Minggu, 17 April 2016

Inilah Yang Sebenarnya (Fihi Ma Fihi)

Fihi Ma Fihi adalah buku yang disusun untuk menunjukkan 
mana yang sesungguhnya dari kehidupan ini. 
Judul aslinya bertajuk Fihi Ma Fihi yang kemudian diterjemahkan menjadi 
inilah apa yang sesungguhnya oleh A.J Arbery. 

Dalam bahasa Inggris diterjemakan menjadi “In It Is What In It”. 
Buku ini menjelaskan dengan sangat gamblang 
bagaimana jalan-jalan untuk memahami makna yang sesungguhnya hidup ini. 
Buku ini adalah karya Jalaludin Rumi Sufi terbesar dunia 
yang memiliki pengaruh sangat besar dalam dunia sastra dan pemikiran para sufi. 
Buku ini sesungguhnya merupakan catatan yang ditulis oleh murid-murid Rumi 
saat mengikuti sesi pembelajaran di kelas.

Rumi adalah tokoh sufi yang hidup antara tahun. 
Awalnya ia adalah seorang pencari kebenaran 
dalam arti pencari kebenaran intelektual lewat buku-buku literasi ilmiah 
yang bertumpuk dan seorang pengajar dalam sebuah majelis-majelis ilmu. 
Dalam perjalanannnya menuju pencarian itu 
ia bertemu dengan seorang yang secara tiba-tiba masuk dalam ruang pembelajarannya dan membakar buku-buku Rumi yang dipakai dalam pembelajaran itu. 
Tentu saja Rumi sangat kaget dengan kelakuan yang dilakukan orang yang baru datang 
di majelisnya itu.

Inilah sesungguhnya peristiwa maha penting dalam spiritualitas Rumi 
tentang bagaimana cara berpikirnya tentang kehidupan mengalami perubahan. 

Kejadian itu adalah awal baginya untuk memaknai apa yang sesungguhnya. 
Bahwa apa yang ada dalam kehidupan ini sesungguhnya adalah 
pencarian dan upaya untuk menggapai cinta yang hakiki. 

Sosok laki-laki yang datang dalam majelis Rumi saat itu adalah Syamsudin Tabrizi 
yang telah mengantarkan Rumi menjadi sufi besar sepanjang masa. 
Kedatangannya yang tiba-tiba telah menyentak alam berpikirnya bahwa 
tiada yang utama dan penting dalam pencarian hidup ini 
kecuali kedekatan pada Tuhan. 
Itulah makna pencarian yang sebenarnya dalam kehidupan. 

Sejak saat itu Rumi mulai menekuni dunia sufi 
dalam persekutuan abadi dan pencarian hakiki pada Tuhan. 
Kesedihannya adalah ketika Tuhan jauh dari hidupnya.

Fihi Ma Fihi atau inilah apa yang sesungguhnya 
yang diterjemahkan oleh A.J Arbery memaparkan dengan sangat elegan 
tentang perilaku kita dalam kehidupan. 

Apakah benar 
apa yang kita lakukan menuju pada gapaian yang abadi dan hakiki 
atau hanya mengikuti dorongan pandangan sesaat atau hawa nafsu semata. 
Atau kesombongan dan kebutaan intelektual 
dan melupakan hakekat yang sebenarnya 
dari perjalanan hidup kita yang sebenarnya. 

Fihi Ma Fihi adalah catatan yang dibuat oleh murid-murid Rumi 
saat mendengarkan kuliahnya di sesi pembelajaran yang sangat agung 
dan penuh kecintaan pada Tuhan. 
Beragam wacana dimunculkan berbagai puisi dalam banyak tema dicipta 
dalam kalimat-kalimat yang mengalir bak air gunung yang mengalirkan kesejukan,
dimana suara gemericik menentramkan Jiwa, 
percik air yang mengenai muka kita 
membuat kita bercahaya dalam cahaya Tuhan, 
akhir dari pencarian dan tujuan utama kedamaian.

Tidak tertulis dengan pasti kapan Rumi menuturkan kalimat-kalimat indahnya, 
sebab bukan itu fakta utama yang ingin dimunculkan dalam uraian uraiannya. 
Apalagi detik apa kalimatnya meluncur di tengah murid-muridnya 
yang sangat membanggainya. 
Ia menuturkan dengan kalimat langsung disusun 
atau dalam proses pemikiran panjang 
sebab kalimat-kalimatnya sudah terbangun dan tercipta 
lewat intusisi yang lama bahwa 
kehidupan adalah guru yang mengajarkan konseptualisasi 
dan menjadikan kata-katanya pun penuh makna lagi sulit dibantah 
sebab ia adalah kebenaran perenial, kebenaran yang datang dari Tuhan, 
itulah sebenar-benarnya kebenaran.

Tema Fihi Ma Fihi terdiri atas beberapa uraian yang kesemuanya adalah 
wacana pemikiran Rumi yang dijelaskan dalam bahasa-bahasa kehidupan dan persentuhannya dengan aspek-aspek kehidupan itu sendiri. 

Wacana-wacana itu adalah pengalaman yang dikuatkan oleh petuah teman sejatinya, Syamsuddin yang menguatkan gagasan dan ide-idenya 
tentang Tuhan, manusia, kekuasaan dan moral. 
Ia banyak menggunakan bahasa-bahasa seperti 
angin, dahan pohon, ombak, kearifan raja dalam kepemimpinannya. 

Beliau juga banyak menyajikan ayat Quran dan juga hadits 
tentang kesejatian dan keutuhan agama 
dalam menjawab masalah kehidupan yang utama tersebut. 
Sungguh karya yang sangat inspiratif dan menggugah alam kesadaran kita 
tentang betapa apa yang ada disekitar kita 
belum tentu seperti apa yang kita lihat dan rasakan itu.

Tuhan adalah gagasan tertinggi dari semua pemikiran. 
Semua dibingkai dalam Konsep dan pemaknaan pada Tuhan. 
Tuhan adalah tujuan utama. 
Tujuan akhir dari semua pengembaraan Jiwa. 
Puncak kedamaian dan akhir dari semua cerita. 
Saat itu terjadi manusia telah sampai pada Ultimate Goal (Tujuan Sempurna).

Fihi Ma Fihi terdiri dari beragam wacana pemikiran 
yang sangat menggugah dan menyentuh hingga dasar JIwa, misalnya. 
Tema yang sama dapat kita baca pada bab lain 
ketika Rumi dengan sangat baik mengungkapkan pengalaman spiritualnya. 
Banyak uraiannya memunculkan Ide tentang Negara atau kerajaan 
atau dalam wacana itu disebut dengan istilah Amir. 

Rumi ingin menunjukkan dengan penuh kesadaran dan penyadaran bahwa 
mana yang lebih penting dari semua persoalan yang ada. 

Raja atau AMir yang sibuk dengan urusannya dibiarkan oleh Rumi, 
dengan tujuan untuk menyadarkan bahwa 
dalam urusan dunia, rakyat dan kekuasaan tidak lebih Indah 
dari urusan mendekatkan diri dan penyatuan diri dengan kebenaran 
lewat jalan-jalan Tuhan. 
Rumi hanya mau menemui sang Amir 
apabila sang Amir telah benar-benar menyelesaikan semua urusannya.

Masih tentang Amir, 
bagaimana Rumi dengan dengan Amir menjadi penasehat dalam hal spiritual. 
Bagaimana Rumi memadukan logika atau konsep kekuasaan Tuhan 
dengan konsep kekuasaan Raja atau Amir. 
Saat sang raja demikian khawatir dengan dengan waktunya yang tereduksi 
oleh urusannya, Rumi memberikan jawaban yang sangat menyejukkan. 
Sebab selama apa yang dilakukan Amir dalam rangka pelayanan pada Umat 
dan itu sepenuhnya dalam bingkai Tuhan maka itu termasuk Ibadah. 

Sungguh makna ini sangat mendalam dari semua makna kita
 saat memaknai kehidupan ini yang sangat sederhana 
dan kadang terjebak pada Rutinitas yang menurut kita bukan Ibadah, 
padahal Ibadah pada Tuhan sangat universal dan mencakup semua wilayah. [2]

Perumpamaan Rumi tentang kebenaran yang sangat dikagumi 
dan sangat ditekankannya adalah perumpamaan lewat fenomena-fenomena alam 
seperti daun atau pepohonan. 
Kita dapat melihat 
bagaimana Rumi memandang kerendah hatian Rasulullah 
sebagai tauladan kebenaran dengan menggambarkannya 
seperti sebuah pohon yang tatkala batangnya menunduk 
maka batang-batang itu tertahan oleh adanya dahan-dahan itu. 
Itulah kerendah hatian yang sempurna yang ditunjukan oleh Rasulullah. 
Artinya Rasulullah adalah taudalan yang menjadi penyangga 
semua kebaikan yang ada di muka bumi. Subhanallah. [3]

Rumi, sesungguhnya adalah guru Cinta yang sebenarnya 
dari semua guru atau pujangga Cinta di sepanjang Zaman. 
Ia sangat elegan menerjemahkan makna Cinta. 
Terkhusus dalam hal ini adalah 
cinta pada seorang gadis yang dalam pandangannya adalah bukan terletak pada keindahan fisik namun lebih tinggi dari fisik yang Indah dan cantik itu adalah kecintaan pada apa yang ada dalam diri sebenar-benarnya yaitu kecantikan Jiwa. 

Rumi menempatkan cinta sejatinya pada Tuhan dan itulah tujuan yang jelas. 
Bukan orang barat yang tidak mengerti kemana Tujuan akhir 
dari filsafat yang dibangunnya. 
Bukan orang barat yang mengatakan bahwa 
semua tindakanya berasal dari dirinya dan kehendaknya. 
Tuhan diabaikan, Tuhan tidak punya tempat. 
Tapi bagi Rumi 
kalaupun Rumi menggunakan konsep barat tetang evolusi misalnya, 
gagasan evolusinya adalah gagasan evolusi yang lahir dari konsepnya 
tentang tujuan akhir yang jelas yaitu cinta pada Tuhan. [4]

Bagaimana juga pandangan Rumi tentang pembelajaran atau ilmu pengetahuan 
yang sesungguhnya. 
Tentu tidak lepas dari pengalaman pribadi Rumi sendiri tentang keberalihannya 
dari seorang penggila kajian-kajian ilmiah beralih menjadi ahli Sufi 
yang sangat kenamaan. 
Baginya kebenaran yang ada pada kajian-kajian ilmiah selama ini 
tidak mampu mengantarkannya pada capaian yang sesungguhnya 
dari gagasan kesejatian sebab kajian ilmiah dan ilmu-ilmu yang bertumpuk 
dalam buku-buku itu 
tidak mampu menggapai ketinggian yang tertinggi yaitu jiwa. 
Tapi justru kajiannya itulah yang telah mengantarkannya 
pada kedamaian dan ketenangan sempurna. 
Itu lebih utama baginya. [5]

Wacana-wacana Rumi sangat kental dengan penyampaian puisi-puisinya yang esoterik; sedikit saya ingin mengangkat satu Puisinya yang sangat menarik dan semuanya sebenarnya menarik. 
Ini tentang pusinya saat ia ingin mengapresiasi:

Sebagimana Pujangga berkata:
Kamu adalah transkripsi sejati
Dari arketipe Ilahi
Sebuah kaca tempat keindahan Matahari
Memancarkan SInar
Dari dalam dari luar
Kemana saja ia tergeletak
Menerima setiap hasrat
Dan berteriak, “ Inilah aku.”

Dua kekuatan yang tidak asing bagi Rumi dan wejangan spiritualnya adalah 
Musik dan Puisi. 
Dua media yang sangat efektif untuk mengungkapkan 
apa yang sesungguhnya dan apa dia pahami tentang konsep kehidupan. 

Ini jalan Rumi, jalan yang Indah dan sangat Universal 
sebagaimana Musik dan Puisi adalah bahasa Universal 
yang mampu menembus batas-batas peradaban dan juga keangkuhan zaman 
yang mungkin sangat jauh dari nilai-nilai humanis. 
Lewat Musik, 
pertemuan dan upayanya untuk dekat dengan Tuhan begitu terasa. 
Sangat transendetan dan perenial. 
Musik menyirep pendengarnya dalam rentak tari Sama yang “memabukkan” semata karena pertemuan dengan Tuhan demikian terasa sangat intim atau sangat dekat.

Puisinya adalah bahasa Jiwa yang murni yang mengalir dari mulutnya 
kalimat Indah tanpa persiapan tanpa konsep tapi mengalir bak air sejuk di Sungai 
di satu Gunung yang menentramkan Jiwa. 
Tentu karena pikiran dan Jiwanya telah terkonsep 
dalam satu pemahaman dan pemaknaannya yang dalam tentang Tuhan 
sehingga ia mengalir apa adanya. 
Tapi apa adanya yang sangat sempurna. 
Sempurna sebab ia adalah bahasa Tuhan. 
Puisinya adalah bahasa Tuhan, 
bahasa yang mengungkapkan keagungan Tuhan dalam dimensi yang Universal 
dan menembus sekat-sekat pemikiran yang berbeda.

Pada akhirnya 
Apa yang sesungguhnya ingin disampaikan Rumi pada kita adalah 
bagaimana kita memahami bahasa kehidupan dengan kalimat yang Indah 
sebab ia adalah bahasa Tuhan bahasa sempurna. 
Kalimat-kalimat dalam Fihi Ma Fihi adalah kumpulan kuliah yang Indah 
yang dicatat oleh murid-muridnya 
yang sayang jika kuliah yang Indah itu tidak diabadikan dalam sebuah catatan atau buku.

 Tujuan sejati dan utama dalam perjalanan hidup manusia.


Bibliography
Amin, Miska Muhammad. Epistimology Islam, Jakarta: UI Press.
Gaarder, Jostein. Dunia Sophie. Bandung: Mizan Pustaka. 2006
Muthahari, Ayatullah Murtadha. Pengantar Epistimologi Islam. Jakarta: Shadra Press. 2010
Muhammad Taqi Misbah Yazdi. Buku Daras Filsafat Islam: Orientasi ke Filsafat Islam Kontemporer. Jakarta: Shadra Press. 2010
Arbery, A. J . Inilah Apa Yang Sesungguhnya. Yogjakarta. Risalah Gusti. 2002
Nasution, Harun, Falsafah dan Mistisisme dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang. 2002
Schimel, Annemarie. Dimensi Mistik dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang. 2002
________________________________________

Tidak ada komentar:

Posting Komentar