Kamis, 29 Oktober 2015

IQBAL.

Setiap pendidikan yang mengingkari kebenaran yang fundamental ini
niscaya hanya akan mampu meraih selapis selaput tipis dari 
kepribadian yang dimaksudkan untuk dicapainya, atau bahkan 
usahanya sia-sia sama sekali.
Sebab , pendidikan yang tidak memenuhi persyaratan tersebut 
tidak berakar
pada kedalaman psikologis manusiawi.
Itulah sebabnya mengapa Iqbal berulangkali menekankan bahwa 
jiwa peminta-minta (artinya, yang menggantungkan diri pada orang lain
dan hanya berkemampuan meniru dan menjiplak atau bahkan 
membajak citra dan budaya masyarakat lain secara menghamba sahaya) 
akan melemahkan individu.
Berulangkali pula Iqbal menekankan bahwa potensi-potensi individu 
maupun masyarakat akan mudah diselewengkan dan ditekan 
bila mereka tidak mengembangkan sikap percaya pada diri sendiri
serta tidak meningkatkan kekayaan batin  kepriadaan (eksistensi) manusia.

Pesan ini dikumandangkan Iqbal dalam berbagai bentuk puisinya yang indah :

"Berapa lama lagikah ,wahai Hati
  Hidup menanggung hina bagaikan cacing melata ?
  Berapa lama lagikah penyelewengan kejantanan
  masih akan berkelanjutan ?
  Berapa lama lagikah akan berdiang 
  di sekeliling nyala api orang asing !
  Coba hidupkan baramu sendiri,
  Coba nikmati....
  betapa hangat ia menyengat !".

Apa yang akan terjadi sekirannya Diri itu hidup dan bersikap
sebagai pengemis ?
Jawaban Iqbal adalah sebagai berikut :

"Dengan mengemis , diri bagaikan diiris-iris
  Dengan mengemis, sirnalah sinar-Sinai Pelita-diri
  Dengan mengemis, si miskin makin tertindas
  Dengan mengemis, peminta-minta makin ternista ".
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar