Minggu, 11 Oktober 2015

RAHASIA YANG MAHA AGUNG - "AKU"

Menurut pendapat yang telah disepakati adalah bahwa kita
memang sudah berwujud sebelum itu.
Sebagai dalil adalah dekrit perjanjian yang ada dalam al-Qur'an,
di mana kita diangkat sumpah oleh Tuhan agar mengakui-Nya
sebagai Tuhan sebelum kita diturunkan ke dalam rahim 
Q.S. 7 : 172 : 173 artinya,

"Dan (ingatlah) , ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan 
 anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian
 terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), 'Bukankah Aku ini Tuhanmu?'
 Mereka menjawab, 'Betul,  (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi'.
 (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu 
 tidak mengatakan ,
 "Sesungguhnya orangtua-orangtua kami telah mempersekutukan Tuhan
  sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak keturunan- anak keturunan 
  yang (datang) sesudah mereka.
  Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan 
  orang-orang yang sesat dahulu ?".

Di situ,  terjadilah penghadapan .
Anak-anak sebelum mereka keluar dari sulbi-sulbi ayah-ayah mereka,
berdiri di hadapan Tuhan mereka.
Seorang anak tidak akan datang sebelum ayahnya.
Kecuali jika hal itu terjadi di sisi Allah yang tidak terikat 
dengan zaman dan tempat.
Jiwa manusia tetap berbentuk nur sebelum memasuki jasadnya
yang tercipta dari tanah.

Masalah tadi diperkuat oleh firman Allah yang berbunyi :
Q.S. 95 : 4-5

"Sesungguhnya ...
  Kami telah menciptakan manusia 
  dalam bentuk sebaik-baiknya.
  kemudian...
  Kami kembalikan dia ke tempat 
  yang serendah-rendahnya".

Kaum 'arifin menginterpretasikan ayat-ayat tadi, bahwa manusia 
mengalami fase nurani di zaman azali.
Pada masa itu, manusia berada dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
sebelum  ia dikembalikan ke tempat yang serendah-rendahnya, 
yakni dimasukkan ke dalam tanah liat dari air(mani) yang hina.

Imam Abu 'l-Azaim sering menyebut fase nurani di dalam sya'ir-sya'irnya.
Beliau mengungkapkan kerinduan dan  kegandrungannya ke masa lalu,
saat ia berdiri di hadapan Tuhannya membacakan dekrit,
"Alastu birabbikum ( Bukankah Aku ini Tuhanmu) ?".
Kemudian beliau memohon kepada Allah agar Dia 
menyingkapkan Hijab baginya.
Beliau mengatakan,  bahwa manusia telah mengalami alam azali nurani
sebelum dirinya terbentuk dalam gambaran tanah liat.

"Aku tidak memiliki umur , permulaanmu tidak dibatasi dengan waktu.
 Peredaran matahari adalah sebagian dari sayapku".

Maksudnya, belaiu sudah ada sebelum matahari  bereksistensi.

Kemudian beliau menceritakan kisah berikut ini 
dalam gaya bahasa yang cantik :

"Dulu, 
 aku adalah nur,
 Tak ada kerajaan dan tak ada falak.
 Aku hidup  di alam kegaiban.
 Yang bisa melihatku hanyalah para abdal".

DR. MUSTHAFA MAHMUD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar