Menurut pendapat Iqbal, Khudi , yang artinya secara harfiah ,
adalah kedirian atau individualitas merupakan
suatu kesatuan yang riil, yang nyata dan secara mantap dan tandas.
Khudi merupakan pusat dan landasan ...
dari keseluruhan organisasi kehidupan manusia.
Banyak di antara ahli fikir , baik di bidang agama maupun di bidang filsafat,
cenderung untuk menganggap realitas diri ("self') itu hanya sebagai bayangan
atau ilusi dalam jiwa dan tidak memiliki kepastian sendiri yang mantap.
Demikianlah pantheisme dan pseudo mistisme yang berkembang
baik di Timur maupun di Barat, menganggapnya sekedar suatu bagian
dari "Jiwa nan Abadi" (Eternal Mind) yang secara terus menerus berjuang
untuk dapat berpadu dengan induknya.
Baik penganut ajaran Hegel di Inggris ,maupun penganut pantheisme
berpendapat bahwa tujuan tertinggi dan tujuan ideal manusia adalah
untuk melenyapkan dan meleburkan dirinya dengan Yang Mutlak,
bagaikan setetes air yang melarut dalam samudera dan dengan demikian
menghapus-habiskan kesatuan individualitasnya.
Pandangan semacam ini ditolak oleh Iqbal secara telak.
Ia memandang gerakan ahli fikir seperti itu menyesatkan,
sebagaimana pula halnya dengan hipotesis intelektualistis.
Lagi pula pandangan seperti itu mempunyai implikasi sosiopolitik
yang berbahaya.
Iqbal secara tegas menandaskan bahwa pandangan
yang melenyapkan dirinya dalam "Ego yang Abadi" hendaknya
tidak dijadikan cita moral ataupun religius.
Sebaliknyalah ,
ia hendaklah berjuang untuk mempertahankan individualitas
yang sangat berharga itu dan memperkuatnya ,
dengan jalan memupuk keaslian dan kekhususannya.
Tujuan Ego yang selalu dalam pencaarian itu bukan membebaskan diri
dari batas-batas individualitasnya, melainkan justru untuk menandaskan
defenisi (batasan) dirinya lebih tegas.
KG. Saiyidain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar