"Gambaranku (jasadku) adalah
tangga menuju ke hadhirat terdekat dengan-Nya
Tiupan-Nya bagai matahari
yang menerangi batasan-batasan-ku".
Dan kebalikannya adalah benar, yakni pada saat jiwa manusia
merosot ke dalam lumpur jasad yang serba materi dan
sibuk dengan pemuasan nafsu syahwatnya.
Maka,
jiwa tersebut menjadi berat , pekat, dan gelap,
sama dengan jasad ...
dalam kepekatan, kegelapan, dan kekasarannya.
Inilah yang dimaksud dengan
keaniayaan manusia terhadap diri sendiri.
Gerakan turun naik (fluktuasi) adalah gerakan jasad.
Akan halnya ruh, selamanya dalam kebebasan .
Ruh dalam jasad, bagai matahari dalam permukaan air sumur.
Matahari terlihat didalamnya , tetapi tidak bertempat di situ,
begitu pula halnya nur Rubbani.
Pengertian nur adalah, bagai matahari yang tampak di air.
Selamanya, ruh merindukan Allah (karena Dia adalah asalnya)
Sedang pendekatan jasad pada saat terjadi
kecenderungan jasmaniah...
ia mengikat jiwa dan menariknya ke bawah,
yakni ke arah kejasmaniannya.
"Ruh menarik jasad menuju kejernihan, yakni pangkat yang paling luhur.
Jika mereka memutar kincir , maka mabuklah ruh ke atas dan bawah".
Tarikan Ilahi kepada jiwa merupakan kemurahan dan pendekatan-Nya.
Sedang ....
tarikan jasad kasar kepada jiwa adalah pembuangan dan pengasingan.
"Tarikanku menuju keluhuran
adalah kebaikan dan pendekatan.
Sedang tarikan ke bawah adalah
pengasingan dan penjauhan".
Yang jadi pertanyaan sekarang adalah , bagaimanakah sebelumnya ?
Bagaimanakah keadaan di dalam rahim , sebelum ditiupkannya
ruh ke dalam jasad ?
Apakah kita sudah berwujud sebelum itu ?
Dimana dan bagaimana bentuknya ?
DR. MUSTHAFA MAHMUD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar