Artikel "Kisah Uwais Al-Qarni - Pemimpin Para Tabi’in" adalah bagian dari seri "Kisah Sahabat Nabi Muhammad SAW"
Uwais Al-Qarni adalah seorang sahabat yang yang berasal dari Yaman, daerah Qarn, dan dari kabilah Murad. Pada zaman Rasulullah
ia hidup bersama ibunya sedangkan sang ayah telah meninggal dunia.
Dia pernah terkena penyakit kusta kemudian dia berdoa dan penyakitnya sembuh
dan tersisa pada kedua telinganya.
Pemuda dari Yaman ini telah lama menjadi yatim, tak punya sanak famili
kecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan lumpuh.
Hanya penglihatan kabur yang masih tersisa.
Untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari,
Uwais bekerja sebagai penggembala kambing.
Upah yang diterimanya hanya cukup untuk sekedar menopang kesehariannya bersama Sang ibu, bila ada kelebihan, ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti keadaannya.
Kesibukannya sebagai penggembala domba dan merawat ibunya yang lumpuh
dan buta, tidak memengaruhi kegigihan ibadahnya, ia tetap melakukan
puasa di siang hari dan bermunajat di malam harinya.
Uwais al-Qarni telah memeluk Islam pada masa negeri Yaman mendengar seruan Nabi Muhammad.yang telah mengetuk pintu hati mereka untuk menyembah Allah, Tuhan Yang
Maha Esa, yang tak ada sekutu bagi-Nya. Islam mendidik setiap pemeluknya agar berakhlak luhur.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bercerita mengenai Uwais al-Qarni tanpa pernah melihatnya.
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dia seorang penduduk Yaman, daerah Qarn, dan dari kabilah Murad. Ayahnya telah meninggal. Dia hidup bersama ibunya dan dia berbakti kepadanya.
Dia pernah terkena penyakit kusta. Dia berdoa kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala, lalu dia berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalu dia diberi kesembuhan, tetapi masih ada bekas sebesar dirham di kedua lengannya.
Sungguh, dia adalah pemimpin para tabi’in.”
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu, “Jika kamu bisa meminta kepadanya untuk memohonkan ampun (kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala) untukmu, maka lakukanlah!”
Ketika Umar radhiyallahu ‘anhu telah menjadi Amirul Mukminin, dia bertanya kepada para jamaah haji dari Yaman di Baitullah pada musim haji,
“Apakah di antara warga kalian ada yang bernama Uwais al-Qarni?” “Ada,” jawab mereka.
Umar radhiyallahu ‘anhu melanjutkan, “Bagaimana keadaannya ketika kalian meninggalkannya?”
Mereka menjawab tanpa mengetahui derajat Uwais,
“Kami meninggalkannya dalam keadaan miskin harta benda dan pakaiannya usang.”
Umar radhiyallahu ‘anhu berkata kepada mereka, “Celakalah kalian.
Sungguh, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bercerita
tentangnya. Kalau dia bisa memohonkan ampun untuk kalian, lakukanlah!”
Dan setiap tahun Umar radhiyallahu ‘anhu
selalu menanti Uwais. Dan kebetulan suatu kali dia datang bersama
jemaah haji dari Yaman, lalu Umar radhiyallahu ‘anhu menemuinya. Dia
hendak memastikannya terlebih dahulu, makanya dia bertanya,
“Siapa namamu?”“Uwais,” jawabnya.Umar radhiyallahu ‘anhu melanjutkan, “Di Yaman daerah mana?’Dia menjawab, “Dari Qarn.”“Tepatnya dari kabilah mana?” Tanya Umar radhiyallahu ‘anhu.Dia menjawab, “Dari kabilah Murad.”Umar radhiyallahu ‘anhu bertanya lagi, “Bagaimana ayahmu?”“Ayahku telah meninggal dunia. Saya hidup bersama ibuku,” jawabnya.Umar radhiyallahu ‘anhu melanjutkan, “Bagaimana keadaanmu bersama ibumu?’Uwais berkata, “Saya berharap dapat berbakti kepadanya.”“Apakah engkau pernah sakit sebelumnya?” lanjut Umar radhiyallahu ‘anhu.“Iya. Saya pernah terkena penyakit kusta, lalu saya berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga saya diberi kesembuhan.”Umar radhiyallahu ‘anhu bertanya lagi, “Apakah masih ada bekas dari penyakit tersebut?”Dia menjawab, “Iya. Di lenganku masih ada bekas sebesar dirham.”
Dia memperlihatkan lengannya kepada Umar radhiyallahu ‘anhu. Ketika Umar radhiyallahu ‘anhu melihat hal tersebut, maka dia langsung memeluknya seraya berkata, “Engkaulah orang yang diceritakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mohonkanlah ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untukku!”
Dia berkata, “Masa saya memohonkan ampun untukmu wahai Amirul Mukminin?”Umar radhiyallahu ‘anhu menjawab, “Iya.”Umar radhiyallahu ‘anhu meminta dengan terus mendesak kepadanya sehingga Uwais memohonkan ampun untuknya.
Selanjutnya Umar radhiyallahu ‘anhu
bertanya kepadanya mengenai ke mana arah tujuannya setelah musim haji.
Dia menjawab, “Saya akan pergi ke kabilah Murad dari penduduk Yaman ke
Irak.”Umar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Saya akan kirim surat ke walikota Irak mengenai kamu?”Uwais
berkata, “Saya bersumpah kepada Anda wahai Amriul Mukminin agar engkau
tidak melakukannya. Biarkanlah saya berjalan di tengah lalu lalang
banyak orang tanpa dipedulikan orang.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar