Rabu, 28 Oktober 2015

RAHASIA YANNG MAHA AGUNG

"Sebuah komentar tentang kegilaan shufi".

Seorang shufi , Ibnu 'l-'Athai 'l-Lah al-iskandari, mengatakan,

"Wahai Tuhanku,
 apa yang dijumpai orang yang kehilangan Engkau
 dan apa yang hilang  dari orang yang telah menemukan-Mu ?

 Sungguh merugilah orang yang rela mengambil selain Engkau
 sebagai pengganti.
 Dan sunguh-sungguh merugilah orang yang melewati batasan-Mu
 dengan memalingkan diri.

 Wahai Tuhanku...
 bagaimana aku mengharap selain-Mu 
 sedang Engkau tidak pernah memutuskan kebaikan.
 Atau bagaimana seseorang mencari selain- Mu ,
 sedang Engkau belum pernah mengganti sikap-Mu
 Yang Maha melimpahkan berkat ".

Berbekal sentuhan-sentuhan nurani ini,  kita bertolak 
menempuh  perjalanan ilmu tasawuf bagi penambahan 
ma'rifah Ilahiyyah kepada kita dan pencapaian ketauhidan
yang lebih mendalam , penuh dengan perasaan dan kehangatan.

Tanpa peninggalan shufi (ilmu tasawuf) ,agama ini bakal kehilangan
kebesaran pengaruhnya dan kedalaman ma;rifah nya, 
yang hal itu merupakan keharusan baginya.

Yang tak kalah penting dan sama sekali tak dibenarkan adalah,
mengambil dan menganggap ilmu tasawuf sebagai al-Qur'an
yang diturunkan.
Tidak dibenarkan menerima bulat-bulat segala apa yang ada padanya.
Dan tidak dibenarkan pula memandang kaum shufi seolah sebagai
para Nabi yang ma'shum , yang tidak pernah melakukan kebatilan
sepanjang hidup ataupun sesudahnya.
Hendaklah memandang mereka sebagai suatu kaum yang diciptakan 
Allah dengan kemungkinan melakukan kesalahan dan kebenaran.

Dan yang benar adalah, membawa peninggalan ini (ilmu tasawuf)
secara selektif dan kritis.
Yakni, dengan menimbang setiap  kata dan kalimat yang dibaca 
dengan timbangan syari'at , dan menjabarkannya berdasarkan 
penerangan dari sunnah Rasul dan Kitabu 'l-Lah  berbekalkan 
akidah yang benar , seperti yang telah diajarkan oleh al-Qur'an
dan petunjuk Nabi saw kepada kita.
Sejengkal  pun kita dilarang melewati indikasi-indikasi tadi,
meski 
seorang Imam Shufi di zaman kita mengajak untuk melewatinya.

DR. Musthafa Mahmud

Tidak ada komentar:

Posting Komentar