Dan Imam Abu 'l-Azaim menuturkan saat-saat yang bersejarah ini
dalam ungkapan kekecewaan, lantaran keadaan sekarang terpenjara.
Kini, beliau senantiasa merindukan alam kemutlakan , yakni
alam kejernihan pertama :
"Aku merindukan alam ruhani yang diselubungi nur.
Kini, diriku telah menjadi jasad di alam dunia yang rendah.
Bayangan eksistensi telah menghalangi ruhku dan
menghambatnya untuk menyaksikan rahasia-rahasia di sisi Allah.
Bagaimana aku bisa bersabar dengan bentuk duplikat ini,
sesudah melihat Dzat-Nya di alam kejernihan.
Wahai jasad, engkau telah menutupi kekasihku.
Engkau,
wahai jasad , alangkah jauhmu dari dekat kepada-Nya.
Biarkan ruhku lari menuju Allah, '
karena sesungguhnya aku sangat merindukan berhubungan
dengan Yang Esa".
Dan dalam kesempatan lain beliau mengatakan :
"Kembalikanlah diriku ke asalku
untuk melebur diri kepada-Nya
dengan daya tarik cinta
yang Engkau anugerahkan,
wahai Yang Maha Pemberi anugerah.
Tampakkanlah untukku nur Dzat-Mu,
dan percantiklah ruhku
dengan rahasia penampilan-penampilan sifat-Mu
tanpa memakai badan kasar".
Ketika diserang kerinduan akan keadaan asal di alam azali,
beliau mengatakan :
"Aku merindukan kepulangan ke asal,
ke arah kemutlakan dan rahasia keglobalan.
untuk menyaksikan dambaan hati dengan mata
yang terpancarkan dari hadhirat Yang Mahasuci ,
bukan dari alam bawah (dunia).
Kepada permulaan aku merindukan dan
kepada fase kejadian pertama cintaku tertambat,
ke hadhirat Yang Maha suci untuk melepas kerinduan".
Kemudian Tuhannya bermurah hati kepadanya
dengan menganugerahkan kembali alam permulaan.
Untuk itu, beliau mendengarkan sya'ir penuh kesegaran :
"Aku dikembalikan kepada ilmu Ladunni dalam keadaan mujmal
dengan pangkat khusus.
Dan , kini, jadilah diriku bagai cermin Yang Mahaagung".
DR. MUSTHAFA MAHMUD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar