Sabtu, 04 Juni 2016

(LAPAR & CINTA)

(LAPAR & CINTA)
Hikmah dari puasa ialah salah satunya agar sikaya berbagi rasa dengan simiskin.
Imam Ja’far Shadiq berkata :
“Adapun alasan Allah mewajibkan puasa adalah untuk menyamakan si kaya dengan si fakir. Karena sesungguhnya si kaya tidak (pernah) merasakan nestapa lapar (sebagaimana yang dirasakan oleh si fakir) yang karenanya si kaya dapat mengasihi si fakir. Karena setiap si kaya menginginkan sesuatu, maka dia dapat memenuhi keinginannya itu. Maka dengan puasa Allah Azza wa Jalla hendak menempatkan makhluk-makhluk-Nya pada suatu pijakan yang sama, dengan jalan membuat si kaya turut merasakan nestapanya lapar dan kepedihan, yang karenanya (diharapkan) ia menaruh belas kasih kepada orang yang lemah dan mengasihi orang yang lapar.”

Rasa Lapar merupakan salah satu keadaan umum yang dimiliki oleh kaum dhuafa dan orang-orang fakir. Kefakiran atau kemiskinan materi telah mengakibatkan mereka tak mampu membeli sesuatu yang dapat menghilangkan rasa lapar mereka. Pada bulan Ramadhan nanti Allah berkehendak menjadikan si kaya ikut merasakan derita lapar sebagaimana yang dialami saudaranya yang fakir.
Dari rasa lapar itu diharapkan si kaya juga turut merasakan penderitaan dan kepedihannya. Dan diharapkan si kaya mampu memahami dan berempati kepada orang-orang miskin yang sudah sedemikian akrab dengan rasa lapar, sampai akhirnya tumbuh rasa belas kasih (welas asih) di dalam hati si kaya, peduli pada sesama, berbagi rasa, saling memahami, saling mencinta.
Inilah yang hendak dicapai dari puasa, Jika lapar adalah tujuan awal dari ibadah puasa, maka welas asih merupakan sasaran akhirnya. Dengan welas asih inilah si kaya akan terdorong untuk melakukan aksi menolong orang-orang yang lemah dan papa.
Pada saat Rasulullah melakukan Mi’raj, beliau bertanya kepada Allah.
“Wahai Tuhan, apakah yang diwariskan dari puasa?”
Allah SWT menjawab : “Puasa itu mewariskan hikmah, dan hikmah mewariskan ma’rifat’ lalu ma’rifat itu mewariskan keyakinan. Maka apabila seorang hamba telah memiliki keyakinan niscaya ia tidak lagi peduli apakah ia bangun di pagi hari dalam keadaan susah maupun dalam keadaan senang!”

Rasa lapar yang disebabkan dari puasa dapat membangunkan hati yang tertidur dan membangkitkan jiwa yang lalai. Rasa lapar bisa mengguncang kesadaran ruhani seseorang. Mata bathin (bashirah) orang yang lapar karena puasa akan terbuka lebar, hatinya pun terjaga, pandangan ruhaninya menjadi tajam sehingga mampu mencerna rahasia-rahasia kehidupan serta tanda-tanda zaman. Ia menjadi tercerdaskan dan mampu mencerna ibrah (pelajaran hidup), dan akhirnya ia sanggup menyerap hikmah-hikmah dari Tuhannya.
“Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh.”
Begitulah Nabi Ibrahim berdoa kepada Kekasihnya, Tuhan Rabbul ‘Alamin.

Lapar juga mengakibatkan tubuh menjadi ringan dalam melakukan ibadah-ibadah ritualnya seperti berdzikir, iktikaf dan membaca al-Quran, serta mau membantu orang-orang yang miskin dan fakir. Dan buah dari semua aktifitasnya itu adalah CINTA KEPADA TUHAN. puncaknya adalah dengan merayakan kemenangan yang telah menemukan pencerahan ruhani jiwanya kembali terlahir menjadi suci (idul fitri).
Mereka yang merayakkan kemenangan inilah kekasih-kekasih Tuhan, Para kekasih Tuhan adalah orang-orang yang sengaja berlapar diri dan hati mereka dipenuhi cinta kepada sesamanya.
Rasulullah Saw bersabda :
“Barangsiapa yang tiada mengasihi manusia maka Allah pun tiada mengasihinya!”

Dalam riwayat lainnya Rasulullah besabda :
“Demi jiwaku yang berada dalam genggaman-Nya, tidaklah masuk surga kecuali orang yang memiliki rasa kasih sayang.”
Para sahabat menyahut “Kami semua memiliki rasa kasih sayang.”
Maka Baginda Nabi berujar “Bukan begitu (maksudku), kalian bisa dikatakan sebagai orang yang memiliki rasa kasih sayang jika kasih sayang kalian juga dilimpahkan kepada seluruh umat manusia dan semesta alam.”

Ucapan beliau ini dikarenakan ajaran-ajaran Islam yang hakiki itu ialah sebenarnya berlandaskan rahmat (kasih sayang).
Seperti hadits lainnya Rasulullah bersabda :
“Allah Yang Maha Rahman mengasihi dan menyayangi orang-orang yang memiliki kasih sayang, karena itu sayangilah mereka yang ada di bumi, niscaya mereka yang di langit juga akan menyayangimu!”

Inilah tujuan hakiki dari puasa yaitu menggapai CINTA TUHAN, dan kita takkan dapat meraih cinta-Nya sebelum kita sanggup MENCINTAI sesama manusia.
Jadi hasil dari puasa itu ialah membuahkan kepekaan jiwa, kehalusan rasa sosial dan cinta Universal! Ketahuilah, Cinta yang sesungguhnya adalah gambaran hidup yang pahit berujung manis karena semua dasar Cinta tak lain adalah kebaikan moral.
Wallahu a'lam
by Aysha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar