(LAPAR & CINTA)
Hikmah dari puasa ialah salah satunya agar sikaya berbagi rasa dengan simiskin.
Imam Ja’far Shadiq berkata :
“Adapun alasan Allah mewajibkan puasa adalah untuk menyamakan si kaya
dengan si fakir. Karena sesungguhnya si kaya tidak (pernah) merasakan
nestapa lapar (sebagaimana yang dirasakan oleh si fakir) yang karenanya
si kaya dapat mengasihi si fakir. Karena setiap si kaya menginginkan
sesuatu, maka dia dapat memenuhi keinginannya itu. Maka dengan puasa
Allah Azza wa Jalla hendak menempatkan makhluk-makhluk-Nya pada suatu
pijakan yang sama, dengan jalan membuat si kaya turut merasakan
nestapanya lapar dan kepedihan, yang karenanya (diharapkan) ia menaruh
belas kasih kepada orang yang lemah dan mengasihi orang yang lapar.”
Rasa Lapar merupakan salah satu keadaan umum yang dimiliki oleh kaum
dhuafa dan orang-orang fakir. Kefakiran atau kemiskinan materi telah
mengakibatkan mereka tak mampu membeli sesuatu yang dapat menghilangkan
rasa lapar mereka. Pada bulan Ramadhan nanti Allah berkehendak
menjadikan si kaya ikut merasakan derita lapar sebagaimana yang dialami
saudaranya yang fakir.
Dari rasa lapar itu diharapkan si kaya
juga turut merasakan penderitaan dan kepedihannya. Dan diharapkan si
kaya mampu memahami dan berempati kepada orang-orang miskin yang sudah
sedemikian akrab dengan rasa lapar, sampai akhirnya tumbuh rasa belas
kasih (welas asih) di dalam hati si kaya, peduli pada sesama, berbagi
rasa, saling memahami, saling mencinta.
Inilah yang hendak
dicapai dari puasa, Jika lapar adalah tujuan awal dari ibadah puasa,
maka welas asih merupakan sasaran akhirnya. Dengan welas asih inilah si
kaya akan terdorong untuk melakukan aksi menolong orang-orang yang lemah
dan papa.
Pada saat Rasulullah melakukan Mi’raj, beliau bertanya kepada Allah.
“Wahai Tuhan, apakah yang diwariskan dari puasa?”
Allah SWT menjawab : “Puasa itu mewariskan hikmah, dan hikmah
mewariskan ma’rifat’ lalu ma’rifat itu mewariskan keyakinan. Maka
apabila seorang hamba telah memiliki keyakinan niscaya ia tidak lagi
peduli apakah ia bangun di pagi hari dalam keadaan susah maupun dalam
keadaan senang!”
Rasa lapar yang disebabkan dari puasa dapat
membangunkan hati yang tertidur dan membangkitkan jiwa yang lalai. Rasa
lapar bisa mengguncang kesadaran ruhani seseorang. Mata bathin
(bashirah) orang yang lapar karena puasa akan terbuka lebar, hatinya pun
terjaga, pandangan ruhaninya menjadi tajam sehingga mampu mencerna
rahasia-rahasia kehidupan serta tanda-tanda zaman. Ia menjadi
tercerdaskan dan mampu mencerna ibrah (pelajaran hidup), dan akhirnya ia
sanggup menyerap hikmah-hikmah dari Tuhannya.
“Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh.”
Begitulah Nabi Ibrahim berdoa kepada Kekasihnya, Tuhan Rabbul ‘Alamin.
Lapar juga mengakibatkan tubuh menjadi ringan dalam melakukan
ibadah-ibadah ritualnya seperti berdzikir, iktikaf dan membaca al-Quran,
serta mau membantu orang-orang yang miskin dan fakir. Dan buah dari
semua aktifitasnya itu adalah CINTA KEPADA TUHAN. puncaknya adalah
dengan merayakan kemenangan yang telah menemukan pencerahan ruhani
jiwanya kembali terlahir menjadi suci (idul fitri).
Mereka yang
merayakkan kemenangan inilah kekasih-kekasih Tuhan, Para kekasih Tuhan
adalah orang-orang yang sengaja berlapar diri dan hati mereka dipenuhi
cinta kepada sesamanya.
Rasulullah Saw bersabda :
“Barangsiapa yang tiada mengasihi manusia maka Allah pun tiada mengasihinya!”
Dalam riwayat lainnya Rasulullah besabda :
“Demi jiwaku yang berada dalam genggaman-Nya, tidaklah masuk surga kecuali orang yang memiliki rasa kasih sayang.”
Para sahabat menyahut “Kami semua memiliki rasa kasih sayang.”
Maka Baginda Nabi berujar “Bukan begitu (maksudku), kalian bisa
dikatakan sebagai orang yang memiliki rasa kasih sayang jika kasih
sayang kalian juga dilimpahkan kepada seluruh umat manusia dan semesta
alam.”
Ucapan beliau ini dikarenakan ajaran-ajaran Islam yang hakiki itu ialah sebenarnya berlandaskan rahmat (kasih sayang).
Seperti hadits lainnya Rasulullah bersabda :
“Allah Yang Maha Rahman mengasihi dan menyayangi orang-orang yang
memiliki kasih sayang, karena itu sayangilah mereka yang ada di bumi,
niscaya mereka yang di langit juga akan menyayangimu!”
Inilah
tujuan hakiki dari puasa yaitu menggapai CINTA TUHAN, dan kita takkan
dapat meraih cinta-Nya sebelum kita sanggup MENCINTAI sesama manusia.
Jadi hasil dari puasa itu ialah membuahkan kepekaan jiwa, kehalusan
rasa sosial dan cinta Universal! Ketahuilah, Cinta yang sesungguhnya
adalah gambaran hidup yang pahit berujung manis karena semua dasar Cinta
tak lain adalah kebaikan moral.
Wallahu a'lam
by Aysha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar