Selasa, 27 Oktober 2015

RAHASIA YANG MAHA AGUNG

"Sebuah komentar tentang kegilaan shufi"

Dalam kesempatan lain beliau bersabda pula :
"Aku berpuasa, berbuka, makan daging, menggauli istriku.
 Maka barangsiapa tidak menyukai sunnahku ,
 dia tidak termasuk dalam golonganku.

Agama kita  tidak memusuhi harta benda , tetapi justru menjadi 
musuh utama bagi upaya perolehan harta secara hina,
manipulasi dan kebakhilan terhadap sesama .
Islam tidak mengutamakan kita dengan indikasi kefakiran atau 
keberhajatan , tetapi justru mengutamakan kita dengan indikasi
kekayaan, kegemaran berinfak dan kepermurahan,
Rasulullah saw bersabda :
"Sebaik-baik harta yang saleh adalah kepunyaan hamba yang saleh"

Dan Imam 'Ali ra. berkata :
"Jika kefakiran itu dalam wujud seorang lelaki,
 maka ia pasti kuperangi".

Tentang hal ihwal yang dilakukan oleh zuhhad shufi 
(kaum shufi yang berzuhud) berikut kefakirannya, maka jangan
hendaknya hal itu dijadikan sebagai panutan atau teladan sikap 
yang harus ditiru.
Sebaliknya, kita harus membacanya sebagai contoh keberlebihan dan
kegilaan cinta terhadap Allah, yang pada gilirinnya justru membawa 
pelakunya kepada tindak kekotoran, pengabaian urusan duniawi,
penolakan makanan dan penamatan umur hanya untuk beribadah.
Begitu pula kegemaran berpakaian kumuh dan kumal, serta 
mengenakan jubah yang bertambal sulam .
Rasulullah saw tidak pernah berbusana demikian , malahan sebaliknya
beliau senantiasa tampak rapih, bersih, dan berbusana baik dengan
penampilan bersahaja dan pertengahan .
Itulah panutan dan teladan yang harus ditiru .
Dalam kaitan itu, kekumuhan dan kekumalan merupakan pertanda
kegilaan seseorang dalam bercinta.

Kami tidak termasuk kelompok orang yang menolak 
semua peninggalan shufi ,oleh sebab keberlebihan, ekstremitas,
kedalaman dan kejadzaban mereka.

Kami pun tidak termasuk kelompok yang menerima secara bulat, 
menyucikan sepenuhnya dan menganggap bahwa peninggalan
ini merupakan kebenaran mutlak yang tidak mengandung 
kebatilan sedikitpun , baik sebelum maupun sesudahnya.
Kami juga tidak termasuk orang-orang yang menganggap 
perkataan mereka sebagai aal-Qur'an, dan memandang mereka
sebagai orang-orang yang ma'shum (terpelihara dari kesalahan).

DR.Musthafa Mahmud

Tidak ada komentar:

Posting Komentar