Al-Harits Al-Muhasibi
WAHAI diri!
Berdoalah, dan merasa malu kepada-Nya,
karena engkau terlalu lama tidak memiliki rasa malu kepada-Nya.
SELAMATKANLAH aku,
wahai Yang Maha menyelamatkan, dan kasihilah aku, wahai Yang Maha Pengasih.
Karena aku, pada hari ini, berada dalam kemakmuran pada kehidupan duniaku ini, bersamaan dengan buruknya kelakuanku pada segi keagamaanku.
Padahal telah dekat kepadaku sirnanya kehidupan; keterpurukanku dalam kepedihan
yang susul menyusul, bencana yang bertubi-tubi dan kesedihan-kesedihan yang berlipat-lipat, berupa tibanya sang maut dan kesusahannya, dengan kecemasan yang genting (khathr) apakah yang kelak menimpa padaku adalah maaf dan pengampunan dosa (ghufran) dari-Mu, atau justru kemurkaan (sukhth) atas perbuatan-perbuatan maksiat (‘ishyan) yang telah kulakukan.
Kemudian persinggahan dalam kubur, dengan himpitan tanah, pertanyaan dari dua malaikat dan masa tinggal yang cukup lama di alam Barzakh.
Kemudian dikumpulkan, dan semuanya disingkap.
Jika aku menjumpai-Mu, sementara keadaanku masih tetap seperti ini,
maka betapa panjang kesedihanku di dalam kubur, dan
betapa mengerikannya hari kebangkitan yang akan kujalani.
Kemudian, perasaan yang selalu mencemaskan kalbuku ialah
tatkala Engkau tidak segera menyelamatkanku di dunia,
sehingga menggantikan apa saja yang membuatMu marah
dengan apa saja yang membuat-Mu ridha kepadaku.
Jika penyelamatan dari sisi-Mu atas kecemasan itu tidak aku dapatkan,
kebinasaan — demi Allah — pasti tidak akan pernah putus
sampai waktu perjumpaan dengan-Mu,
serta kehinaan di Hari Kebangkitan (an-Nasyr).
Betapa terasingnya diriku pada Hari Kiamat,
betapa panjang penyesalan dan keputusasaanku,
betapa lamanya tangisanku di Hari Kiamat, dan
di dalam neraka ditawan terhalang dari indahnya berada di sisi-Mu
dari penglihatan (an-nazhr) akan kemuliaan-Mu.
Aku begitu berharap — meskipun Engkau menangguhkan pertolongan-Mu kepadaku — agar Engkau tidak meninggalkanku karena buruknya kondisi spiritual (hal)-ku,
hingga Engkau berbelas menyegerakan jalan keluar dan perubahan kondisiku.
Maka, aku memohon kepada-Mu,
demi Wajah-Mu yang Maha Mulia, Keperkasaan-Mu atas segala sesuatu,
demi Iradah-Mu yang mesti terlaksana dalam semua Yang Engkau kehendaki,
demi sifatMu Yang Awwal yang tidak bermula, dan
sifat baqa’-Mu yang tak pernah berakhir,
agar Engkau membuka tirai yang menyelimutiku dan
tidak menyiksaku betapapun besar dosaku,
betapapun banyak maksiat yang kulakukan, dan
sedikitnya rasa malu yang ada padaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar