Akan halnya pemikiran Tajalli (penampilan) versi Islam , ia bukanlah
kesatuan wujud meurut versi India yang penyembah berhala (al-watsani)
Kesatuan wujud menurut versi wastani (pantheisme) mengatakan
tentang kesatuan khaliq (pencipta) dengan makhluknya.
Pembunuh sama saja dengan yang dibunuh.
Tuhan sama dengan hambanya. Khalik sama dengan makhluknya,
dan orang 'arif sama dengan ke'arifannya.
Semua itu ...menurut versi wastani....adalah satu.
Tentang ini, Ibnu 'Arabi mengemukakan pendapat nya :
Tidak ada persamaan atau perbandingan antara asal dan duplikat.
Alam semesta tidak sama dengan Dzat Ilahi.
Oleh karena Dzat Ilahi sama sekali terlepas dari karakteristik cabang
dan segala spesifikasinya seperti daun-daunan, buah-buahan dan
bunga-bungaan. Malahan sebaliknya, semua itu dari Allah.
Allah dalam Dzat-Nya , Mahasuci dari kesemuanya itu.
Dia tidak makan, tidak minum dan tidak kawin.
Dia memberikan segala apa yang tidak dilakukan-Nya.
Dia Mahakaya dan tidak berhajat.
Sedang cabang, selamanya senantiasa berhajat.
Dari sini tampak jelas bahwasanya tidak ada persamaan
antara asal dan duplikat.
Karena itu, tidak bisa dikatakan bahwa Yang Mahabenar (Allah)
sama dengan makhluk-Nya.
Pada dasarnya , pemikiran tentang Tajalli ini tidak lain adalah
bahwa setiap penampilan itu merupakan simbol atau bukti dari Allah.
Bertolak dari pemikiran ini , maka Ibnu 'Arabi mengatakan,
"Aku berwasiat kepadamu,
jangan menghina seseorang atau sesuatu dari makhluk Allah,
karena Dia tidak menghinakannya ketika Dia menciptakannya."
Dengan demikian bisa dikatakan bahwa Ibnu 'Arabi adalah
penganut paham Wihdatu sy-Syuhud (Kesatuan Penyaksian) dan
bukan Wihdatu 'l Wujud (Kesatuan Wujud).
Dalam pandangan Ibnu 'Arabi ,
dunia adalah hadhrah (media/ajang) perumpamaan,tetapi
tidak ada yang serupa.
Juga merupakan ajang penyerupaan,
tetapi tidak ada yang sepadan.
Dalam menunjukkan Dzat-Nya , Allah menampilkan Diri-Nya
melalui perumpamaan yang ada di alam semesta.
Karena itu,
bagi yang hanya bisa memahami hingga batas perumpamaan,
maka terhalang dan tesesatlah dia. Tapi, bagi yang bisa
melampaui batas perumpamaan lahiriah, sedang pandangannya pun
bisa menembus isyarat-isyarat yang tersimpan di belakang perumpamaan.
maka beroleh petunjuklah ia.
Pengetahuan merupakan salah satu segi milik Allah
yang ada pada setiap makhluk dan ciptaan-Nya.
Ilmu syari'at dan hakikat, keduanya merupakan manifestasi
dari asma-Nyaaz-Zhahir dan al-Bathin.
Dan ilmu yang paling mulia ialah ilmu yang berkenaan
dengan masalah-masalah ketuhanan. Akan halnya ilmu-ilmu lain
di luar ilmu ketuhanan, maka hal itu sekedar kompensasi
yang dijadikan dalih oleh orang-orang yang terhalang.
Tentang mereka, al-Qur'an menyebutkan ;
Q.S. 30;7
"Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia,
sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar