Al-Abdal adalah kekasih-kekasih Allah.
Yakni, mereka yang senantiasa bersama-Nya
dalam gudang limpahan Ilahi (artinya , dalam pengetahuan Ilahi).
Dan pada kesempatan lain, beliau menamakannya sebagai
Kanzi 'l-Mujmal (segala sesuatu diglobalkan di dalamnya).
Dan dalam kesempatan lainnya , beliau menggambarkan keadaan ini
(al-Hadhratu 'l-Ula/ zaman azali) dengan ilustrasi yang sarat misteri :
"Permulaanku adalah di hadhirat kemutlakan,
yang tak ada langit dan bumi yaitu dalam liputan 'NUN'".
Kata nun menurut terminologi shufi adalah lautan nur asali ,
yang daripadanya segala sesuatu bermula.
Genggaman pertama dari lautan nur tersebut adalah Nur Muhammad
Nun sebagai rumus dan sekaligus huruf , merupakan tinta
dimana semua kalimat Allah yang tak terhitung banyaknya
berasal darinya.
Karena itu,
Al-Qur'an menyebut huruf nun berkaitan dengan al-Qalam (pena).
Allah swt berfirman :
Q.S. 68:1
"Nun, demi pena (qalam)
dan apa yang mereka tulis".
Kemudian Imam 'l Azaim menyebutkan bahwa
ia telah berthawaf di Ka'bah al-Quds yang luhur
(Ka'bah yang ada di langit ,
yang letaknya vertikal dengan Ka'bah bumi yang kita kenal).
Dan hal itu beliau lakukan semasa fase nurani.
"Dulu,
aku telah berthawaf di Ka'batu 'l-Quds,
hingga menjadi mudahlah perjalananku
menuju ke sisi Yang Mahaluhur".
Dan dalam kesaksian alam gaib lainnya beliau menceritakan :
"Aku berthawaf ke seputar Quds-Nya di alam gaib
yang tak bisa diungkapkan oleh isyarat-isyaratku dan
berada diluar jangkauan akalku".
Dan dari hadhirat kemutlakan dan gudang kemujmalan ,
beliau diturunkan ke gudang-gudang asma-asma Ilahi
(untuk menerima limpahan sifat-sifat Ilahi dan hukum-hukum-Nya
di dalamnya).
"Kini,
aku tak beralam lagi,
dikembalikan ke permulaanku
Yaitu ke dalam gudang asma-asma ,
dan disitu aku hidup penuh dengan limpahan Ilahi".
Dan dalam gudang-gudang asma-asma Ilahi,
sempurnalah limpahan-Nya dengan sifat-sifat -Nya
yang menyendiri dan spesifik.
Setelah itu, beliau memasuki dekrit antara dirinya dan Tuhannya,
dan ia mendengarkan Firman Allah,
"Alastu birabbikum ? di zaman azali.
Lalu ia diturunkan dari hadhirat al-Jamu' (global)
ke hadhirat al-Farq (rincian) dalam bentuk daaging dan tanah
di dalam rahim.
Setelah itu, ia diturunkan ke dunia, dan hijab gaib yang berupa
keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan pun
diturunkan untuknya.
Kini, sibuklah ia dengan indera-inderanya,
hingga ia pun lupa akan sejarahnya.
Terpenjara oleh dunia dalam bingkai zaman,
tempat, waktu, dan nafsu keinginannya,
hingga derajatnya pun merosot serendah-rendahnya.
DR. MUSTHAFA MAHMUD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar