Setiap pendidikan yang mengingkari kebenaran yang fundamental ini
niscaya hanya akan mampu meraih selapis selaput tipis dari
kepribadian yang dimaksudkan untuk dicapainya, atau bahkan
usahanya sia-sia sama sekali.
Sebab , pendidikan yang tidak memenuhi persyaratan tersebut
tidak berakar
pada kedalaman psikologis manusiawi.
Itulah sebabnya mengapa Iqbal berulangkali menekankan bahwa
jiwa peminta-minta (artinya, yang menggantungkan diri pada orang lain
dan hanya berkemampuan meniru dan menjiplak atau bahkan
membajak citra dan budaya masyarakat lain secara menghamba sahaya)
akan melemahkan individu.
Berulangkali pula Iqbal menekankan bahwa potensi-potensi individu
maupun masyarakat akan mudah diselewengkan dan ditekan
bila mereka tidak mengembangkan sikap percaya pada diri sendiri
serta tidak meningkatkan kekayaan batin kepriadaan (eksistensi) manusia.
Pesan ini dikumandangkan Iqbal dalam berbagai bentuk puisinya yang indah :
"Berapa lama lagikah ,wahai Hati
Hidup menanggung hina bagaikan cacing melata ?
Berapa lama lagikah penyelewengan kejantanan
masih akan berkelanjutan ?
Berapa lama lagikah akan berdiang
di sekeliling nyala api orang asing !
Coba hidupkan baramu sendiri,
Coba nikmati....
betapa hangat ia menyengat !".
Apa yang akan terjadi sekirannya Diri itu hidup dan bersikap
sebagai pengemis ?
Jawaban Iqbal adalah sebagai berikut :
"Dengan mengemis , diri bagaikan diiris-iris
Dengan mengemis, sirnalah sinar-Sinai Pelita-diri
Dengan mengemis, si miskin makin tertindas
Dengan mengemis, peminta-minta makin ternista ".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar