Musa...
berjumpa dengan seorang penggembala...
di tengah jalan.
yang tengah berteriak...
"Wahai Tuhan yang memutuskan...
sebagaimana yang Engkau kehendaki,
di manakah Engkau,
supaya aku dapat mengabdi kepada-Mu
dan menjahit sepatu-Mu
dan menyisir rambut-Mu ?
Agar aku dapat mencuci pakaian-Mu
dan membunuh kutu-kutu-Mu
dan menyediakan susu untuk-Mu
O...pujaanku.
Supaya aku dapat mencium tangan-Mu
yang mungil
dan mencuci kaki-Mu yang kecil
dan membersihkan kamar-Mu yang mungil
di saat tidur."
Mendengar kata-kata dungu ini..
Musa berseru,
"Hai, kepada siapakah engkau berteriak ?
Ocehan apa ini !
Fitnah dan ngawur !
Sumbatlah mulutmu dengan kapas !
Sesungguhnya ...
persahabatan dari seorang yang bodoh itu...
permusuhan...
Tuhan Yang Maha Luhur ...
tidak menghendaki pelayanan seperti itu."
Penggembala itu menyobek pakaiannya,
menghela nafasnya...
lalu melanjutkan perjalanannya
menuju hutan belantara.
Kemudian turunlah wahyu kepada Musa,
"Engkau telah memisahkan
hamba-Ku dari-Ku.
Apakah engkau diutus sebagai seorang Nabi...
untuk menyatukan atau untuk memisahkan ?
Aku telah memberikan kepada setiap orang...
gaya pemujaan yang khusus,
aku telah melimpahkan pada setiap manusia...
bentuk pengungkapan yang khas.
Ungkapan Hindustan adalah
yang terbaik bagi orang Hindustan,
bahasa Sind adalah
yang terbaik bagi masyarakat Sind.
Aku tidak memandang pada lidah dan ucapan...
Aku memandang pada ruh dan perasaan batin.
Aku memandang ke hati untuk mengetahui ...
apakah ia rendah...
walau kata-kata yang terucap ...
tidak rendah.
Cukup dengan ucapan-ucapan
dan kesombongan serta kiasan-kiasan !
Aku ingin terbakar..
terbakar ....
dan terbiasa dengan keterbakaran !
Nyalakanlah bara cinta di dalam jiwa mu,
bakarlah seluruh pikiran dan ungkapan.
Wahai Musa...
mereka yang paham ketentuan-ketentuan...
adalah satu macam,
mereka yang jiwanya terbakar...
adalah macam yang lain.
Agama cinta...
lepas dari semua agama.
Para pecinta Tuhan...
tidak mempunyai agama...
melainkan Tuhan itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar