Rabu, 02 November 2016

KULIAH DZIKIR DARI IBNU ATHA’ILLAH (1)

KULIAH DZIKIR DARI IBNU ATHA’ILLAH (1)

Dzikir adalah melepaskan diri dari kelalaian 
dengan selalu menghadirkan kalbu bersama al-Haqq (Allah). 
Pendapat lain mengatakan bahwa 
dzikir adalah mengulang-ulang nama Allah 
dalam hati maupun melalui lisan. 

Hal tersebut bisa dilakukan dengan mengingat 
lafal jalalah (Allah), sifat-Nya, hukum-Nya, perbuatan-Nya 
atau suatu tindakan yang serupa. 

Dzikir bisa pula 
berupa doa, mengingat para rasul-Nya, nabi-Nya,wali-Nya, 
dan orang-orang yang memiliki kedekatan dengan-Nya, 
serta bisa pula berupa takarub kepada-Nya 
melalui sarana dan perbuatan tertentu 
seperti membaca, mengingat, bersyair, menyanyi, ceramah, dan bercerita.
Maka, 
dengan pemahaman seperti ini, 
mereka yang berbicara tentang kebenaran Allah, 
atau yang merenungkan 
keagungan, kemuliaan, dan tanda-tanda kekuasaan-Nya 
di langit dan di bumi, atau yang mengerjakan perintah-Nya 
dan menjauhi larangan-Nya 
sesungguhnya—dengan berbuat demikian—mereka sedang melakukan dzikir.

Dzikir bisa dilakukan 
dengan lisan, kalbu, anggota badan, 
ataupun dengan ucapan yang terdengar orang. 
Orang yang berdzikir 
dengan menggabungkan semua unsur tersebut 
berarti telah melakukan dzikir secara sempurna.

---Syekh Ibnu Atha’illah dalam Miftah al-Falah wa Misbah al-Arwah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar