Jumat, 25 November 2016

Islam, Barat dan Benturan Peradaban [1]

Oleh : Husnul Chotimah R
MENGUTIP perkataan Samuel Huntington dalam bukunya The Clash of Civilization and the Remaking of Word Order bahwa peradaban adalah pusat dunia.
Semenjak berakhirnya perang dunia dingin yang melibatkan dua negara adidaya dalam memperebutkan kekuasaaan, konflik yang terjadi sudah tidak lagi berkaitan dengan isu-isu tradisional akan tetapi telah terjadi perubahan konflik dalam tatanan dunia.
Jika Francis Fukuyama dalam bukunya The End of History mengatakan bahwa berakhirnya perang dingin menandai kemenangan Liberalisme sebagai idiologi terakhir dari sejarah kehidupan manusia. Samuel Huntington kemudian muncul dengan bukunya dengan judul The Clash of Civilization sebagai bentuk penolakan terhadap argument Fukuyama. Bagi Huntington, liberalisme bukanlah akhir kehidupan manusia, ia kemudian mengaitkan masalah tersebut menggunakan teori Hegel yang menyatakan bahwa liberalisme hanyalah sebuah tesis dari sebuah sintesis dan akan ada anti tesis baru setelah liberalisme.
Jika sebelumnya konflik yang terjadi adalah idiologi, ekonomi dan politik maka berbeda dengan kondisi sekarang karena konflik tidak lagi mengenai hal tersebut akan tetapi konflik peradaban.
Peradaban tidak hanya mengenai agama atau kebudayaan akan tetapi elemen yang lebih luas baik itu ekonomi, politik, agama dan budaya dijadikan menjadi satu kesatuan.
Bagi Huntington Barat dalam hal ini liberalisme tidak lagi menjadi kekuatan utama karena telah muncul kekuatan baru yang menandingi Barat yakni peradaban Asia dan peradaban Islam.
Peradaban Asia muncul sebagai kekuatan baru dunia terlihat dari banyaknya negara-negara Asia yang memiliki pertumbuhan Ekonomi yang sangat signifikan seperti China, Jepang dan India. Sementara disatu sisi Islam juga muncul sebagai suatu peradaban yang menandingi peradaban Barat.
Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor yakni Islam telah memasuki sebuah fase dimana Islam memiliki kekuatan dalam politik, ekonomi dan budaya. Hal ini terlihat dibeberapa negara yang dalam kebijakannya selalu mempertimbangkan posisi kaum Muslimin, umat Islam di daerah yang minoritas juga mulai terlibat dalam perpolitikan negara.
Selain itu, hal ini juga dikarenakan oleh kepemilikan kekayaan yang melimpah, negara-negara yang berpenduduk Muslim memliki kekayaan yang berlimpah seperti Arab Saudi, Dubai dan juga Indonesia. Islam juga memiliki pengikut yang semakin banyak dari tahun ke tahun seperti yang terjadi di Amerika saat ini dimana jumlah penduduk Muslim semakin meningkat.* (BERSAMBUNG)
Penulis mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang
Rep: Admin Hidcom
Editor: Cholis Akbar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar