TINGKAT ILMU
1. ILMU QALAM
2. ILMU GHAIB
3. ILMU SYAHADA
ILMU QALAM ialah yang paling rendah tingkatannya yaitu Ilmu dunia. Namun demikian dengan ilmu ini manusia sudah sampai pergi ke Bulan.
ILMU GHAIB ialah Ilmu yang diterima manusia melalui jalan laduni yaitu dengan petunjuk guru Ghaib yang Mursyid.melalui 5 cara :
1. NUR yaitu petunjuk ghaib yang diterima melalui mimpi-mimpi yang bisa diterjemahkan oleh guru ghaib.
2. TAJALI yaitu ilmu ghaib yang diterima melalui penjelmaan buah
pikiran dari pada perasaan ZUK sesama mereka menjalani latihan tareqat
tasauf,sehingga muncul dari akalnya suatu pengetahuan baru yang tidak
pernah diketahui sebelumnya. Misalnya : Terbacalah olehnya sepotong do’a
sedangkan do’a tersebut belum pernah dibacanya atau diketahuinya.
3. cara sir ialah : suatu jalan penyampaian ilmu ghaib secara Rahasia,
ia hanya dapat dirasai dan didengar oleh seseorang itu secara Mutlak.
Dimana seseorang itu akan mendengar suatu suara yang data ng kepadanya.
Suara tersebut akan memberi tahu sesuatu dan mengajarkan ilmu ghaib
dengan terang dan jelas berupa bisikan dan disertai dengan satu
Kelejatan yang sulit untuk diceritakan.
4. CARA SIRUSIR ialah :
Suaut cara penyampaian ilmu ghaibdengan cara rahasia.seseorang yang
menerima ilmu ghaib dengan cara ini mereka dapat meliat dengan mata
Bathin dan mendengar dengn telinga bathin.
5. CARA TAWASSUL ialah
penjelmaan seorang guru atau wali-wali Allah yang ghaib dan mereka
menjelma untuk bertemu dengan orang-orang tertentu yang sedang
menjalankan ilmu tasauf. Mereka ketemu dengan keadaan nyata (hidup)
bukan dalam mimpi, dia datang sama seperti kedatangan tamu biasa atau
kawan kita. Kadang-kadang penjelmaan mereka bisa dilihat oleh orang
ramai, bila kebetulan penjelmaan itu terdapat banyak orang. Perlu
diingat kedatangan mereka merupakan suatu penghomatan yang besar kepada
ahli tasauf atau murid yang sedang mendalami ilmu tasauf. Bagi mereka
yang dapat mengusai dan mengalami sendiri ilmu ini maka sudah pasti
mereka dapat menjelajahi seluruh Alam Maya. Mereka diberi peluang untuk
menjelajahi alam lain termasuk alam Barzah,Surga dan Neraka.Arash dan
Qursi Allah SWT. Bagi mereka yang sudah sampai ketahap ini sulit
diterima oeh tahap-tahap pemikiran manusia. Mereka yang sudah sampai
keperingkat ini jiwanya akan tenang disamping Tuhannya, semasa hidupnya
didunia ini dan juga dialam akhirat nanti, mereka adalah termasuk
dikalangan manusia yang baik dan beruntung.
ILMU SYAHADAH : Ialah
merupakan martabat ilmu yang tertinggi,karena ilmu ini Tuhan sendiri
yang akan mengajarkannya kepada manusia. Manusia diajarkan untuk
mengenali dirinya (Jasmani) dan diri bathinya (Rohani). Hanya
orang-orang yang mempunyai martabat tinggi disisi Allah yang dapat
menguasai ilmu ini. Ilmu ini sangat luar biasa karena hanya dimiliki
oleh para Rasul, Nabi dan wali-wali Allah yang teragung.maka
beruntunglah manusia yang termasuk wali-wali Allah. ……MAN ARAFA
NAFSAHU,FAKAT ARAFA RABBAHU……………………….. (“ Barang siapa mengenal dirinya
maka ia akan mengenal Tuhannya “).
Sabda Nabi Muhammad saw :
“Mamtalabal maula bikhairi nafsihi fakaddalla dalalam baida” ” Barang
siapa mengenal Allah Ta’ala diluar dari pada mengenal hakikat dirinya
sendiri., maka sesungguhnya adalah ia sesat yang bersangat sesat.
Karena hakekat diri yang sebenarnya, baik rohani dan jasmani tidak lain
adalah wujud kesempurnaan tajalli NUR MUHAMMAD itu semata-mata. Maka
apa-apa nama segala yang maujud pada alam ini, baik pada alam yang nyata
dan alam yang gaib adalah semuanya nama majazi bagi kesempurnaan
tajalli NUR MUHAMMAD. . .
“ A Z A L I “
Ada suatu “waktu” dimana
Tuhan hanya sendirian, pada waktu itu Tuhan belum bernama Allah, Arasy
dan Qursy pun belum di jadikan, Saat itu belum ada apa-apa, belum ada
siapa-siapa, jangankah binatang, jangankan tumbuhan, jangankan manusia,
bahkan zat lain selain Tuhan pun belum ada. Belum ada malaikat, belum
ada langit dan bumi, belum ada surga dan neraka, bahkan waktu itu pun
belum ada “waktu”, belum ada zaman, belum ada sesuatu apapun jua. Pada
saat itu, Tuhan masih bernama “Nuktah”, selanjutnya Nuktah melihat
kepada dirinya sebagai Tuhan, tetapi siapakah hamba….? Selanjutnya
Nuktah melihat kembali pada dirinya, lalu dinamainya-lah dirinya “Kun”.
Kemudian Ia menamai dirinya adalah DZAT UL-HAQ, Dzat ini menurunkan
kwalitas dirinya menjadi NUR ALLAH, dari Nur Allah kemudian menjadikan
pula dirinya NUR MUHAMMAD, saat itu, Adam dan Muhammad belum juga ada,
Allah pun belum juga nyata, yang ada hanya Nur Dzat yaitu Nur Muhammad,
maka Nur Muhammad itulah bersifat “ILLA UL-HAQ” .
Berkata Tuhan : “
Jika Engkau Haq, mengapa Engkau tidak melihat. .? “ Nur Muhammad
menjawab : “ Jika Engkau Tuhan mengapa Aku tidak melihat ?”. Tuhan
menjawab
: “ Penglihatanmu itu serahkan kepadaKu.” Tuhan berkata
kepada Nur Muhammad, : Katakan olehmu :“ LAA ILAHA ILLALLAH AKU MUHAMMAD
RASULULLAH”
Selanjutnya Nur Muhammad berkata : “Kulihat diri Tuhan”
tetapi “siapa hamba..?” dan “Kulihat diri hamba”, tetapi “siapa
Tuhan..?”
Maka pada saat itu juga ALLAH pun menyatakan dirinya
TUHAN, dan berkata : “Bahwasanya tiada Tuhan hanya Aku, bahwa kamu itu
daripada NUR DZATKU” Berdirilah kamu, dan Allah berdiri tidak berbenda
dan tidak ada bertempat.
Selanjutnya Allah berkata “Akulah Tuhanmu”
setelah itu Nur Muhammad menjawab: “ Akulah Tuhanmu”, dan dijawab oleh
Allah Ta’ala : “ Jika Engkau Tuhanku Nyatakanlah Dirimu ” Pada waktu itu
juga Nur Muhammad gaib, dan Nur Muhammad mengatakan : “ Dirimu juga
yang Aku lihat ” Dan Allah pun menyatakan dirinya yang sudah nyata,
“Alastu Birabbikum.?” (Siapa Tuhanmu…?) Nur Muhammad menjawab : “Qalu
Balaa”. (Engkau juga Tuhanku) Allah berkata : “Syahadallahu annahu laa
illaha” (Saksiku bagi Diriku, tidak ada Tuhan yang lain selain Aku )
Maka sujudlah Nur Muhammad 5000 tahun lamanya, dan pada kelahiran
berikutnya, dinamai ADAM, maka berdirilah ALIF = Adam Insan
Demikianlah, karena itu dalam pandangan Ilmu Hakekat Usul Diri
mengatakan : Allah-pun kita, Adam-pun kita, Muhammad-pun kita, karena
sekalian itu cuma nama-nama saja, yang dimaksud EMPUNYA nama itu adalah
yang tidak mempunyai huruf dan suara. “La sautin wala harfun”
Salam
FANA
Fana
1. Pengertian Fana
Kebanyakan kitab-kitab tua seperti Kitab Syarah Hikam Ibni Athoillah
As-Kandariah, Kitab Manhal-Shofi, Kitab Addurul-Nafs dan lain-lain
menggunakan istilah-istilah seperti 'binasa' dan 'hapus' untuk
memperihalkan tentang maksud fana. Ulama-ulama lainnya yang banyak
menggabungkan beberapa disiplin ilmu lain seperti falsafah menggunakan
istilah-istilah seperti 'lebur', 'larut', 'tenggelam' dan 'lenyap' dalam
usaha mereka untuk memperkatakan sesuatu tentang 'hal' atau 'maqam'
fana ini.
Di dalam Kitab Arrisalah al-Qusyairiah disebutkan erti fana itu ialah
Lenyapnya sifat-sifat basyariah
(pancaindera) Maka sesiapa yang telah diliputi Hakikat Ketuhanan
sehingga tiada lagi melihat daripada Alam baharu, Alam rupa dan Alam
wujud ini, maka dikatakanlah ia telah fana dari Alam Cipta. Fana bererti
hilangnya sifat-sifat buruk (maksiah lahir dan maksiat batin) dan
kekalnya sifat-sifat terpuji(mahmudah). Bahawa fana itu ialah lenyapnya
segala-galanya, lenyap af'alnya/perbuatannya(fana fil af'al), lenyap
sifatnya(fana fis-sifat), lenyap dirinya(fan fiz-zat)
Oleh kerana inilah ada di kalangan ahli-hali tasauf berkata:
"Tasauf itu ialah mereka fana dari dirinya dan baqa dengan Tuhannya kerena kehadiran hati mereka bersama Allah".
Sahabat Rasulullah yang banyak memperkatakan tentang 'fana' ialah
Sayyidina Ali, salah seorang sahabat Rasulullah yang terdekat yang
diiktiraf oleh Rasulullah sebagai 'Pintu Gedung Ilmu'. Sayyidina Ali
sering memperkatakan tentang fana. Antaranya :
"Di dalam fanaku, leburlah kefanaanku, tetapi di dalam kefanaan itulah bahkan aku mendapatkan Engkau Tuhan".
Demikianlah 'fana; ditanggapi oleh para kaun sufi secara baik, bahkan
fana itulah merupakan pintu kepada mereka yang ingin menemukan
Allah(Liqa Allah) bagi yang benar-benar mempunyai keinginan dan keimanan
yang kuat untuk bertemu dengan Allah(Salik).
Firman Allah yang bermaksud:
"Maka barangsiapa yang ingin akan menemukan dengan Tuhannya maka
hendaklah ia mengerjakan amalan Sholeh dan janganlah ia mempersekutukan
siapapun dalam beribadat kepada Allah (Surah Al-Kahfi:)
Untuk mencapai liqa Allah dalam ayat yang tersebut di atas, ada dua kewajiban yang mesti dilaksanakan iaitu:
Pertamanya mengerjakan amalan sholeh dengan menghilangkan semua-
sifat-sifat yang tercela dan menetapkan dengan sifat-sifat yang terpuji
iaitu Takhali dan Tahali. Keduanya meniadakan/menafikan segala sesuatu
termasuk dirinya sehingga yang benar-benar wujud/isbat hanya Allah
semata-mata dalam beribadat. Itulah ertinya memfanakan diri.Para
Nabi-nabi dan wali-wali seperti Sheikh Abu Qasim Al-Junaid, Abu Qadir
Al-Jailani , Imam Al-Ghazali, Ab Yazid Al-Busthomi sering mengalami
keadaan "fana" fillah dalam menemukan Allah. Umpamanya Nabi Musa
alaihisalam ketika ia sangat ingin melihat Allah maka baginda berkata
yang kemudiannya dijawab oleh Allah Taala seperti berikut;
"Ya
Tuhan, bagaimanakah caranya supaya aku sampai kepada Mu? Tuhan
berfirman: Tinggalkan dirimu/lenyapkan dirimu(fana), baru kamu kemari."
2. Kata-kata Hikmah Dari Wali-wali Allah yang telah mengalami FANA
Ada seorang bertanya kepada Abu Yazid Al-Busthomi;
"Bagaimana tuan habiskan masa pagimu?". Abu Yazid menjawab: "Diri saya
telah hilang(fana) dalam mengenang Allah hingga saya tidak tahu malam
dan siang". Satu ketika Abu Yazid telah ditanyai orang bagaimanakah kita
boleh mencapai Allah. Beliau telah menjawab dengan katanya:"Buangkanlah
diri kamu. Di situlah terletak jalan menuju Allah. Barangsiapa yang
melenyapkan(fana) dirinya dalam Allah, maka didapati bahawa Allah itu
segala-galanya".Beliau pernah menceritakan sesuatu tentang fana ini
dengan katanya; Apabila Allah memfanakan saya dan membawa saya baqa
dengaNya dan membuka hijab yang mendinding saya dengan Dia, maka saya
pun dapat memandangNya dan ketika itu hancur leburlah pancainderaku dan
tidak dapat berkata apa-apa. Hijab diriku tersingkap dan saya berada di
keadaan itu beberapa lama tanpa pertolongan sebarang panca indera.
Kemudian Allah kurniakan saya mata Ketuhanan dan telinga Ketuhanan dan
saya dapat dapati segala-galanya adalah di dalam Dia juga."
Al-Junaid Al-Bagdadi yang menjadi Imam Tasauf kepada golongan Ahli
Sunnah Wal-Jamaah pernah membicarakan tentang fana ini dengan kata-kata
beliau seperti berikut:
Kamu tidak mencapai baqa(kekal dengan Allah)
sebelum melalui fana(hapus diri) Membuangkan segala-galanya kecuali
Allah dan 'mematikan diri' ialah kesufian. Seorang itu tidak akan
mencapai Cinta kepada Allah(mahabbah) hingga dia memfanakan dirinya.
Percakapan orang-orang yang cinta kepada Allah itu
Dalam khasanah
makrifat, pejalan spiritual akan bersinggungan dengan istilah ILMU
LADUNI. Yaitu pengetahuan yang diperolehi tidak melalui proses kegiatan
belajar mengajar dan membaca buku-buku, namun melalui PANDANGAN MATA
HATI YANG DITERIMA LANGSUNG DARI ALLAH.
Tuhan hanya bisa dikenal
jika Dia sendiri berkehendak untuk dikenali. Jika Dia ingin
memperkenalkan Diri-Nya kepada hamba-Nya maka hati hamba itu akan
dipersiapkan untuk dilakukan pembersihan. Selanjutnya, Hati hambanya
tersebut diterangi dengan CAHAYA atau Nur-Nya. Nur-Nya adalah kendaraan
bagi hati untuk sampai ke SISI-Nya.
HATI ADALAH BADAN DAN RUH ADALAH
NYAWANYA. RUH PULA YANG LANGSUNG TERKAIT DENGAN TUHAN DAN KETERKAITAN
ITU DINAMAKAN AS-SIR (RAHASIA). RUH ADALAH NYAWANYA HATI DAN SIR ADALAH
NYAWANYA RUH. BOLEH JUGA DIKATAKAN BAHWA HAKIKAT HATI ADALAH RUH DAN
HAKIKAT RUH ADALAH SIR. SIR ATAU RAHASIA YANG SAMPAI KEPADA TUHAN DAN
SIR YANG MASUK KE HADRAT-NYA. SIR INILAH MAMPU UNTUK YANG MENGENAL ALLAH
KARENA SIR ADALAH HAKIKAT SEMUA YANG BERWUJUD.
Cahaya Ilahi
menerangi hati, ruh dan Sir. Cahaya Ilahi akan membuka hakikat-hakikat.
Amal dan ilmu tidak mampu menyingkap rahasia hakikat-hakikat. Cahaya
Ilahi berperanan menyingkap tabir hakikat. Orang yang mengambil hakikat
dari buku atau memahami dari ucapan orang lain belumlah dikatakan
mengetahui hakikat yang sebenarnya. Mereka hanyalah menyangka atau
mengkhayal sudah mengetahui hakikat padahal sesungguhnya belum.
Hakikat akan diketahui apabila seseorang gigih mendalami pengetahuan
tentang hakikat dari perenungan-perenungannya sendiri (berarti dia
menggunakan akalnya sebagaimana yang dianjurkan Tuhan dalam agama) dan
kemudian mempraktekkannya dalam perbuatan sehari-hari dengan
mempertimbangkan dengan hati nuraninya. Ditambah dengan memohon ampunan,
memuji Nama Tuhan sebagai pembersih hati. Kemudian bersabar menanti
hadirnya sinar kebijaksanaan sambil terus juga berharap.
Alam ini
pada hakikatnya adalah gelap. Alam menjadi terang karena ada kenyataan
Tuhan padanya. Misalnya kita berdiri di atas puncak sebuah bukit pada
waktu malam yang gelap gelita. Apa yang dapat dilihat hanyalah
kegelapan. Apabila hari siang, matahari bersinar, akan terlihat
tumbuh-tumbuhan dan hewan yang menghuni bukit itu. Yang terlihat di atas
bukit itu menjadi nyata karena diterangi oleh cahaya matahari. Cahaya
mewujudkan yang gelap menjadi benda-benda yang nyata.
Sesungguhnya
cahaya hanya satu jenis saja dan datangnya dari sumber yang satu jua.
Begitu juga halnya pandangan mata hati. Mata hati melihat banyaknya
hakikat karena banyaknya hakikat yang tercermin dari ragam Cahaya Ilahi,
sedangkan Cahaya Ilahi datangnya dari cahaya yang satu yang
bersumberkan Zat Yang Maha Esa.
Kegelapan yang menutupi mata hati
menyebabkan hati terpisah daripada kebenaran. Hatilah yang tertutup
sedangkan kebenaran tidak tertutup. Dalil atau bukti yang dicari
bukanlah untuk menyatakan kebenaran tetapi untuk mengeluarkan hati dari
lembah kegelapan kepada cahaya yang terang benderang. Cahayalah yang
menerangi atau membuka hijab hati.
Nur Ilahi adalah cahaya yang
menerangi hati dan mengeluarkannya dari kegelapan serta membawanya untuk
menyaksikan sesuatu dalam keadaannya yang asli. Apabila cahaya Ilahi
sudah membuka tirai dan cahaya terang telah bersinar maka mata hati
dapat memandang kebenaran dan keaslian yang selama ini disembunyikan
oleh alam nyata. Semakin terang cahaya Ilahi yang diterima oleh hati
akan menambah jelas kebenaran yang dapat dilihatnya.
Pengetahuan
yang diperolehi melalui pandangan mata hati yang bersumber dari Cahaya
Ilahi dinamakan ILMU LADUNI ATAU ILMU YANG DITERIMA DARI ALLAH SWT
SECARA LANGSUNG. KEKUATAN ILMU YANG DIPEROLEHI BERGANTUNG KEPADA
KEKUATAN HATI MENERIMA CAHAYA ILAHI.
Para pejalan spiritual awal
yang hatinya belum cukup bersih, maka cahaya Ilahi yang diperolehinya
tidak begitu terang. Oleh itu ILMU LADUNI yang diperolehinya masih belum
mencapai peringkat yang halus. Pada tahap ini hati terkadang masih
mudah goyah dan sewaktu-waktu mengalami kekeliruan. Kadang-kadang hati
masih cenderung menuju yang samar-samar dan abu-abu.
Orang yang
tataran spiritualnya pada peringkat ini memang perlu mendapatkan
bimbingan dan penjelasan dari ahli makrifat yang ilmunya lebih tinggi.
Apabila hatinya semakin bersih cahaya Ilahi semakin bersinar
meneranginya dan dia mendapat ilmu yang lebih jelas. Lalu hatinya
menghadap kepada yang lebih benar, sehinggalah dia menemui kebenaran
hakiki.
TERBUKANYA MATA HATI MEMPERLIHATKAN KEPADA ANDA AKAN
KEBERADAAN ALLAH. KESAKSIAN MATA HATI MEMPERLIHATKAN KEPADA ANDA
KETIADAAN DIRI SELAIN WUJUD NYA. KESAKSIAN HAKIKI MATA HATI
MEMPERLIHATKAN KEPADA ANDA BAHWA HANYA TUHAN YANG WUJUD, TIDAK TERLIHAT
LAGI KETIADAAN DAN WUJUD ANDA.
Apabila hati sudah menjadi bersih
maka hati akan menyinarkan cahayanya. Cahaya hati ini dinamakan Cahaya
Qalbu. Ia akan menerangi AKAL lalu AKAL dapat memikirkan dan merenung
tentang HAKIKAT KETUHANAN yang menguasai alam dan juga dirinya sendiri.
Renungan akal terhadap dirinya sendiri membuatnya menyadari perjalanan
hal-hal ketuhanan yang menguasai dirinya. Kesadaran ini membuatnya
merasakan dengan mendalam betapa dekatnya ALLAH dengannya.
Lahirlah
di dalam hati nuraninya perasaan bahwa DIA sentiasa mengawasi
gerak-gerik kita, mendengar pembicaraan dan mengetahui bisikan hati
kita. Jadilah dia seorang yang CERMAT, ELING DAN WASPADA.
Di antara sifat yang dimiliki oleh orang yang sampai kepada MARTABAT ini ialah:
1. CERMAT DALAM MELAKSANAKAN HUKUM TUHAN.
2. HATI TIDAK CENDERUNG KEPADA HARTA, CUKUP DENGAN APA YANG ADA DAN
BAHAGIA BILA BISA MEMBANTU ORANG LAIN DENGAN HARTA YANG DIMILIKINYA.
3. BERTAUBAT DENGAN SEBENARNYA (TAUBAT NASUHA) DAN TIDAK KEMBALI LAGI KEPADA KEJAHATAN.
4. RUHANINYA CUKUP KUAT UNTUK MENANGGUNG KESUSAHAN DENGAN SABAR DAN BERTAWAKAL
5. KEHALUSAN RUHANINYA MEMBUATNYA MERASA MALU KEPADA TUHAN DAN MERENDAHKAN DIRI KEPADA-NYA SAJA.
Orang yang taat kepada perintah-NYA senantiasa kuat melakukan ibadah
dan meningkatlah kekuatan ruhaninya. Dia akan kuat untuk menyerahkan
semua urusan kehidupannya kepada TUHAN saja. Dia tidak lagi takut apapun
yang menimpanya. Dia tidak lagi tergantung kepada sesama makhluk.
Hatinya teguh dan ikhlas dengan semua ketentuan-NYA.
BAHAYA dan
BENCANA SEHEBAT APAPUN tidak lagi menggugat imannya dan KENIKMATAN DUNIA
tidak lagi menggelincirkannya. Baginya SUKA dan DUKA, BENCANA dan
KEBERUNTUNGAN sama saja, karena ini takdir yang SUDAH DITENTUKAN TUHAN
untuknya dan takdir-NYA kepada kita pasti yang terbaik.
Orang yang
seperti ini sentiasa di dalam penjagaan TUHAN karena dia telah
menyerahkan dirinya kepada TUHAN juga. TUHAN menganugerahi orang ini
dengan kemampuan untuk melihat dengan mata hati dan bertindak melalui
Petunjuk Laduni, tidak lagi melalui pikiran, kehendak diri sendiri atau
angan-angan. Pandangan mata hati kepada hal ketuhanan memberi kesan kuat
kepada hatinya (kalbunya). Dia mengalami suasana yang menyebabkan dia
menafikan perwujudan dirinya dan diisbatkannya kepada Wujud ALLAH.
Suasana ini timbul akibat hakikat ketuhanan yang dialami oleh hati.. Dia
MERASAKAN benar-benar akan keesaan Allah bukan sekadar mempercayainya.
Hakikat sesungguhnya hanya bisa dialami dengan mata hati. Mata hati
melihat atau menyaksikan keesaan TUHAN dan hati merasakan akan keadaan
keesaan itu. Mata hati hanya melihat kepada Wujud-NYA, tidak lagi
melihat kepada wujud dirinya.
Orang yang di dalam suasana seperti
ini telah transenden dari sifat-sifat kemanusiaan. Orang yang mencapai
tingkat ini dikatakan telah mencapai maqam TAUHID SIFAT. Hatinya jelas
merasakan bahawa tidak ada yang berkuasa melainkan DIA dan segala
sesuatu datangnya dari ALLAH.
Yang perlu digarisbawahi, bahwa
perjalanan spiritual manusia akan melalui beberapa tingkatan dalam
proses mengenal Tuhan. Pada tahap pertama terbuka mata hati dan cahaya
Qalbu memancar menerangi akalnya. Seorang yang akalnya diterangi cahaya
Qalbu akan melihat betapa dekatnya TUHAN. Dia melihat dengan ilmunya dan
mendapat keyakinan yang dinamakan ILMUL YAQIN.
Pada tahap keduanya
mata hati yang telah terbuka. Seseorang tidak lagi melihat denganmata
ilmu tetapi melihat dengan mata hati dan mata hati memandang itu
dinamakan KASYAF. KASYAF MELAHIRKAN PENGENALAN ATAU MAKRIFAT. Seseorang
yang berada di dalam maqam makrifat dan mendapat keyakinan melalui
kasyaf dikatakan memperolehi keyakinan yang dinamakan AINUL YAQIN. Pada
tahap AINUL YAQIN seseorang telah menceburkan diri di wilayah kegaiban
segala sesuatu termasuk dirinya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar