tumbuh-kembangnya individualitas
secara aktif tidak mungkin terjadi tanpa kontak langsung dengan
lingkungan yang kongkrit dan dinamis.
Ia menjuluki Plato sebagai "seorang filsuf- kambing yang tua",
sebab Plato mencoba menghindar dari kehidupan yang penuh perjuangan
dan kegiatan di dunia ini, penuh berbagai kekuatan dan
fenomena yang kongkrit.
Plato tidak mau menerimanya sebagai suatu kerangka yang menantang
dan mendorong manusia untuk giat bergerak .
Sebagai gantinya Plato mengenjurkan untuk mundur ke dalam suatu dunia
yang penuh bayangan dan fikiran "murni", yang dengan sendirinya
tidak akan dapat diterima oleh warga yang bebas.
K.G. Saiyidain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar