Bila kita pelajari Al Qur’an secara seksama, dapat kita simpulkan bahwa Wahyu Islami yang diajarkan oleh Rosulullah Muhammad SAW menampilkan adanya suatu keseimbangan antara kehidupan duniawi dan kehidupan ukhrowi (akherat).
Kata Rosulullah : Yang paling baik dalam segala hal adalah yang dipertengahan.
Bila kita terlalu berlebihan mengejar kesenangan duniawi, maka kita akan terperosok menjadi manusia yang serakah, sebaiknya bila kita terlalu mengejar akhirat maka kita akan bisa menjadi manusia apatis yang tidak peduli lagi kepada keadaan di sekitar kita. Padahal menurut ajaran Islam iman dan amal saleh harus seimbang dan tali silaturahmi harus tetap dijaga. Sebagai manusia kita pun harus senantiasa mensyukuri karunia Allah yang tiada terbatas, tak bisa terhitung lagi.
Dan carilah dengan apa yang dianugerahkan Allah untuk kebahagiaan akhirat, dan janganlah kamu lupakan bagianmu dari kenikmatan duniawi dan berbuatlah kebaikan sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakkan ( AL QASHASH 28 : 77 )
Berjuanglah untuk duniamu seolah-olah engkau akan hidup selamanya dan persiapkanlah untuk akhiratmu seolah-olah engkau akan mati besok ( HADITS ).
Ditimpakan kepada mereka kehinaan dimanapun mereka berada, kecuali bila mereka menjaga hubungan dengan Allah dan hubungan dengan sesama manusia
(ALI IMRAN 3 : 112).
Dia memberimu pendengaran, penglihatan dan hati ( fuad ) agar kamu bersyukur
( AN NAHL 16 : 78 ).
Dia-lah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati ( fuad ). Namun sedikit saja kamu bersyukur ( AL MU’MINUN 23 : 78 )
Mereka mempunyai hati ( qolbu ) yang dengan itu mereka memahami ( merasakan ) atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka mendengar, karena sesungguhnya bukan matanya yang buta, tapi hatinya ( AL HAJJ 22 : 46 )
Dari ayat-ayat diatas jelas bahwa qolbu untuk proses pembelajaran, sedangkan untuk bersyukur kepada Allah, berkomunikasi dengan Allah, adalah fuad, hati yang bersih. Dalam dada ada qolbu, dalam qolbu ada fuad, dalam fuad ada syagofa, dalam syagofa ada sir, di dalam sir ada Aku … ( Hadits qudsi )
Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna, karena mempunyai mata, telinga, hati dan ruh. Tuhan memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih jalan kehidupannya masing-masing. Jalan kebaikan atau jalan kejahatan, jalan terang ( Sifat Jamal ) atau jalan gelap ( Sifat Jalal ). Sifat Jamal atau Sifat Jalal serta semua Sifat-Sifat Allah yang berpasangan dan saling bertentangan itu berada dalam Ke-Esa-anNYA, semuanya berada dalam ketentuan kudrat dan irodat-NYA. Sifat baik dan sifat jahat yang saling bertentangan itu disebutnya nafs. Tanpa nafs manusia tidak punya daya juang untuk mencapai cita-citanya. Nafsu ini bisa baik namun lebih cenderung kepada kejahatan. Walaupun Allah sudah memberikan peringatan, namun bagi manusia yang tidak bersyukur, dia sering membangkang, karena nafsu jahatnya yang muncul, menghalalkan segala cara. Setiap jalan yang ditempuh mempunyai konsekwensi sesuai dengan ketentuan hukum-hukum Allah. Misalnya manusia berbuat kejahatan, konsekwensinya adalah masuk penjara. Mungkin kita berpendapat bahwa penjara adalah tempat yang buruk seperti neraka, tapi walaupun demikian ternyata penjara merupakan Kawah Candradimuka, tempat penggemblengan lahir bathin bagi mereka yang mau berpikir untuk kembali kepada Allah… Oleh karena itu banyak orang yang mendapat Taufik dan Hidayah Allah di dalam penjara. Itulah ketentuan hukum-hukum Allah Yang Maha Rahman dan Maha Rahim, dibalik hukuman yang diberikan Allah, selalu ada hikmah bagi mereka yang mau berpikir. Rahmat dan ampunan Allah jauh lebih besar dan lebih mendahului dari pada kemurkaan-NYA.
Wahai hamba-hambaku yang telah melampaui batas terhadap diri sendiri, janganlah kamu berputus asa atas Rahmat Allah yang akan mengampuni semua dosa, sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
( AZ-ZUMAR 39 : 53 )
Allah Maha Lembut terhadap hamba-hambanya ( AS- SYURA 42 : 19 )
Janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkanmu dari jalan Allah ( SHAAD 38 : 26 )
Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi Rahmat oleh Tuhan-ku, sesungguhnya Tuhan-ku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang ( YUSUF 12 : 53 )
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang mensucikan jiwaya dan sesungguhnya merugilah orang-orang yang mengotorinya ( ASY-SYAM 91 : 9-10 )
Siksa-KU akan Aku timpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan Rahmat-Ku meliputi segala sesuatu ( AL A’RAF 7 : 156 )
Inilah jalan yang lurus menuju kepada-KU ( AL HIJR 15 : 41 )
Jangan ikuti jalan-jalan lain ( AL AN’AM 6 : 153 )
Inilah jalanku, aku mengajak kamu kepada Allah dengan penglihatan yang nyata
( YUSUF 12 : 108 )
Barang siapa membawa amal baik maka baginya ( pahala ) sepuluh kali lipat amalnya dan barang siapa berbuat jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan simbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dirugikan ( AL AN’AM 6 : 160 )
Barang siapa yang menghendaki pahala di dunia saja ( maka ia merugi ) karena di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat dan Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat ( AN NISAA 4 : 134 )
Dan Kami tunjukkan kepadanya dua jalan, akan tetapi dia tidak mau menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. Tahukah kamu jalan yang mendaki itu ???
( AL BALAD 90 : 10-12 )
Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat ( AL INSYIQAAQ 84 :19 )
Cahaya di atas cahaya, Tuhan akan membimbing dengan Cahaya-Nya kepada Cahayanya bagi yang Dia kehendaki ( AN-NUUR 24 : 35 )
Perjalanan hidup manusia bukan seperti garis lurus, tapi seperti pada saat kita Thawaf, mulai dari satu titik, kembali ke titik semula. Kita berasal dari Allah akan kembali kepada Kesucian Allah disertai Rahmat-NYA yang luar biasa besarnya.
Kita hidup di dunia sebagai tamu Allah yang hanya sekedar singgah. Kita harus bisa menempatkan diri, mengerti tata krama, tidak semena-mena bahkan merusak kelestarian alam. Kita harus mengikuti peraturan Allah jangan membuat kerusakan serta membuat murka Allah Sebagai Pemilik Alam Semesta ini.
Hiduplah di dunia ini sebagai musafir yang hanya sekedar singgah ( HADITS )
PEDOMAN HIDUP UMAT ISLAM
Sebelum wafat Rosulullah SAW berwasiat :
Aku tinggalkan untuk kamu sekalian dua perkara ( pusaka ), tidak akan kamu sekalian tersesat selama kamu sekalian berpegang teguh kepada keduanya, yaitu Kitabullah ( Al Qur’an ) dan sunah Rosulnya.
Perhatikan Firman Allah :
Sesungguhnya di dalam diri Rosulullah terdapat suri tauladan yang baik bagi orang-orang yang mengharapkan Allah dan hari akhirat serta sering mengingat Allah ( AL AHZAB 33 : 21 )
Katakanlah, jika kamu mencintai Allah maka ikutilah aku ( Muhammad ) , niscaya Allah akan mencintaimu ( ALI IMRAN 3 : 31 )
Dialah Jibril yang menurunkan Al Qur’an kedalam kolbu-mu dengan seizin Allah
( AL BAQARAH 2 : 97 ).
Dia memberi petunjuk kepada hatinya ( AT-TAGABUN 64 : 11 )
Sesungguhnya Al Qur’an yang mulia berada pada kitab yang terpelihara, tidak tersentuh kecuali oleh mereka yang disucikan ( AL WAQI’AH 56 : 77-78 ).
Kami turunkan ( Al Qur’an ) dengan kebenaran dan dengan kebenaran dia turun
( AL ISRA 17 : 105 )
Al Qur’an itu Nur ( AS SYURA 42 : 52 )
Al Qur’an dan Sunah Rosul merupakan pedoman hidup bagi seluruh umat manusia khususnya umat Islam. Al Qur’an sebagai pusaka dari Rosulullah bukan untuk dijadikan barang antik yang dikeramatkan, namun harus dibaca, dipelajari, dipahami dan diamalkan untuk mencapai keridhoan Allah. Di dalam Al Qur’an terkandung semua aspek kehidupan umat manusia. Al Qur’an menjelaskan dan memutuskan dengan benar apa-apa yang diperselisihkan oleh umat manusia.
Dengan Kebenaran Al Qur’an diturunkan. Berarti Yang Maha Benar senantiasa mendampingi Al Qur’an pembawa kebenaran yang diturunkan ke dalam qalbu Muhammad SAW dan ke dalam qolbu orang-orang yang beriman … Allah senantiasa memberikan petunjuk dan bimbingan-Nya kepada orang-orang yang hatinya bersih, itulah mereka yang disucikan Allah, mereka itulah yang bisa menyentuh bahkan menerima hikmah Al Qur’an, sehingga hatinya terang benderang karena Al Qur’an adalah An-Nuur dan An-Nuur adalah Allah dan Allah adalah Cahaya langit dan bumi ( AN NUUR 24 : 35 )
Dengan demikian Al Qur’an bukan ciptaan Muhammad SAW, beliau hanya sebagai perantara. Yang Maha Benar senantiasa mendampingi Al Qur’an untuk menjaga keaslian dan kelestariannya.
Tiadakah mereka itu merenungkan Al Qur’an ? Seandainya Al Qur’an itu ( berasal ) dari selain Allah, tentu mereka akan menemukan banyak pertentangan di dalamnya
( AN NISA 4 : 82 ).
Oleh karena itu, sebagai umat Islam kita harus bersyukur, karena mempunyai kitab suci Al Qur’an serta suri tauladan dari Rosulullah sebagai pedoman hidup kita. Seperti kita ketahui bahwa tidak satu ayatpun di dalam Al Qur’an yang isinya saling bertentangan, akan tetapi justru antara ayat yang satu dengan ayat lainnya saling menunjang, saling berkaitan dan saling menjelaskan. Hal ini merupakan salah satu bukti bahwa Al Qur’an berasal dari Allah, bukan buatan manusia. Silahkan bandingkan dengan kitab lainnya yang bukan Al Qur’an …
Qolbu adalah ujung paling bawah dari sumbu komunikasi kepada Allah. Qolbu merupakan pintu masuk ke alam ghoib. Hanya qolbu yang bisa ma’rifah kepada Allah. Di dalam qolbu mukmin ada cahaya yang meneranginya. Dalam hal ini mata hati seorang mukmin tentu tidak buta, nalurinya tajam. Mata hati yang disebut nurani, berasal dari kata Nur Aini karena di dalamnya ada Cahaya Yang Maha Melihat. Oleh karena itu manusia menjadi saksi atas dirinya sendiri.
Di dalam qolbu mukmin ada Al Quran yang hakiki.
Firman Allah :
Dialah Jibril yang telah menurunkan Al Qur’an ke dalam qolbumu atas izin Allah
( AL BAQARAH 2 : 97 )
( Al Qur’an ) ini adalah ayat-ayat yang nyata di dalam hati orang-orang yang diberi ilmu dan hanya orang-orang durjana yang mengingkari ayat-ayat Kami
( AL ANKABUT 29 : 49 .)
Dia (Allah) akan memberi petunjuk kepada Hatinya ( AT-TAGABUN 64 : 11 )
Sesungguhnya Al Qur’an yang mulia berada pada kitab yang terpelihara dan tidak tersentuh kecuali oleh mereka yang di sucikan ( AL WAQI’AH 56 : 77-78 )
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati ( ALI IMRAN 3 : 13 )
Di dalam diri manusia ada Cahaya Yang Maha Melihat ( AL QIYAMAH 75 : 14 )
Allah akan membimbing dengan Cahayanya kepada Cahayanya bagi siapa yang Dia kehendaki (AN NUUR 24 : 35).
Barang siapa yang hatinya dibuka oleh Allah kepada Islam ( fitrah ), maka dia itu mendapat Nur dari Tuhan-nya ( AZ-ZUMAR 39 : 22 )
Dan Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Muhammad, wahyu dengan perintah Aku, sebelumnya kamu Muhammad tidaklah kamu mengetahui apa itu Al Qur’an dan apa itu iman, tetapi Aku jadikan Al Qur’an itu Nur sebagai petunjuk bagi siapa-siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami dan sesungguhnya kamu Muhammad diberi petunjuk kepada jalan yang lurus ( ASY-SYURA 42 : 52 )
Inilah Al Qur’an yang tiada diragukan, suatu petunjuk bagi mereka yang takwa
( AL BAQARAH 2 : 2 ).
Alif-Lam-Ra. Ini adalah ayat-ayat kitab yang nyata. Aku turunkan Al Qur’an dalam bahasa Arab agar kamu memahaminya…( YUSUF 12 : 2 ).
Ha-Mim. Demi kitab yang menerangkan. Sesungguhnya Kami menjadikan Al Qur’an dalam bahasa Arab agar kamu memahaminya ( AZ-ZUKHRUF 43 : 1-3 )
Tiada Kami mengutus seorang Rosul kecuali dengan bahasa kaumnya sendiri untuk memberi penjelasan kepada mereka, lalu Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan membimbing siapa yang Dia kehendaki ….. ( IBRAHIM 14 : 4 )
Kenapa dalam bahasa Arab ??? Mungkin karena Rosulullah SAW adalah bangsa Arab bukan bangsa Indonesia. Atau mungkin juga bahasa Arab tanpa huruf Ain yaitu bahasa Rab seperti yang diucapkan Rosulullah : Ana A’rabun bilaa a’in. Aku adalah Arab tanpa ain. Oleh karena bahasa Al Qur’an adalah bahasa Rab maka keindahannya tiada seorangpun yang sanggup membuat tandingannya. Tidak sekedar keindahan bahasanya saja namun juga ada mukjizat didalamnya. Pada saat ayat-ayat Al Quran itu dibacakan, akan memancarkan getaran yang bisa menembus hati sanubari orang Arab Quraisy yang mendengarnya saat itu, sehingga banyak yang masuk Islam. Mukjizat getaran ayat-ayat Al Quran ini sering dipakai untuk pengobatan ruqyah.
Bahasa Arab merupakan bahasa yang sangat kaya akan perbendaharaan kata-katanya serta mempunyai makna yang mudah dicerna oleh bangsa-bangsa lain, sehingga menarik minat bangsa lain untuk mempelajari dan memahami Al Qur’an.
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu
( AL BAQARAH 2 : 185 ).
Sesungguhnya telah kami mudahkan Al Aqur’an dalam bahasa-mu…
( MARYAM 19 : 97 , AD-DUKHAN 44 : 58 )
Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur’an untuk dipelajari, maka adakah orang-orang yang mengambil pelajaran ( AL QOMAR 54 : 17, 22, 32, 40 )
Sesungguhnya dalam Al Qur’an itu terdapat Rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman ( AL ANKABUT 29 : 50-51 )
Menurut penelitian para ahli, pada zaman Rosulullah ternyata bahasa Arab bukanlah merupakan suatu bahasa yang baru tumbuh, akan tetapi merupakan suatu bahasa yang sudah matang dan sudah mencapai puncak perkembangannya, sehingga mempunyai perbendaharaan kata yang sangat luas.
Sebagai bukti penelitian para ahli adalah : Pada masa tersebut masyarakat Arab sangat menghargai karya sastra Arab yang bermutu, baik yang berbentuk prosa maupun yang berbentuk puisi. Karya sastra tidak mungkin populer bila bahasanya belum berkembang sempurna. Mereka (masyarakat Arab) pada waktu itu sangat terpesona dengan keindahan gaya bahasa serta isi kandungan Al Qur’an, sehingga mereka merasa terpanggil untuk memeluk agama Islam. Selanjutnya mereka yang sudah memeluk Agama Islam senantiasa berusaha untuk mempertahankan kelestarian bahasa Arab berdasarkan bahasa yang ada di dalam Al Qur’an tersebut.
Bahasa Arab di dalam Al Qur’an disebut bahasa Arab Fusha yang dijadikan bahasa Resmi di seluruh negara-negara Arab termasuk Libanon, Maroko dan lain-lain, serta dipergunakan juga di Perguruan Tinggi Al Azhar dan di Perguruan Tinggi lainnya.
Sesengguhnya Kami telah turunkan Adz-dzikr dan sesungguhnya kami tetap memeliharanya ( AL HIJR 15 : 9 )… berarti Adzikir adalah Al Qur’an…
Aku jadikan Al Qur’an itu Cahaya… An Nuur ( Asy Syura 42 : 52 )..
Allah adalah Cahaya… An Nuur adalah Allah… ( An Nuur 24 : 35 )
Bila Surat Al Hijr 15 : 9, Asy Syura 42 : 52 dan Surat An Nuur 24 : 35 kita rangkum dan kita simpulkan maka : Adz-Dzikir adalah Allah…
Laa ilaaha illallaah adalah statement, pernyataan kita, essensinya adalah Allah. Bila kita mengucapkan ikrar laa illaha ilallah tanpa memahami essensinya, sama juga bohong. Wajar bila ada sesepuh yang mengatakan : Dengan berdzikir Allah..Allah..Allah.. maka insya Allah, Tuhan akan memperlihatkan Cahayanya… Amin..Amin..Ya Robbal alamin..
Maha benar Tuhan dengan segala firmannya… Adz-dzikir adalah Al Qur’an…
Ternyata berdasarkan penelitian para ahli, memang benar bahwa Al Qur’an itu telah menjaga keutuhannya sendiri, sehingga siapapun tidak akan bisa merubahnya. Antara lain dari segi gaya bahasanya yang banyak mengandung kiasan-kiasan (metafora) yang sederhana dan mudah dipahami, sehingga terasa pas dan indah. Bahkan Al Qur’an sendiri menantang umat manusia untuk membuat semacam Al Qur’an bila memang manusia mampu :
Katakanlah : Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Qur’an ini niscaya mereka tidak akan dapat membuatnya, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu yang lain ( AL ISRA 17 ; 88 )
Dan jika kamu sekalian tetap meragukan Al Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami ( Muhammad ), buatlah satu surat saja yang semisal Al Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu sekalian orang-orang yang benar ( AL BAQARAH 2 : 23 )
Di atasnya ada sembilan belas ( AL MUDDATSTSIR 74 : 30 ).
Keistimewaan angka sembilan belas merupakan bukti lain bahwa Al Qur’an menjaga keutuhannya sendiri antara lain misalnya mengenai Basmalah serta banyak ayat-ayat lain yang hurufnya berjumlah 19, jumlah seluruh surat didalam Al Qur’an merupakan kelipatan 6 x 19 = 114. Huruf YA dan SIN pada surah Yasin ada 15 x 19 = 285. Huruf THO dan HA pada surah Thoha ada 18 x 19 = 342. Bangsa Arab sendiri menulis jumlah bilangan berdasarkan sistim susunan angka dari mulai dari angka 1 sampai angka 9. Banyak lagi keistimewaan bilangan di dalam Al Qur’an, misalnya : kata dunia dan akhirat sama-sama berjumlah 115 kali, kata malaikat dan kata syaitan sama-sama berjumlah 68, kata hari ada 365 kali, kata bulan tertulis 12 kali, kata hidup dan mati sama-sama 145 kali, kata musibah dan kata syukur sama-sama 75 kali.
H. Lukman Sumabrata selama 15 tahun meneliti dan mengembangkan Metode Struktur dan Format Al Quran ( MSFQ ) mushaf Utsmani dengan format 18 baris, ternyata sangat luar biasa. Sebagai contoh Penulisan Surat Al Fatihah selalu dihalaman 2 terdiri dari 7 ayat ditulis dalam 6 baris. Kemudian 4 ayat Surat Al Baqarah di halaman 3 terdiri dari 6 baris. Bila kita lihat angka-angka tersebut tersusun 6236 adalah jumlah seluruh ayat yang ada di dalam Al Quran. Surat 47 adalah Surat Muhammad sedangkan Surat 74 adalah Surat Al Muddatstsir, Orang Yang Berselimut . Surat Muhammad terdiri dari 38 ayat. Bila angka 3 dan 8 dijumlahkan muncul angka 11. Bila angka 4 dan 7 dijumlahkan muncul angka 11 yang terdiri dari angka 1 dan 1 yang seimbang. Anehnya perjumlahan angka 38+47 = 85. Di dalam Al Quran Surat ke 85 adalah Surat Al Buruuj, Gugusan Bintang, jumlah ayatnya 22 dimana angka 2 dan 2 juga adalah angka yang seimbang. Hal ini melambangkan bahwa ajaran Muhammad penuh keseimbangan. Masih banyak contoh-contoh lainnya dari Sumabrata yang unik dan luar biasa tentang Al Quran mushaf Utsmani yang tidak dimiliki kitab lain. Jadi kita harus yakin dan jangan ada keraguan sedikitpun akan kebenaran Al Quran. Karena Al Quran bukan rekayasa Muhammad tapi benar-benar wahyu dari Allah SWT.
Al Qur’an sebagai pusaka dari Rosulullah bukan untuk dikeramatkan atau hanya sekedar dibaca sampai hatam, namun harus dipelajari, dikaji, dipahami dan dihayati kemudian diamalkan sebagai pedoman hidup untuk mencapai keridhoan Allah.
Bila kita telah memahami Al Qur’an, harus disebarluaskan, jangan disembunyikan sebagai amal ibadah kita untuk mencari keridhoan Allah
Sesungguhnya Kami jadikan isi neraka jahanam dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami ( ayat-ayat Allah ), mereka mempunyai mata tidak dipergunakan untuk melihat ( tanda-tanda kekuasaan Allah ), mereka mempunyai telinga tidak dipergunakan untuk mendengar ( ayat-ayat Allah ), mereka seperti binatang ternak bahkan lebih sesat lagi, mereka itulah orang-orang yang lalai ( AL A’RAF 7 : 179 )
Dan berimanlah kamu kepada apa yang telah Aku turunkan yang membenarkan apa yang ada padamu, dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya dan janganlah kamu menjual ayat-ayat-Ku dengan harga yang murah dan hanya kepada-Ku lah kamu bertaqwa ( AL BAQARAH 2 : 41).
Jadi wajar ya, kalo sekali ceramah bayarannya mahal, minimal …titik-titik juta gitu lo. Sesuai ayat : jangan menjual ayat-ayat-Ku dengan harga yang murah.
Namun mari kita perhatikan ayat-ayat lainnya :
Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Al Kitab dan menjualnya dengan harga yang murah, mereka itu sebenarnya tidak memakan ke dalam perutnya melainkan api dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak akan mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih ( AL BAQARAH 2 : 174 )
Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang muslim. ( YUNUS 10 : 72 )
Atau kamu meminta upah kepada mereka, maka upah dari Tuhan-mu adalah lebih baik dan Dia pemberi rizki yang paling baik ( AL MU’MINUN 23 : 72 )
Dan aku sekali-kali tidak meminta upah kepadamu atas ajakan itu, upahku tidak lain hanya dari Tuhan Semesta Alam ( ASY-SYU’ARA 26 : 180 )
Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhoan Allah, kami tidak mengharapkan balasan dan tidak pula ( ucapan ) terima kasih dari kamu ( AL INSAN 76 : 9 ).
Janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhoan Allah ( AL BAQARAH 2 : 272 )
Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhoan dari Tuhan-nya, mendirikan sholat dan menafkahkan rizki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi atau terang-terangan serta menukar kejahatan dengan kebaikan, orang-orang itulah yang mendapat tempat akhir ( yang baik ) ( AR- RAD 13 : 22 )
Dan keridhoan Allah adalah lebih besar, itu adalah keberuntungan yang besar
( AT TAUBAH 9 : 72 )
Bila tujuan hidup kita mencari keridhoan Allah, maka apa yang kita lakukan hanya atas dasar ibadah semata-mata kepada Allah, tanpa mengharapkan surga… tanpa embel-embel apapun, tanpa pamrih apapun. Ketaatan yang murni, dasarnya ikhlas… Selama masih ada nafsu maka kita akan terbelenggu dan sulit untuk mencapai Allah.. Karena nafsu adalah dosa sirik tersembunyi…
Ikhlas kepada Allah ( semata ) dan tiada mempersekutukan-Nya ( AL HAJJ 22 : 31 )
Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ( mukhlis ) ketaatan kepada-Nya
Katakanlah : “sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam ( menjalankan ) agama”
(AZ-ZUMAR 39 : 2, 11, 14 )
Mereka tidak diperintahkan melainkan agar beribadah kepada Allah dengan memurnikan ( mukhlis ) ketaatan kepada-Nya dalam agama
( AL BAYYINAH 98 : 5 )
… Tuhan menyuruh menjalankan keadilan, dan luruskanlah wajahmu di setiap sholat dan sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya…
( AL A’RAF 7 : 29 ).
Sesungguhnya sholatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam ( AL AN’AM 6 : 162 )
… Hadapkanlah wajahmu kepada agama dengan lurus ( hanif ) dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musrik ( YUNUS 10 : 105 )
Al Qur’an pusaka dari Rosulullah adalah kunci pembuka pintu qolbu agar kita bisa masuk dan menyelam kedasarnya. Allah adalah Al Bathin, kita harus menyelam ke dasar bathin, menyelam kedasar Qolbu, untuk mendapatkan mutiara hikmah dari Allah. Oleh karena itu qolbu harus bersih. Kata Rosulullah segala sesuatu ada pembersihnya, pembersih qolbu adalah dzikir, bahasa gaulnya meditasi. Dzikir atau meditasi adalah jalan terdekat menuju kepada Allah, demikian kata Rosulullah. Katupkan bibirmu, tutup matamu, sumbat telingamu, tertawakan aku, manakala engkau tidak melihat rahasia Al Haq, demikian kata Jalaluddin Rumi. Oleh karena itu pelajari dan pahamilah Adz-Dzikir. Adz-Dzikir adalah Al Qur’an. Mulailah dengan membaca tafsirnya, dalam bahasa Indonesia, bukan dalam bahasa Arab…!!! Allah tidak pernah menyusahkan umatnya. Manusianya sendiri yang membuat aturan yang kaku dan menyusahkan dirinya sendiri…
Sesungguhnya telah kami mudahkan Al Aqur’an dalam bahasa-mu…
( MARYAM 19 : 97 , AD-DUKHAN 44 : 58 )
Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya ( YUNUS 10 : 100 )
Maka bertanyalah kepada orang-orang yang berpengetahuan jika kamu tidak mengetahui ( AN NAHL 16 : 43 )
Kata Rosulullah :
Mintalah fatwa pada hatimu sendiri setelah orang lain memberimu fatwa …
Sekarang abad IPTEK, tidak sulit untuk menambah wawasan keilmuan, hanya tinggal klik embah Google… Kita ziarah internet, bukan ziarah ke kuburan… Kemudian jangan lupa bertanya kepada hati nurani kita…!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar