AJARAN IKHLAS DARI SULTHANUL-AWLIYA.
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan:
"Wahai saudaraku,
hidupmu jangan seperti pasar,
yang jika waktunya habis
tak seorang pun tinggal di sana.
Ketika malam tiba,
tak seorang pun berkenan tinggal di sana.
Oleh karena itu,
bermujahadalah engkau
agar tidak akan seperti berjual beli di pasar;
kecuali
sesuatu yang bermanfaat
buat akhirat kelak.
Sebab
Allah selalu mengawasimu.
Tauhidkanlah Allah
dan beramallah dengan ikhlas
semata karena Dia.
Wahai saudaraku,
sesungguhnya Allah jua yang memberi rezeki buatmu.
Janganlah bersifat kikir terhadap sesama.
Pakailah akalmu,
bersopan santunlah di hadapan Allah
dan di hadapan makhluk-Nya.
Janganlah engkau menganiaya sesama
dan jangan mencuri hak-hak mereka.
Pandai-pandailah menempatkan diri di sisi-Nya.
Wahai saudaraku,
dengan ekspresi wajah yang bagaimanakah kelak
engkau berjumpa dengan Allah
jika dirimu saat ini selalu menentangnya.
Jika setiap kebutuhan dan hajatmu
engkau sampaikan kepada sesama manusia
dan engkau berserah diri kepadanya;
bukan kepada Allah.
Wahai saudaraku,
seandainya engkau mampu memberi terhadap sesamamu
tanpa menghendaki sesuatu imbalan,
maka lakukanlah.
Jadіlah pelayan tanpa mencari pelayan.
Perhatikan kesufian dan kesiapan mereka di hadapan Allah.
Jika Islam tidak ada dalam jiwamu,
bagaimana mungkin iman bisa tumbuh dalam hatimu.
Jika keyakinan tidak engkau miliki,
berarti dirimu tidak mempunyai kebaikan.
Itu berarti
engkau jauh sekali dari-Nya.
Inilah derajat yang tumbuh dalam jiwa.
Tetapi
jika Islam murni,
maka
murnilah penghambaanmu kepada-Nya.
Maka
menjadilah engkau orang yang berserah diri kcpada-Nya
dengan segala keberadaanmu.
Engkau akan menjaga syariat-Nya secara ikhlas.
Serahkan jiwamu menurut kewajiban.
Perbaikilah adab bersama-Nya dan dengan makhluk-Nya.
Jangan engkau menganiaya diri sendiri atau orang lain.
Karena
perbuatan aniaya itu membutakan hati,
menggelapkan mata dan menggelapkan catatan amal.
Janganlah engkau menolong orang
yang suka menganiaya orang lain.
Rasulullah SAW bersabda:
اِذَا اُظْلِمَ مَنْ لَمْ يَجِدْ نَاصِرًا غَيْرَ الْحَقِّ عَزَّ وَجَلَّ فَاِنَّهُ يَقُوْلُ: لَاَنْصُرَنَّكَ وَلَوْبَعْدَ حِيْنٍ.
Apabila orang yang teraniaya itu
tidak menjumpai penolong selain Allah Azza wa Jalla,
maka
Allah berkata
tentu Aku beri pertolongan padamu walaupun sudah berlalu.
Bersabarlah engkau,
sebab
sabar itu suatu jalan
untuk mendapatkan pertolongan Allah
dan mengangkat kemuliaan.
Wahai Allah,
kami mohon kepada-Mu
agar sabar bersama-Mu.
Kami mohon taqwa,
bebas dari semua keberadaan ini,
sibuk bersama-Mu.
Wahai hamba Allah,
tenanglah bersama-Nya,
karena tenang bersama-Nya itu nikmat.
Tiada penguasa, tiada yang kaya,
dan tiada yang mulia kecuali Allah SWT.
Wahai orang munafik,
sampai kapankah kamu riya' dan munafik kepada-Nya?
Celakalah kamu,
kenapa tidak malu kepada-Nya
dan
tidak уakin akan bertemu dengan-Nya?
Waktu ini kamu beramal karena-Nya
tetapi dalam batinmu tidak demikian.
Bertaubatlah
dan bersihkan niatmu karena-Nya,
sesungguhnya
tidak akan makan sesuap pun
atau berjalan selangkah
kecuali
dengan niat yang ikhlas.
Ketauhilah, bahwa
makhluk dan Khalik tidak bisa disamakan,
dunia dan akhirat tidak akan pernah bisa dipadukan.
tidak bisa dilukiskan
tapi keberadaan makhluk bisa dilukiskan dalam jiwa.
Jika kamu dekat dengan Allah
maka bebaskan hatimu dari dunia dan akhirat.
Selama dalam hatimu masih ada sesuatu
selain Allah Swt.
maka
kamu tidak akan bisa melihat kehadiran-Nya.
Selama hatimu masih suka terhadap dunia,
maka
kamu tidak akan bisa melihat akhirat,
kamu tidak akan bisa mendekati pintu-Nya
selagi hatimu masih bercabang.
Wahai hamba Allah,
kelihatannya kamu sibuk dengan sesuatu
yang tidak kamu ketahui.
maka
kosongkanlah nafsu dari hatimu
tentu kebaikan akan menyelimutimu,
jika nafsu itu telah keluar
maka datanglah kejernihan.
Allah SWT berfiman,
“Sesungguhnya
Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum
sehingga mereka merubah keadaan yang ada
pada diri mereka sendiri.”
(QS Al- Ra'd (13) : 11)
Wahai saudaraku,
pikirkanlah kalam Allah di atas tadi.
Setiap kalimat yang keluar dari mulutku
dan kusampaikan kepada mereka
bukan berarti aku membutuhkan mereka.
Aku tidak butuh mereka,
tetapi aku hanya butuh kepada Allah.
Dia Maha Mengetahui kebenaranku,
karena Dia Maha Tahu atas segala yang gaib,
segala yang tidak diketahui oleh makhluk ciptaan-Nya.
Beramal dengan ikhlas adalah
amal kebaikan yang dilakukan semata-mata
karena Allah,
semata-mata mengharap ridha-Nya.
Ikhlas merupakan ruh amal.
Sedangkan amal kebaikan
yang tidak disertai dengan niat ikhlas,
jelas akan ditolak oleh Allah.
Allah SWT berfirman:
وَمَا أُمِرُوا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
Dan mereka tidak diperintah,
kecuali
agar mereka beribadah kepada Allah dengan ikhlas
dalam menjalankan Agama.
(QS Al- Bayyinah (98) : 5)
Rasulullah Saw. bersabda:
لَا يَقْبَلُ اللهُ مِنَ الْعَمَلِ اِلاَّ مَاكَانَ لَهُ خَالِصًا وَابْتَغِىَ بِهِ وَجْهَهُ
Allah tidak menerima amal,
melainkan amalnya yang ikhlas
mencari keridhaan Allah
(HR. Ibnu Majah)
Wahai saudaraku,
ikhlas adalah dasar suatu amalan.
Amalan yang tidak disertai dengan hati yang ikhlas akan sia-sia.
Percayalah kepada Allah
dan taatilah segala perintah-Nya.
Jauhilah segala apa yang dilarang-Nya
dan janganlah kamu durhaka kepada-Nya.
Cintailah sesuatu karena Allah,
bencilah orang yang selalu menentang-Nya.
Wahai saudaraku,
syukurlah atas semua pemberian-Nya.
Mohonlah pertolongan kepada-Nya
di saat mengalami kesulitan
dan pujilah Dia
di saat mengalami kegembiraan.
Cintailah sesama manusia
sebab mereka itu makhluk Allah.
Ikhlas kepada Allah dalam beribadah adalah
menyembah-Nya dengan tanpa mengharap sesuatu
dari selain-Nya.
Kalau kamu menyembah Allah
dengan tujuan untuk memperoleh pahala
atau sebab takut karena siksa-Nya,
maka
ibadah yang seperti itu tidak dinamakan ikhlas.
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Katakanlah,
sesungguhnya
shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku
untuk mengabdi kepada Allah,
Tuhan semesta alam.
(QS Al An،âm (6) :162)
Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ اَعْطَى لِلّٰهِ تَعٰلَى وَمَنَعَ لِلّٰهِ تَعَالٰى وَاَحَبَّ لِلَّهِ تَعَالَى وَاَبْغَضَ لِلَّهِ تَعَلَى وَاَنْكَحَ لِلَّهِ تَعَالَى فَقَوِاسْتَكْمَلَ اِيْمَانَهُ.
Barangsiapa yang memberimu karena Allah Та 'ala,
mencegah karena Allah Та 'ala.
Mencintai karena Allah Та 'ala,
benci karena Allah ta 'ala, dan
menikahkan karena Allah Та 'ala,
maka
ia telah menyempurnakan imannya.
(HR. Abu Dawud)
Khalifah Sayyidina Umar bin Khattab r.a.
berkata tentang amalan yang ikhlas sebagai berikut:
اَفْضَلُ الاَعْمَالِ اَدَاءُ مَافْتَرَضَ اللهُ تَعَالَى وَالْورَعُ عَمَّا حَرَّمَ اللهُ تَعَالَى وَصِدْقُ النِّيَّةَ فِيْمَا عِنْدَاللهِ تَعَالَى.
Amalan yang paling utama adalah
menunaikan ара yang telah difardhukan oleh Allah Та 'ala
dan melakukan wara' (menjaga diri)
dari sesuatu yang diharamkan Allah Та 'ala,
serta membenarkan niat
dalam beribadah kepada Allah ta 'ala.
--Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Jala Al-Khathir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar