Selasa, 22 November 2016

MAN JADDA WAJADA


MAN JADDA WAJADA.

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan:
"Ajukanlah permintaan kalian kepada-Nya, 
dan bukan kepada siapa pun yang lain. 

Tegaskanlah ke-esaan-Nya, 
sebab 
dengan itu kalian akan disatukan. 

Orang yang mengukuhkan keesaan Tuhan 
akan mengalami penyatuan 
(man wa hhada tawa hhada). 

Orang yang mencari dan berjuang, 
akan mendapatkan 
(man thalaba wa jadda wajada).

Jika seseorang 
menyerahkan dirinya dan tunduk serta patuh kepada-Nya, 
maka 
orang itu akan aman dan selamat 
(man aslama wa taslama, salima). 

Jika seseorang 
menyesuaikan diri dengan kehendak-Nya, 
dia akan dibantu untuk berhasil 
(man wafaqa wuffiqa). 
Tetapi 
jika seseorang 
bertengkar dengan takdir (qadar), 
dia akan dipukul hingga binasa. 

Ketika 
firʽaun bertengkar dengan takdir 
dan menginginkan agar ilmu Allah diubah, 
maka 
Dia lalu membinasakannya 
dan menenggelamkannya di laut, 
dan menjadikan Mûsâ dan Harun tetap hidup.

Ketika 
ibu Mûsâ merasa takut 
kepada algojo-algojo yang disuruh Firʽaun 
menyembelih setiap bayi yang baru lahir, 
maka 
Allah lalu memberinya ilham 
agar dia melemparkannya ke laut. 
Tetapi dia 
mengkhawatirkan keselamatan Mûsâ a.s. 
maka kepadanya dikatakan:

الْمُرْسَلِينَ [القصص :٧] وَلَا تَحْزَنِي ۖ إِنَّا رَادُّوهُ إِلَيْكِ وَجَاعِلُوهُ مِنَ 

Janganlah engkau takut dan jangan bersedih, 
sebab 
Kami akan membawa dia kembali kepadamu,
dan Kami akan menjadikannya salah seorang rasul 
(QS Al-Qashash (28):7).

(Dengan perkataan lain:) 

“Janganlah engkau takut, 
sebab hatimu akan ditenangkan, 
dan wujud terdalammu (sirr) akan diistirahatkan. 

Janganlah engkau takut bahwa 
dia akan tenggelam atau binasa, 
sebab 
Kami akan mengembalikan dia kepadamu.
Melalui dia 
kami akan mengubah kemiskinanmu menjadi kekayaan.” 

Karena itu 
Ibu Mûsâ a.s. 
lalu mempersiapkan sebuah peti (tâbût) baginya, 
lalu meletakkannya di dalamnya, 
dan melemparkan peti itu ke laut. 
Lalu peti itu mengapung di atas air 
sampai mencapai istana, 
di mana 
ia diambil oleh pelayan-pelayan Firʽaun dan istrinya, 
Ȃsiyah.

Segera sesudah mereka membuka peti itu, 
mereka pun melihat bahwa 
peti itu berisi seorang bayi laki-laki. 
Mereka semua menyukainya, 
dan hati mereka penuh dengan rasa sayang kepadanya. 
Maka 
mereka pun lalu menggosok bayi itu dengan minyak, 
mengganti popoknya dan memberinya baju baru. 

Dia 
menjadi salah seorang manusia 
yang paling dicintai oleh Ȃsiyah dan para pelayannya, 
dan dia juga dicintai 
oleh setiap anggota pengiring Firʽaun 
yang kebetulan melihatnya. 

Ini menjelaskan makna firman Allah SWT.:
وَأَلْقَيْتُ عَلَيْكَ مَحَبَّةً مِنِّي وَلِتُصْنَعَ عَلَىٰ عَيْنِي [طه: ٣٩]
Dan aku telah melimpahkan kepadamu 
kasih sayang 
yang datang dari-Ku 
(QS Thâ Hâ (20) :39)

Dikatakan bahwa 
siapa pun yang memandang ke mata Mûsâ 
pasti jatuh cinta kepadanya. 
Kemudian 
Dia mengembalikannya kepada ibunya 
dan membesarkannya di istana Firʽaun, 
bertentangan dengan kehendak Firʽaun sendiri, 
yang terbukti tidak mampu membinasakannya. 

Apabila 
seseorang telah dipilih dan dipelihara oleh Tuhan 
untuk Diri-Nya sendiri, 
bagaimana bisa orang membinasakannya?

Bagaimana bisa orang membantainya? 
Bagaimana bisa air menenggelamkannya? 
Dia dijaga dalam penjagaan-Nya 
dan berbicara dengan-Nya secara langsung. 

Apabila 
seseorang dicintai oleh Tuhan Yang Maha Benar, 
siapa yang bisa membencinya? 
Siapa yang bisa mendatangkan bahaya kepadanya? 
Siapa yang mampu menelantarkannya? 
Siapa yang bisa menjadikannya kaya? 
Siapa yang bisa menjadikannya miskin? 
Siapa yang bisa mengangkatnya ke derajat yang tinggi? 
Siapa yang akan mampu memecatnya? 
Siapa yang bisa mendekatkannya? 
Siapa yang akan mampu menjauhkannya?

Ya Allah, 
bukakanlah untuk kami pintu kedekatan-Mu. 
Masukkanlah kami 
ke dalam golongan orang-orang 
yang mengabdi dan taat kepada-Mu, 
ke dalam kalangan mereka 
yang bertakwa sepenuhnya kepada-Mu, 
dan ke dalam kalangan tentara-Mu. 

Izinkanlah kami duduk di tikar 
dimana makanan anugerah-Mu disuguhkan, 
dan izinkanlah kami memuaskan dahaga kami 
dengan minuman persahabatan akrab-Mu.

Berilah kami 
kebaikan di dunia ini 
dan 
kebaikan pula di akhirat nanti, 
dan 
jagalah kami dari siksa neraka! 
(QS Al-Baqarah (2) :201)"

--Dikutip dari kitab Jala Al-Khathir, 
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani
Semoga bermanfaat.
Salam

Halim Ambiya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar