Minggu, 11 Oktober 2015

RAHASIA YANG MAHA AGUNG - "AKU"

Al-Abdal  adalah kekasih-kekasih Allah.
Yakni, mereka yang senantiasa bersama-Nya 
dalam gudang limpahan Ilahi (artinya , dalam pengetahuan Ilahi).
Dan pada kesempatan lain, beliau menamakannya sebagai 
Kanzi 'l-Mujmal  (segala sesuatu diglobalkan di dalamnya).
Dan dalam kesempatan lainnya , beliau menggambarkan keadaan ini
(al-Hadhratu 'l-Ula/ zaman azali) dengan ilustrasi yang sarat misteri :

"Permulaanku adalah di hadhirat kemutlakan,
 yang tak ada langit dan bumi yaitu dalam liputan 'NUN'".

Kata nun menurut terminologi shufi adalah lautan nur asali , 
yang daripadanya segala sesuatu bermula.
Genggaman pertama dari lautan nur tersebut adalah Nur Muhammad

Nun sebagai rumus dan sekaligus huruf , merupakan tinta 
dimana semua kalimat Allah yang tak terhitung banyaknya
berasal darinya.
Karena itu, 
Al-Qur'an menyebut huruf nun berkaitan dengan al-Qalam (pena).
Allah swt berfirman :
Q.S. 68:1

"Nun, demi pena (qalam) 
 dan apa yang mereka tulis".

Kemudian Imam 'l Azaim menyebutkan bahwa
ia telah berthawaf di Ka'bah al-Quds yang luhur 
(Ka'bah yang ada di langit , 
 yang letaknya vertikal dengan Ka'bah bumi yang kita kenal).
Dan  hal itu beliau lakukan semasa fase nurani.

"Dulu,
 aku telah berthawaf di Ka'batu 'l-Quds, 
 hingga menjadi mudahlah perjalananku 
 menuju ke sisi Yang Mahaluhur".

Dan dalam kesaksian alam gaib lainnya beliau menceritakan :

"Aku berthawaf ke seputar Quds-Nya di alam gaib 
 yang tak bisa diungkapkan oleh isyarat-isyaratku dan 
 berada diluar jangkauan akalku".

Dan dari hadhirat kemutlakan dan gudang kemujmalan , 
beliau diturunkan ke gudang-gudang asma-asma Ilahi
(untuk menerima limpahan sifat-sifat Ilahi dan hukum-hukum-Nya
 di dalamnya).

"Kini,
 aku tak beralam lagi,
 dikembalikan ke permulaanku
 Yaitu ke dalam gudang asma-asma ,
 dan disitu aku hidup penuh dengan limpahan Ilahi".

Dan dalam gudang-gudang asma-asma Ilahi, 
sempurnalah limpahan-Nya dengan sifat-sifat -Nya
yang menyendiri dan spesifik.

Setelah itu, beliau memasuki dekrit antara dirinya dan Tuhannya,
dan  ia mendengarkan Firman Allah,
"Alastu birabbikum ? di zaman azali.
Lalu ia diturunkan dari hadhirat al-Jamu' (global) 
ke hadhirat al-Farq (rincian) dalam bentuk daaging dan tanah 
di dalam rahim.
Setelah itu, ia diturunkan ke dunia, dan hijab gaib yang berupa 
keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan pun
diturunkan untuknya.
Kini, sibuklah ia dengan indera-inderanya, 
hingga ia pun lupa akan sejarahnya.
Terpenjara oleh dunia dalam bingkai zaman, 
tempat, waktu, dan nafsu keinginannya, 
hingga derajatnya pun merosot serendah-rendahnya.

DR. MUSTHAFA MAHMUD




Tidak ada komentar:

Posting Komentar